2/03/2019

WELCOME, SOCKY!!

January, 2019

Tengah bulan ini, aku mendapat hibahan anak kucing dari Mbak Dian, kakak kelas setingkat di atas ku semasa sekolah di Lombok. Kucing mungil berwarna dominan hitam diselingi putih pada perutnya.

Socky, nama yang kuberikan, selaras dengan 2 kaki depannya yang seperti mengenakan kaus kaki. Ada beberapa usulan nama dari Mbak Riri sebenarnya, dari mulai Casper, Rosa, Viro, sampai Ros. Namun pada akhirnya pilihan jatuh pada Socky atau Soki, sebagai alternatif, kepanjangan dari sokiyut. Saat datang, ia terlihat kalem, diam, dan sopan; Mungkin karena baru bertemu dan baru tiba di lingkungan baru. Awalnya kutempatkan di kandang 3 hari, masa karantina / masa orientasinya masuk ke lingkungan baru, supaya mengenal lingkungan dan orang orang baru yang ada di sekitarnya. (Berasa kayak meng’ospek’ kucing deh..). Lepas 3 hari, Socky mulai dikeluarkan dari kandang, ternyata ia tidak sekalem penampakan awal kedatangannya. Tingkahnya sedikit tengil, berlari kesana kemari, mengeksplor setiap sudut rumah, sembari sesekali mampir ke kaki kaki menganggur untuk sekedar digerigiti. Ada satu hal yang jadi PR ku, aku harus mengakrabkannya dengan Pitty, kucingku yang lain. 

Pitty, kucing ras campuran Maine Coon dengan Persia, sudah 8 tahun ini menjadi anak lelaki kesayangan keluarga. Sejak kematian Hiro, kucing betina kesayanganku 2 tahun yang silam, Pitty sudah terbiasa sendiri di rumah, terbiasa menjadi raja kecil nan manja di rumah. Preman jutek penguasa rumah itu setiap pagi selalu membangunkan aku dan mas Ian, membuka pintu kamar lalu mengendus kami. Bila terkunci, ia pasti setia ‘ndlosor’ di depan pintu kamar sampai terbuka. Kebiasaannya yang lain, selalu mengikuti kemana pun kakiku melangkah di rumah, selalu mengeong baper bila rumah sunyi tidak terlihat seorang pun di depan matanya, selalu menyandarkan tubuhnya pada tubuhku atau tidur di pangkuanku bila sedang santai, yang pasti setia menemani di semua aksiku di rumah. Kedatangan Socky membuat Pitty berubah 360’, ia menjadi sosok kucing yang galak bila didekati Socky. Yup, preman kecil berkaki empat itu akan mengeram keras bila sedikit saja radarnya mendeteksi sosok Socky yang mendekat. Dan Pitty pun juga menjadi tak peduli akan keberadaanku; Tak lagi mengintiliku, tak lagi menemaniku beraktivitas di rumah, dan tak lagi terdengar celotehnya. Parahnya ia selalu menghindar atau ‘males malesan’ ketika aku berusaha memegang, menggendong, atau memeluknya. Pittiiiii, kenapaaa??? Aaahhh, kok kamu gitu sih. ๐Ÿ˜”๐Ÿ˜ญ Really felt so sad, seperti separuh jiwa melayang. Terbiasa diintili, terbiasa dibaperin, terbiasa kecipratan manjanya, ketika jadi tidak sama sekali itu berasa ada yang hilang. 

Pernah kehilangan sahabat? Atau pernahkah tiba tiba saja orang yang terbiasa berbagi kisah bersamamu setiap harinya lenyap kandas ke dasar aquarium (aquarium??? ๐Ÿค”๐Ÿคจ) tanpa ada kabar berita? Susah hatinya setingkat lebih tinggi levelnya dari itu, nyesek banget rasanya. Lebay? Mungkin.. You know what, I thought that Pitty was jealouse with Socky. Although he is an animal, but he has a feeling like a human-being, so deep inside. Kucing juga kucing kali, punya rasa punya hati kan.

Seminggu sudah terlewati, at the end tegangan Pitty akhirnya luluh, luruh juga hatinya. Ia mulai tidak mengeram galak lagi bila didekati Socky, mulai mencium-cium Socky, mulai berlarian kesana kemari mengejar Socky. Dan ia mulai pelan pelan bisa kudekati, manjanya sudah mulai keliatan. He’s starting to get back to normal. Allah memang Maha Besar, kucing itu ternyata diciptakan Allah dengan sifat dan rasa yang menyerupai manusia. So, sayangi dan hargai kucing dengan cinta kasih, Guys; sebagaimana kita menyayangi dan menghargai sesama manusia.




Note:
Namaku Dewi. Cita – citaku ingin jadi Emak kucing terbaik sedunia
My WorLD, ...My HeARt, ...My SouL © 2008 | Coded by Randomness | Illustration by Wai | Design by betterinpink!