Kuala Lumpur (KL), adalah ibu kota, kota terbesar, merupakan
wilayah metropolitan dengan pertumbuhan paling pesat di Malaysia, baik dalam
jumlah penduduk maupun ekonomi. Terletak di negara bagian Selangor - Malaysia
Barat, meliputi wilayah seluas 244 km² (94 mil²) dengan populasi
sekitar 2,1 juta orang (2010). Selain sebagai pusat pemerintahan dan
perekonomian, Kuala Lumpur juga telah di kenal sebagai salah satu tujuan
berbelanja favorit di dunia dengan banyaknya shopping centre dan megamall.
Tradisi kuliner yang menyatukan budaya Cina, India dan Melayu membuat makanan
khas kota ini tersaji dengan citarasa yang unik. (Jadi inget nasi lemak nih..
hmmm) Ikon yang menghiasi kota ini, mulai dari KL Tower hingga PETRONAS
Twin Towers.
Kuala Lumpur merupakan kota yang cantik, dibandingkan Jakarta
penataan kotanya lebih teratur dan bersih. Transportasi massalnya seperti bis
dan kereta api jumlahnya banyak dan layak pakai, serta yang paling penting
adalah gak macet bok. (hehehe). Hanya saja untuk transportasi
taxi, taxi Jakarta lebih banyak pilihan yang bagus, terpercaya, dan tahun
mobilnya muda.
Kunjungan pertama ku ke Kuala Lumpur sepertinya sudah lumayan
lengkap: PETRONAS Twin Towers, Suria KLCC Mall, Istana Negara, Tugu
Negara, Putrajaya, Batu Caves, Merdeka Square, Cocoa Boutique,
China Town (Petaling Street), Bukit Bintang, Hard Rock Cafe, dan Genting Highland.
Namun kunjungan itu masih menyisakan rasa penasaranku karena saat berkunjung ke
PETRONAS Twin Towers hanya sempat mengagumi dari bawah dan berfoto
dengan latar belakang menara kembar itu. Honestly, pengen banget naik
dan melihat langsung seperti apa konstruksi dan jerohan nya menara
kembar itu, termasuk menginjakkan kaki di skybridge nya itu lho. Sayang
banget rasanya sudah sampai di depan mata tapi gak naik. (Huaaaa...)
Kendalanya hanya rasa malas yang menggeluti raga untuk mengantri membeli tiket
dalam rangka naik dan masuk ke dalam menara itu. Belum apa apa sudah
mengibarkan bendera putih coz the existing queue is more than 10
kilometres. (hiperbola bok..)
Like Riri said, "Apanya yang menarik sih dari PETRONAS
Twin Towers itu? Bunda sampe segitu penasarannya." Riri kemudian aku
jelaskan tentang PETRONAS Twin Towers itu. PETRONAS Twin Towers
atau Menara PETRONAS adalah dua buah menara kembar di Kuala Lumpur,
Malaysia. Menara ini dirancang oleh Adamson Associates Architects,
Kanada bersama dengan Cesar Pelli dari Cesar Pelli of Cesar Pelli &
Associates Architects Amerika Serikat, menggunakan motif yang lazim
digunakan dalam Seni Islam karena budaya Islam sudah menjadi ciri khas
Malaysia. Berdiri setinggi 452 meter atau 1483 kaki dihitung sampai paling atas
dan bentuk lantainya berupa dua buah persegi yang berpotongan membentuk bintang
berujung delapan dan pada tiap titik perpotongannya ditambahkan sepotong
lingkaran. Perencanaan dimulai pada Januari 1992, pekerjaan pondasi dilakukan
pada Maret 1993, dan selesai dibangun setinggi 88 lantai pada Juni 1996.
Menariknya, di antara kedua menara tersebut dibangun sebuah jembatan (Skybridge)
yang menghubungkan kedua menara pada lantai 41 dan 42. Sebagaimana bangunan
tinggi lain, PETRONAS Twin Towers pun bisa bergoyang bila diterpa angin
sehingga pembangunan jembatan pun tidak dipasang secara kaku pada kedua menara.
