3/28/2013

_ HARPITNAS TOUR _





Kuala Lumpur (KL), adalah ibu kota, kota terbesar,  merupakan wilayah metropolitan dengan pertumbuhan paling pesat di Malaysia, baik dalam jumlah penduduk maupun ekonomi. Terletak di negara bagian Selangor - Malaysia Barat, meliputi wilayah seluas 244 km² (94 mil²) dengan populasi sekitar 2,1 juta orang (2010).  Selain sebagai pusat pemerintahan dan perekonomian, Kuala Lumpur juga telah di kenal sebagai salah satu tujuan berbelanja favorit di dunia dengan banyaknya shopping centre dan megamall. Tradisi kuliner yang menyatukan budaya Cina, India dan Melayu membuat makanan khas kota ini tersaji dengan citarasa yang unik. (Jadi inget nasi lemak nih.. hmmm) Ikon yang menghiasi kota ini, mulai dari KL Tower hingga PETRONAS Twin Towers.

Kuala Lumpur merupakan kota yang cantik, dibandingkan Jakarta penataan kotanya lebih teratur dan bersih. Transportasi massalnya seperti bis dan kereta api jumlahnya banyak dan layak pakai, serta yang paling penting adalah gak macet bok. (hehehe). Hanya saja untuk transportasi taxi, taxi Jakarta lebih banyak pilihan yang bagus, terpercaya, dan tahun mobilnya muda.




Kunjungan pertama ku ke Kuala Lumpur sepertinya sudah lumayan lengkap: PETRONAS Twin Towers, Suria KLCC Mall, Istana Negara, Tugu Negara, Putrajaya, Batu Caves, Merdeka Square, Cocoa Boutique, China Town (Petaling Street), Bukit Bintang, Hard Rock Cafe, dan Genting Highland. Namun kunjungan itu masih menyisakan rasa penasaranku karena saat berkunjung ke PETRONAS Twin Towers hanya sempat mengagumi dari bawah dan berfoto dengan latar belakang menara kembar itu. Honestly, pengen banget naik dan melihat  langsung seperti apa konstruksi dan jerohan nya menara kembar itu, termasuk menginjakkan kaki di skybridge nya itu lho. Sayang banget rasanya sudah sampai di depan mata tapi gak naik. (Huaaaa...) Kendalanya hanya rasa malas yang menggeluti raga untuk mengantri membeli tiket dalam rangka naik dan masuk ke dalam menara itu. Belum apa apa sudah mengibarkan bendera putih coz the existing queue is more than 10 kilometres. (hiperbola bok..)

Like Riri said, "Apanya yang menarik sih dari PETRONAS Twin Towers itu? Bunda sampe segitu penasarannya." Riri kemudian aku jelaskan tentang PETRONAS Twin Towers itu. PETRONAS Twin Towers atau Menara PETRONAS adalah dua buah menara kembar di Kuala Lumpur, Malaysia.  Menara ini dirancang oleh Adamson Associates Architects, Kanada bersama dengan Cesar Pelli dari Cesar Pelli of Cesar Pelli & Associates Architects Amerika Serikat, menggunakan motif yang lazim digunakan dalam Seni Islam karena budaya Islam sudah menjadi ciri khas Malaysia. Berdiri setinggi 452 meter atau 1483 kaki dihitung sampai paling atas dan bentuk lantainya berupa dua buah persegi yang berpotongan membentuk bintang berujung delapan dan pada tiap titik perpotongannya ditambahkan sepotong lingkaran. Perencanaan dimulai pada Januari 1992, pekerjaan pondasi dilakukan pada Maret 1993, dan selesai dibangun setinggi 88 lantai pada Juni 1996. Menariknya, di antara kedua menara tersebut dibangun sebuah jembatan (Skybridge) yang menghubungkan kedua menara pada lantai 41 dan 42. Sebagaimana bangunan tinggi lain, PETRONAS Twin Towers pun bisa bergoyang bila diterpa angin sehingga pembangunan jembatan pun tidak dipasang secara kaku pada kedua menara. Jembatan ini adalah tujuan wisata turis yang datang ke PETRONAS Twin Towers dengan jumlah tiket yang terbatas (sekitar 1200 buah). Selain itu, jembatan ini juga digunakan untuk evakuasi apabila terjadi keadaan darurat di sebuah menara sehingga penghuninya bisa pindah ke menara yang aman. Menara kembar ini pun sempat menjadi gedung tertinggi di dunia dilihat dari tinggi pintu masuk utama ke bagian struktur paling tinggi. Pada 17 Oktober 2003, Taipei 101 mengambil rekor menara kembar ini. Tetapi Menara Kembar Petronas tetap memegang gelar menara kembar tertinggi di dunia.

