Jum'at,
12 April 2012
Hand
Phone (HP) ku sedari tadi berbunyi. Lantunan suara alm. Ricky Jo
melagukan "Satu Lagi" terus terdengar, kulirik layar HP, tertulis
nama Mbak Riri. "Sebentar ya Nduk, nanti Bunda telepon balik,"
batinku, aku sedang online di telepon dengan seorang HRD salah satu klien
kantorku. Seperti biasa menjelang jam pulang kantor, Riri selalu sibuk
meneleponku, tetapi kali ini it's unsual deh rasanya. Ia
menelponku seperti seorang telemarketing yang tak kan berhenti
menelepon customer sebelum teleponnya terangkat.
"Bunda, Mbak Riri telfon kok gak diangkat?, " kalimat pertama yang diucapkan Riri ketika aku meneleponya beberapa saat kemudian. "Iya Nduk, tadi Bunda lagi telepon, maaf ya," terangku. "Ada apa, Nduk?", tanyaku. Riri kemudian menceritakan kalo ia menerima Broadcast Message (BM) dari teman sekolahnya yang isinya tentang informasi penjualan pocketbac yang harganya jauh di bawah harga yang ia jual di sekolahnya. Suaranya terdengar sedikit galau. " Bunda kok ada yang jual lebih murah ya, nanti jualanku di sekolah gimana, padahal kata Bunda jualanku paling murah?", cecarnya padaku. Aku lalu meminta Riri untuk mengirim BM itu kepadaku. "Nanti Bunda baca, terus kita ngobrol di rumah ya, Mbak Riri santai aja deh," kataku menenangkan Riri. Tak berapa lama BM dari Riri masuk ke Black Berry (BB) ku, ku baca sambil lalu, dan aku tersenyum. Ternyata yang membuat Riri galau itu ada adik kelas yang mengirimkan pin BB seorang anak yang satu sekolah juga dengan Riri, ia menjual pocketbac dan holder-nya Bath Body Work (BBW) nya lebih murah dari harga pasar, bahkan lebih murah dari harga beli yang kudapatkan dari supplier langgananku. “Kok bisa ya?”, batinku. Aku kemudian mengecek semua harga yang diberikan oleh supplier-ku, aku searching di internet, aku bandingkan dengan harga harga jual untuk reseller, dan kubuka juga website asli dari produk milik BBW ini. Nalarku berjalan, begitu aku melihat harga asli dari produk BBW ini aku langsung tau kalo pocketbac dan holder yang ditawarkan teman Riri itu adalah palsu alias tiruan, karena tidak mungkin harga yang ditawarkannya lebih murah dari produk aslinya, itupun belum termasuk ongkos kirim dari Amrik sana. Untuk menyakinkan dugaanku ini, aku mengirimkan BM itu ke distributor ku dan menanyakan apakah dugaanku itu benar. Dan ternyata benar dugaanku, supplierku membalas BBM ku dan mengatakan bahwa itu adalah produk tiruan alias palsu. SAY NO TO FAKE, katanya. Kok malah dia yang kampanye yak, mungkin dia agak galau juga kali jika aku nantinya akan ganti haluan membeli produk BBW tiruan itu dan kemudian menjualnya kembali karena harga yang ditawarkan lebih murah. (Hehehe..)
"Bunda, Mbak Riri telfon kok gak diangkat?, " kalimat pertama yang diucapkan Riri ketika aku meneleponya beberapa saat kemudian. "Iya Nduk, tadi Bunda lagi telepon, maaf ya," terangku. "Ada apa, Nduk?", tanyaku. Riri kemudian menceritakan kalo ia menerima Broadcast Message (BM) dari teman sekolahnya yang isinya tentang informasi penjualan pocketbac yang harganya jauh di bawah harga yang ia jual di sekolahnya. Suaranya terdengar sedikit galau. " Bunda kok ada yang jual lebih murah ya, nanti jualanku di sekolah gimana, padahal kata Bunda jualanku paling murah?", cecarnya padaku. Aku lalu meminta Riri untuk mengirim BM itu kepadaku. "Nanti Bunda baca, terus kita ngobrol di rumah ya, Mbak Riri santai aja deh," kataku menenangkan Riri. Tak berapa lama BM dari Riri masuk ke Black Berry (BB) ku, ku baca sambil lalu, dan aku tersenyum. Ternyata yang membuat Riri galau itu ada adik kelas yang mengirimkan pin BB seorang anak yang satu sekolah juga dengan Riri, ia menjual pocketbac dan holder-nya Bath Body Work (BBW) nya lebih murah dari harga pasar, bahkan lebih murah dari harga beli yang kudapatkan dari supplier langgananku. “Kok bisa ya?”, batinku. Aku kemudian mengecek semua harga yang diberikan oleh supplier-ku, aku searching di internet, aku bandingkan dengan harga harga jual untuk reseller, dan kubuka juga website asli dari produk milik BBW ini. Nalarku berjalan, begitu aku melihat harga asli dari produk BBW ini aku langsung tau kalo pocketbac dan holder yang ditawarkan teman Riri itu adalah palsu alias tiruan, karena tidak mungkin harga yang ditawarkannya lebih murah dari produk aslinya, itupun belum termasuk ongkos kirim dari Amrik sana. Untuk menyakinkan dugaanku ini, aku mengirimkan BM itu ke distributor ku dan menanyakan apakah dugaanku itu benar. Dan ternyata benar dugaanku, supplierku membalas BBM ku dan mengatakan bahwa itu adalah produk tiruan alias palsu. SAY NO TO FAKE, katanya. Kok malah dia yang kampanye yak, mungkin dia agak galau juga kali jika aku nantinya akan ganti haluan membeli produk BBW tiruan itu dan kemudian menjualnya kembali karena harga yang ditawarkan lebih murah. (Hehehe..)