Jembatan ini adalah tujuan wisata turis yang datang ke PETRONAS Twin Towers
dengan jumlah tiket yang terbatas (sekitar 1200 buah). Selain itu, jembatan ini
juga digunakan untuk evakuasi apabila terjadi keadaan darurat di sebuah menara
sehingga penghuninya bisa pindah ke menara yang aman. Menara kembar ini pun
sempat menjadi gedung tertinggi di dunia dilihat dari tinggi pintu masuk utama
ke bagian struktur paling tinggi. Pada 17 Oktober 2003, Taipei 101 mengambil
rekor menara kembar ini. Tetapi Menara Kembar Petronas tetap memegang gelar
menara kembar tertinggi di dunia.
Banyak hal yang membuatku penasaran tentang PETRONAS Twin Towers
ini, hasrat besar ku untuk naik dan menginjakkan kaki di lantai 41-42 skybridge
dan lantai 86 yg merupakan puncak dari menara kembar tertinggi di dunia itu.
Seperti biasa iseng aku browsing tiket promo di www.utiket.com,
berhari hari kerjaan ku hanyalah memelototi utiket dan itu hanya akan berhenti
saat alarm di mataku berbunyi ketika melihat tiket promo, tunit nunit nunit
nunit. (hehehe) Gotcha, finally I've got that ticket!!! Sip, sip,
sip. Tiket sudah ditangan, hotel sudah dipesan, tinggal berangkat lah. Twin
Towers, I'm comiiiinnnggg!!! (Noraaakkk deh)
Aku memilih mengunjungi PETRONAS Twin Towers pada harpitnas
kedua tahun ini. Kamis malam, Riri dan aku sibuk mengepak barang. Satu persatu
barang dimasukkan sesuai dengan catatan barang yang harus dibawa. Catatan yang
selalu aku garis bawahi adalah tidak lupa membawa abon, kering tempe/serundeng
daging, saos sambal ABC, kecap, dan beberapa bungkus mie gelas untuk persediaan
di kala perut bernyanyi dan gak cocok dengan makanan yang ada. Lidah
memang terkadang gak bisa diajak kompromi. Apalagi mas Ian, lidahnya
Jawa banget biasa ketemu tempe setiap hari, sehingga kemana pun
kami pergi 5 buah item itu harus wajib ada di dalam tas. Sedangkan Riri
biasanya hanya minta dibawakan udang kering dan sambal Bu Rudy (makanan khas
Surabaya). Memang dikala lidah bertemu makanan yang tidak sejiwa, makanan dari
kampung lah yang setia menemani, apalagi ketika berkunjung ke daerah
yang banyak makanan bertanda X untuk muslim seperti kami ini.
Singkat cerita, Jum'at malam berangkatlah kami bertiga -Aku, mas
Ian, Riri- ke negeri Malaka itu dengan penerbangan terakhir. Sepulang kantor
kujemput Riri, kemudian kami berdua langsung meluncur menuju Bandara Soetta
dan bertemu mas Ian yang juga melesat dari kantornya di sana. Check in
dan proses imigrasi berjalan lambat, ternyata banyak juga yang mengambil momen
harpitnas ini untuk refreshing keluar Jakarta yang super sibuk dan super macet
ini.
Jam menunjukkan pukul 00.15 waktu KL ketika roda peasawat
menyentuh runway KLIA, rasa lapar menyelimutiku, kutengok Riri di
sebelah kiriku masih terlelap. "Nduk, bangun, sudah sampai," ucapku
perlahan sambil mengelus tangannya. Kulihat mas Ian baru saja terjaga dari
tidurnya, tersenyum padaku. Kami keluar pesawat dengan rasa kantuk yang tersisa,
naik aerotrain, menjalani proses imigrasi, mengambil bagasi, naik taxi,
daaannn... Welcome to KL!!!