Banyak hal yang membuatku penasaran tentang PETRONAS Twin Towers ini, hasrat besar ku untuk naik dan menginjakkan kaki di lantai 41-42 skybridge dan lantai 86 yg merupakan puncak dari menara kembar tertinggi di dunia itu. Seperti biasa iseng aku browsing tiket promo di www.utiket.com, berhari hari kerjaan ku hanyalah memelototi utiket dan itu hanya akan berhenti saat alarm di mataku berbunyi ketika melihat tiket promo, tunit nunit nunit nunit. (hehehe) Gotcha, finally I've got that ticket!!! Sip, sip, sip. Tiket sudah ditangan, hotel sudah dipesan, tinggal berangkat lah. Twin Towers, I'm comiiiinnnggg!!! (Noraaakkk deh)

 

Aku memilih mengunjungi PETRONAS Twin Towers pada harpitnas kedua tahun ini. Kamis malam, Riri dan aku sibuk mengepak barang. Satu persatu barang dimasukkan sesuai dengan catatan barang yang harus dibawa. Catatan yang selalu aku garis bawahi adalah tidak lupa membawa abon, kering tempe/serundeng daging, saos sambal ABC, kecap, dan beberapa bungkus mie gelas untuk persediaan di kala perut bernyanyi dan gak cocok dengan makanan yang ada. Lidah memang terkadang gak bisa diajak kompromi. Apalagi mas Ian, lidahnya Jawa banget biasa ketemu tempe setiap hari, sehingga kemana pun kami pergi 5 buah item itu harus wajib ada di dalam tas. Sedangkan Riri biasanya hanya minta dibawakan udang kering dan sambal Bu Rudy (makanan khas Surabaya). Memang dikala lidah bertemu makanan yang tidak sejiwa, makanan dari kampung lah yang setia menemani, apalagi ketika berkunjung ke daerah yang banyak makanan bertanda X untuk muslim seperti kami ini.

Singkat cerita, Jum'at malam berangkatlah kami bertiga -Aku, mas Ian, Riri- ke negeri Malaka itu dengan penerbangan terakhir. Sepulang kantor kujemput Riri, kemudian kami berdua langsung meluncur menuju Bandara Soetta dan bertemu mas Ian yang juga melesat dari kantornya di sana. Check in dan proses imigrasi berjalan lambat, ternyata banyak juga yang mengambil momen harpitnas ini untuk refreshing keluar Jakarta yang super sibuk dan super macet ini.

Jam menunjukkan pukul 00.15 waktu KL ketika roda peasawat menyentuh runway KLIA, rasa lapar menyelimutiku, kutengok Riri di sebelah kiriku masih terlelap. "Nduk, bangun, sudah sampai," ucapku perlahan sambil mengelus tangannya. Kulihat mas Ian baru saja terjaga dari tidurnya, tersenyum padaku. Kami keluar pesawat dengan rasa kantuk yang tersisa, naik aerotrain, menjalani proses imigrasi, mengambil bagasi, naik taxi, daaannn... Welcome to KL!!!

3/18/2013

_ POCKETBAC LOVERS _


Si PocketBac Lovers
Saturday, March 16, 2013  
Bath & Body Works, LLC, adalah sebuah toko ritel Amerika di bawah payung Limited Brands. Didirikan pada tahun 1990 di New Albany, Ohio dan sejak itu diperluas di seluruh Amerika Serikat dan Kanada. Produknya berbentuk lotion, barang barang untuk mandi, barang-barang perawatan pribadi, dan wewangian rumah. Di Indonesia saat ini sedang terkena virus Bath and Body Works produk Amrik ini. Riri pun sepertinya terkontaminasi, sekarang ia tergila gila sangat dengan yang namanya PocketBac dan PocketBac Holder keluaran Bath and Body Works (BBW) ini.