Ku
rapikan berkas berkas di meja kantorku, kututup laptop, dan pulang lah
aku. Perlahan kuturuni tangga kantor menuju parkiran. Hujan deras sore tadi
sudah reda, menyisakan sedikit rintiknya, turun membasahi kepalaku. Di temani
suara serak serak basah Cakra Khan, kunikmati perjalanan menuju rumah sambil
kusiapkan jawaban dan penjelasan untuk menghalau kegalauan Riri tadi. Rasanya
aku memang harus menyiapkan mental Riri dalam rangka misiku untuk menjadikannya
seorang marketer sejati (belagu banget nih bahasanya, hehehe...).
Harapanku ia bisa tetap pede berjualan Pocketbac dan Holder
nya itu, apapun yang terjadi.
Rintik
hujan masih saja menetes membasahi bumi, aku berlari kecil menuju rumah, Riri
sudah bertengger dengan manisnya di depan pintu masuk. “Assalamu ‘alaikum,
sudah makan, Nduk?”, sapa dan tanyaku ketika ia mencium tangan kanan dan
pipiku. “Sudah Bunda, “ jawabnya sambil mengikuti langkah ku menuju kamar.
“Bunda mandi dulu ya,” kataku. Riri menonton TV, sementara aku mandi. Terlihat
ia sudah tidak sabar rupanya untuk memulai sesi curhatnya, hanya saja ia
memilih untuk membiarkanku mandi dan sholat dulu. Aku tersenyum sendiri. “Good
girl,” batinku.
“Bunda,
temenku ada yang jual pocketbac dan holder pocketbac lebih
murah dari punyaku, “ kata Riri begitu aku selesai melipat mukena. “Tadi Putri Broadcast
Message (BM) ke aku dan teman teman ku, trus teman teman ku yang sudah
pesen pocketbac ada yang gak jadi beli, gimana ini Bunda?”, lanjutnya
dengan wajah yang ditekuk. Aku tertawa melihatnya merajuk. “Coba Bunda liat BM
nya, Nduk,” kataku pada Riri. Riri kemudian menyerahkan BB nya padaku, pelan
pelan ku baca BBM dari Putri, temannya. Aku mengernyitkan alisku, BM itu memang
berisi kabar gembira tentang informasi penjualan pocketbac dan holder
pocketbac murah beserta harga dan pin BB nya. “Bener kan Bunda, terus
jualan mbak Riri gimana, gak laku dong!”, seru Riri padaku, galau juga rupanya
ia. “Bunda invite dulu ya pin BB nya, nanti baru kita tau BM ini bener
apa gak, barangnya palsu atau gak,” kataku pada Riri. “It seems like, it isn’t
an original product from Bath and Body Works, Nduk,” kataku lagi, mencoba untuk
menenangkannya. Aku meng add pin BB yang tertera di BM itu, sambil
menunggu diaccept oleh pemiliknya, aku menerangkan Riri tentang
informasi yang ku dapat dari supplier tempatku mengambil produk BBW itu.
Bahwa kalo harga produk BBW yang ditawarkan lebih murah dari produk BBW
asli seperti yang tertera di website nya, maka bisa dipastikan itu adalah
produk tiruan alias palsu. “Kalo dari pocketbac-nya Mbak Riri kan sudah
tau kan cara ngebuktiin barang itu asli apa gak, trus holder-nya kalo lebih
tipis dan tulisan BBW timbulnya kasar berarti itu palsu Nduk,” terangku lagi.
