Di suatu malam yang hampir larut dan dingin, Sabtu, 27
Januari 2018, aku iseng menonton film “Dilan 1990” ditemani adikku. Film yang
manis dengan ending yang manis juga, romantis dan lucu. Film yang bercerita tentang
kisah cinta sepasang remaja SMU. Sepanjang film aku selalu tersenyum simpul dan
tertawa ringan, tokoh Dilan yang ganteng, cuek, dan tengil, tapi sarat dengan
celetukan celetukan isengnya yang lucu. Berpadu dengan tokoh Milea yang cantik,
lembut, dan baik hati. Ada satu karakter yang membuatku takjub, sosok ibu
Dilan, sosok calon besan dan calon ibu mertua idaman. (Hehee..)
Kali kedua aku diajak menonton film yang sama oleh Mbak
Riri. Umurnya baru akan genap 16 tahun, tahun ini, selama ini Ia tidak pernah
aku izinkan untuk menonton film diluar batas umurnya,
kecuali jika bersamaku, itu pun aku menolak bila temanya
adalah drama percintaan, terlalu banyak adegan vulgarnya atau adegan
kekerasannya. Tak apalah Ia kuper untuk film film box office. Indonesia memang
tidak pernah ketat menerapkan batas usia untuk menonton film di bioskop,
kesannya asal ada uang masuk monggo saja. Lain dengan di luar negeri, beberapa
kali sempat menonton film di sana, di loket tiket pasti akan ditanya berapa
usia penontonnya bila membeli tiket untuk lebih dari 1 orang dan diragukan
kesesuaiannya oleh petugas loket. Bila tidak sesuai, maka tidak diizinkan
menonton.
Bagaimana dengan film “Dilan 1990”? Karena batas usianya
masuk, Ia kuijinkan menonton, aku dan tantenya diminta menemani. Sepanjang film
kami bertiga kompak mesam mesem sendiri, tertawa gemes, dan terbawa rasa alur
film yang segar menyenangkan. Tapi seingatku Ialah yang paling histeris. (Hahaaa...) Sesekali Ia berteriak histeris, “Lop yu, Lop yu, Dilaannn!!” Asli
baper banget!!
Selepas nonton, topik utama pembicaraan pastilah tokoh Dilan
itu, sepanjang jalan, dari sejak masuk mobil sampai ke rumah. Kemungkinan
bapernya terbawa sampai Ia tidur, mungkin berharap suatu hari akan datang cowok
ganteng dan baik hati seperti Dilan untuknya.
Keesokan paginya, di sepanjang perjalanan menuju sekolah, topik utama pembicaraan tetap tentang Dilan dong, aku sempat memberikan sedikit masukan untuknya. Aku berkata suatu saat nanti ketika Ia sudah menjadi wanita dewasa, aku ingin sosok Dilan pujaaanya yang akan menjadi suaminya kelak itu sesuai dengan kriteria kriteriaku;
- Harus seiman
- Harus bisa membawanya beserta anak anak mereka masuk Surga
- Harus baik hati, sayang, perhatian, serta mau dan mampu berjuang untuk hidupnya dan anak anak mereka
- Ibunya harus sangat sayang & peduli padanya seperti aku yang sangat menyayangi dan peduli padanya; Seperti ibu Dilan [hehee..]
Terlalu berat kah kriteria kriteriaku? Gak usah lah
dipikirkan sangat, biar Dilan saja yang memikirkannya. (Hahaaa)