PocketBac? Apaan tuh? PocketBac adalah semacam handgel yaitu gel anti septik pencuci tangan yang langsung dituangkan di telapak tangan dan diusapkan ke kedua tangan sampai kering tanpa perlu dibasuh dengan air lagi, tidak hanya membunuh kuman, tapi juga melembabkan dan memberi aroma segar pada tangan, praktis, bisa dibawa kemana saja. Di Indonesia lebih dikenal dengan sebutan handy clean, salah satu produk keluaran PT Kalbe Farma. Kalo PocketBac Holder itu apa ya? PocketBac Holder itu seperti bajunya pocketbac yang ada gantungannya, jadi PocketBac dimasukkan ke dalam holdernya lalu digantung di tas seperti gantungan kunci. Bentuk dan warnanya lucu membahana serta bermacam macam tergantung serinya, reguler - deluxe - charms - rhinestones. 
Apa sih kelebihan anti septik keluaran BBW Amrik dengan produksi dalam negeri? BBW mengeluarkan PocketBac Sanitizing Hand Gel dalam berbagai seri dengan kemasan dan harum yang menggelitik hati dan membahana mewangi sekali (lebay dot com deh!), winter series - spring series - i love series - fresh picked series - st patrick - classic - rare.

Actually, I don't care much about that PocketBac and the Holder. Kemana mana aku merasa cukup membawa handy clean lokal dan toilet seat sanitizer di dalam tas ku. Sampai akhirnya setahun yang lalu Riri mulai sibuk bercerita tentang PocketBac teman temannya dan mengajakku ke PIM untuk membelinya. Jujur, aku tidak begitu peduli, hanya mengiyakan saja suatu hari nanti pasti akan aku belikan, karena buatku cukup handy clean aja yang ia bawa ke sekolah, apalagi harga PocketBac cukup mahal menurutku untuk barang sekecil itu. "Bunda mah gitu, liat dulu aja Bunda," komentar Riri melihat kecuekanku. Aku tersenyum saja mendengarnya. (hehehe).
First Order

Suatu malam mas Ian, suamiku, pulang kantor dengan membawa 1 buah Pocketbac dan holdernya untuk Riri, betapa gembiranya ia, keesokan harinya ia langsung menggantungkannya di tas sekolah dan pergi lah ia ke sekolah bersama PocketBac barunya itu. Dasar anak anak, ada ada aja. But I'm still not interested with that thing. Dan Riri terus saja bercerita tentang benda itu hampir setiap hari kepadaku. "Maafin Bunda ya Nduk, Bunda bukannya gak mau beliin, tapi PocketBac dan holdernya itu mahal, kalo mau beli nabung dulu deh," kataku pada Riri.
Hari berganti hari. Pada suatu siang yang terik, aku memutuskan untuk makan siang di resto Gudeg Kanjeng Bintaro, di kasir terpajang berbagai macam holder dan harum PocketBac. Teringat Riri, sambil menunggu pesanan datang, aku iseng melihat lihat koleksi itu, kuambil 1 pasang dan kubayar. "Finally, I've just bought one PocketBac and it's holder," batinku. "Riri pasti mengira aku habis kesambet apa ya sampe akhirnya aku dengan sukarela membelikannya PocketBac dan holdernya," batinku lagi. Biasanya untuk sesuatu barang yang diinginkan Riri dan menurutku itu mahal, pasti aku akan menyuruhnya menabung untuk mendapatkannya. Aku hanya ingin ia belajar bahwa untuk mendapatkan sesuatu yang ia inginkan harus dengan usaha keras dan aku ingin ia lebih menghargai setiap rupiah yang ia punyai dari usaha keras yang sudah ia lakukan. Dan menurutku itu wajar, aku ingin ia tau bahwa hidup itu adalah perjuangan.


Result of Sales in the First Week
Berangkat dari pemikiranku di atas itulah akhirnya aku memutuskan kenapa tidak aku belikan PocketBac dan holdernya dalam jumlah yang banyak sekalian ya kemudian Riri bisa menjualnya kepada teman temannya yang notabene memang PocketBac mania itu. Aku sampaikan ideku ini kepada Riri, dengan janji bahwa di awal aku akan membelikannya beberapa pasang PocketBac dan holdernya, ia boleh memilih 2 pasang untuk menambah koleksi pribadinya, kemudian sisanya ia bisa menjualnya dengan harga murah kepada teman temannya. And the important thing is: Hasil penjualan boleh ia ambil sebagai reward ku atas usaha kerasnya menawarkan PocketBac dan holdernya itu ke teman temannya. Di luar dugaan, Riri ternyata antusias sekali dengan ideku. Beberapa minggu setelahnya kami berdua sibuk browsing di internet, sibuk mencari distributor grosir dan murah di Jakarta untuk produk BBW Amrik ini. Awalnya aku menemukan supplier produk BBW murah tetapi ternyata lokasinya di Gresik – Jawa Timur, karena bukan di Jakarta maka ongkos kirim tidak semurah bila lokasinya di Jakarta. Aku dan Riri pun browsing lagi di internet untuk mencari supplier termurah di Jakarta. Secara tidak sengaja aku menemukan grup BBM untuk produk BBW Amrik ini, and finally berjualan lah Riri di sekolahnya dengan aku sebagai mentornya. (hehehe).