Ting!!! BB ku berbunyi, mungkin itu tanda si pemilik pin BB yang ku add
tadi sudah meng-accept permintaan pertemananku. Yeess!! Ia meng-accept-nya,
lalu tanpa menunggu lama lagi aku segera memperkenalkan diri dan menanyakan
tentang produk BBW yang ia jual beserta harganya. Dan benar dugaanku, harga
yang ditawarkan di bawah harga yang tertera di website asli BBW. Aku
memperlihatkan isi obrolanku itu kepada Riri, kemudian ku buka website BBW asli,
ku tunjukkan harga pocketbac dan holder nya kepada Riri (dengan
mengalikannya dalam rupiah karena harga yang tertera dalam dollar Amrik),
dan membandingkannya dengan harga yang ada di BBM ku. “Harga yang dikasi gak
sama kan dengan harga aslinya. Kalo sama pun gak mungkin, Nduk. Karena kalo
kita membeli barang secara online di internet harga itu harus kita
tambahin ongkos kirim barang itu ke rumah kita. Jadi sudah pasti seharusnya
harga barang ini kalo sampe ke Indonesia lebih mahal dari harga aslinya,”
jelasku pada Riri. Riri mengangguk pelan, mungkin ia masih mencerna kata-kata
ku tadi. “Mbak Riri kalo jualan harus pede, Nduk”, kataku pada Riri.
Aku
mencoba menerangkan konsep marketing secara sederhana pada Riri. Aku
mengistilahkannya sebagai jualan. Bahwa jualan itu harus mempunyai sesuatu
kelebihan yang bisa menjadi keunggulan dan pembeda dari penjual lain yang
mempunyai barang/produk jualan yang sama dengan kita. Misalnya barang
jualan Riri adalah produk asli. Kalo penjual lain juga asli,
kelebihan jualan Riri misalnya lebih murah dari harga yang dijual penjual lain
di pasaran. Kalo misalnya penjual lain juga lebih murah, kelebihan
jualan Riri tidak pake ongkos kirim karena barang
jualan diberikan langsung ke pembeli dan barang yang dibeli boleh dibayar
2 kali. Aku mencoba menanamkan kepada Riri konsep competitive advantage
untuk produk yang ia punyai dibanding kompetitor yang kebetulan menjalani
bisnis dengan produk yang sama. Harus ada sesuatu yang berbeda, yang membuat
orang beralih ke produk kita, dan memang produk itu berguna dan secara
finansial lebih menguntungkan untuk pembeli. Aku mencoba untuk menjabarkannya
dengan bahasa yang sesederhana mungkin ke Riri. And finally she's got my
idea, Riri pun gak manyun lagi. ( Hehehe)
Aku secara perlahan ingin membuat Riri mengerti bahwa selain ilmu ia harus mempunyai keahlian yang nantinya bisa berguna ketika ia besar nanti. Aku dengan bahasa anak anak mencoba menerangkan bahwa ia harus pede berjualan, karena aku, bundanya, sudah memikirkannya secara matang. Segmen pasar yang ia tembak adalah pelajar, teman temannya di sekolah, dalam hal ini termasuk di dalamnya ibu ibu mereka karena adalah sang decision maker pembelian. Targetting yang dipakai adalah concentrated targetting strategy, yaitu fokus pada 2 buah produk Bath and Body Works, pocketbac dan holder pocketbac. Sedangkan Positioning berdasarkan pesaing, yaitu mengandalkan keunggulan kompetitif (competitive advantage), yaitu terpercaya dalam kualitas dan harga. Bahwa produk yang dijual Riri original dan murah dibandingkan pesaing yang menjual produk yang sama.
Pada akhirnya untuk lebih menempa Riri berjualan, di suatu hari minggu aku mengajaknya ke suatu bazar di pusat pertokoan dekat rumah. Kutelusuri lorong lorong bazar, kemudian aku tawarkan padanya kalo ia mau berjualan di tempat itu. Di luar dugaanku Riri mau. Ia kemudian aku ajak ke orang yang mengelola bazar itu setelah sebelumnya aku mendapat informasi tentang orang ini dari mbak penjual sosis di bazar itu. Bersama Pak Dwi, Aku dan Riri diajak untuk melihat lihat tempat yang sudah kami incar sebelumnya, lalu terjadilah kesepakatan bahwa kami akan berjualan di situ mulai minggu depan dengan biaya sewa sekian per minggu nya. Dan dimulai lah episode selanjutnya. Aku menghitung dengan biaya sewa sekian, maka barang yang minimal harus terjual sekian buah untuk menutupi biaya sewa tempat, baru setelah itu keuntungan yang di dapat. Hal ini aku bicarakan juga dengan Riri, termasuk kalo sudah mulai jualan nanti ia harus cerewet menawarkan barang jualannya ke setiap orang yang lewat di depan kami. Bahwa ia harus selalu tersenyum, bahwa ia harus bilang terima kasih kepada setiap pelanggan yang mampir walopun mereka tidak membeli, bahwa harus ada sesuatu yang menarik perhatian orang yang lewat di depan kami sehingga mereka mau menoleh dan mampir untuk melihat dan membeli jualan kita. Pada akhirnya kami pun berjualan di minggu depannya dengan memakai kostum yang eye cacthing, dengan suara nyaring meneriakkan barang jualan kami, dan dengan menempatkan bebek bersuara yang akan selalu bersuara ketika ada orang yang lewat di depan kami. Daaannn... Kita tunggu aja hasilnya!!! Hehehe..