January, 2019
Tengah bulan ini, aku
mendapat hibahan anak kucing dari Mbak Dian, kakak kelas setingkat di atas ku
semasa sekolah di Lombok. Kucing mungil berwarna dominan hitam diselingi putih
pada perutnya.
Socky, nama yang kuberikan,
selaras dengan 2 kaki depannya yang seperti mengenakan kaus kaki. Ada beberapa
usulan nama dari Mbak Riri sebenarnya, dari mulai Casper, Rosa, Viro, sampai
Ros. Namun pada akhirnya pilihan jatuh pada Socky atau Soki, sebagai
alternatif, kepanjangan dari sokiyut. Saat datang, ia terlihat kalem,
diam, dan sopan; Mungkin karena baru bertemu dan baru tiba di lingkungan baru.
Awalnya kutempatkan di kandang 3 hari, masa karantina / masa orientasinya masuk
ke lingkungan baru, supaya mengenal lingkungan dan orang orang baru yang ada di
sekitarnya. (Berasa kayak meng’ospek’ kucing deh..). Lepas 3 hari, Socky mulai
dikeluarkan dari kandang, ternyata ia tidak sekalem penampakan awal
kedatangannya. Tingkahnya sedikit tengil, berlari kesana kemari, mengeksplor
setiap sudut rumah, sembari sesekali mampir ke kaki kaki menganggur untuk
sekedar digerigiti. Ada satu hal yang jadi PR ku, aku harus mengakrabkannya
dengan Pitty, kucingku yang lain.
Pitty, kucing ras campuran Maine
Coon dengan Persia, sudah 8 tahun ini menjadi anak lelaki kesayangan
keluarga. Sejak kematian Hiro, kucing betina kesayanganku 2 tahun yang silam,
Pitty sudah terbiasa sendiri di rumah, terbiasa menjadi raja kecil nan manja di
rumah. Preman jutek penguasa rumah itu setiap pagi selalu membangunkan aku
dan mas Ian, membuka pintu kamar lalu mengendus kami. Bila terkunci, ia pasti
setia ‘ndlosor’ di depan pintu kamar sampai terbuka. Kebiasaannya yang lain,
selalu mengikuti kemana pun kakiku melangkah di rumah, selalu mengeong baper
bila rumah sunyi tidak terlihat seorang pun di depan matanya, selalu
menyandarkan tubuhnya pada tubuhku atau tidur di pangkuanku bila sedang santai,
yang pasti setia menemani di semua aksiku di rumah. Kedatangan Socky membuat
Pitty berubah 360’, ia menjadi sosok kucing yang galak bila didekati Socky.
Yup, preman kecil berkaki empat itu akan mengeram keras bila sedikit saja radarnya
mendeteksi sosok Socky yang mendekat. Dan Pitty pun juga menjadi tak peduli
akan keberadaanku; Tak lagi mengintiliku, tak lagi menemaniku beraktivitas di
rumah, dan tak lagi terdengar celotehnya. Parahnya ia selalu menghindar atau
‘males malesan’ ketika aku berusaha memegang, menggendong, atau
memeluknya. Pittiiiii, kenapaaa??? Aaahhh, kok kamu gitu sih. ๐๐ญ Really felt so sad, seperti separuh jiwa
melayang. Terbiasa diintili, terbiasa dibaperin, terbiasa kecipratan manjanya,
ketika jadi tidak sama sekali itu berasa ada yang hilang.
Pernah kehilangan sahabat?
Atau pernahkah tiba tiba saja orang yang terbiasa berbagi kisah bersamamu
setiap harinya lenyap kandas ke dasar aquarium (aquarium??? ๐ค๐คจ) tanpa ada kabar berita?
Susah hatinya setingkat lebih tinggi levelnya dari itu, nyesek banget rasanya.
Lebay? Mungkin.. You know what, I thought that Pitty was jealouse with
Socky. Although he is an animal, but he has a feeling like a human-being, so
deep inside. Kucing juga kucing kali, punya rasa punya hati kan.
Seminggu sudah
terlewati, at the end tegangan Pitty akhirnya luluh, luruh
juga hatinya. Ia mulai tidak mengeram galak lagi bila didekati Socky, mulai
mencium-cium Socky, mulai berlarian kesana kemari mengejar Socky. Dan ia mulai
pelan pelan bisa kudekati, manjanya sudah mulai keliatan. He’s starting
to get back to normal. Allah memang Maha Besar, kucing itu ternyata
diciptakan Allah dengan sifat dan rasa yang menyerupai manusia. So, sayangi dan
hargai kucing dengan cinta kasih, Guys; sebagaimana kita
menyayangi dan menghargai sesama manusia.
Note:
Namaku
Dewi. Cita – citaku ingin jadi Emak kucing terbaik sedunia