Second Order
Riri mulai melancarkan aksi jualannya, dimulai dengan memasukkan foto PocketBac dan holder PocketBac nya di group BBM khusus teman teman seangkatannya di sekolah, dilanjutkan dengan broadcast message ke semua kontak BBM nya. Dan sejak itu dimulailah episode bunyi tang ting tung teng tong yang berasal dari BB Riri berisi respon dari teman temannya. Ada yang bertanya tentang harga, ada yang menawar, dan ada yang langsung memesan barang. Di sekolah pun ia tidak segan segan untuk menawarkan dagangannya ke teman teman sekelas nya dan teman teman kelas sebelah, bahkan adik adik kelas yang ia kenal pun ditawarinya. "Hebat juga nih Riri, belum seminggu jualannya sudah ada yang laku," pikirku. Terkadang ketika ia sudah tidur di malam  hari bila ada temannya yang BBM menanyakan tentang dagangannya akulah yang membantu menjawab. (hehehe) "Bunda BBMan sama temen temen ku ya tadi malam, ih bunda kok BBMan sama anak kecil sih," berondong Riri kepadaku ketika keesokan paginya mengecek BBM dari teman temannya. Aku hanya menanggapinya dengan tertawa. (hahaha).

Begitulah Riri, ia begitu bersemangat berjualan PocketBac dan holder PocketBac nya. Ketika transaksi penjualan sudah mulai banyak, aku mengajarinya membuat buku catatan pesanan sederhana, berisi tabel nama barang pesanan, nama pemesan, barang yang sudah laku terjual, dan uang yang masuk. Menurutku ia harus mengerti bahwa berjualan itu tidak hanya membeli barang, menjual barang, dan menerima uang hasil penjualan. Semua kegiatan harus dicatat sehingga ia mengerti tentang keluar masuk barang dan uang yang ada.

Second Order
Pada kenyataannya Riri memang sudah aku ajari untuk berjualan sejak ia berumur 6 tahun, aku dan mas Ian berpikiran bahwa Riri kecil harus mulai diajari untuk berani menghadapi tantangan hidup, berani malu, berani menghadapi orang banyak, yaitu dengan berjualan. Sehingga ketika ia dewasa, aku dan mas Ian berharap ia bisa mandiri dan tangguh menjalani hidupnya nanti. Dimulai ketika setiap bulan puasa ia iseng iseng kuajak berjualan makanan dan minuman ringan untuk buka puasa di sekitaran komplek perumahanku. Hasil dari keisenganku itu bisa kulihat perlahan beberapa waktu kemudian, ketika Riri kecil kuajak ke pasar atau mal ia terkadang memintaku membelikan beberapa stiker, ikat rambut, atau jepit rambut untuk dijual kepada teman temannya di sekolah. Seperti juga saat ini, ketika ia mulai tertarik dengan benda yang bernama PocketBac dan holder PocketBac, aku memberikannya ide, memberikannya kepercayaan dan modal untuk menjalankan sendiri usaha kecilnya itu. Pada pemesanan barang pertama aku memberinya modal dengan memesan 10 buah barang, namun ketika pemesanan barang untuk yang kedua kalinya (20 buah barang), aku memintanya untuk memakai uang tabungannya sendiri dengan harapan ia akan lebih berhati hati dan bertanggung jawab dengan usaha kecilnya itu. Dan ketika suatu malam sepulang kantor ayahnya bertanya, "Bagaimana jualanmu hari ini, Nduk?" Riri dengan lantang menjawab pertanyaan ayahnya, "Bisnis berkembang, Ayah!" Suamiku tersenyum dan tertawa, sementara aku sungguh terharu mendengarnya. Memang benar apa yang dikatakan Riri, minggu depan targetnya adalah pemesanan barang untuk yang ketiga kalinya dengan jumlah pesanan 30 buah barang akan dilakukan. Happy Selling ya, Nduk. Semoga usaha kecilmu ini terus berjalan, minimal bisa menjadi pelajaran untuk membuatmu lebih mandiri dan berani menghadapi hidupmu sendiri di masa depan. Amin..
My WorLD, ...My HeARt, ...My SouL © 2008 | Coded by Randomness | Illustration by Wai | Design by betterinpink!