Entah kenapa membaca
tulisan di satu kaca monorail train aku terharu setelahnya, bahkan berkaca kaca. Di sini, di negeri
antah berantah ini, perbedaan sangat dihargai. Mereka semua berbaur dalam damai
tanpa membedakan suku, agama, dan ras. Terselip baper sesaat, bersatu dengan
sedikit iri yang menusuk.. Sedih banget..
Sumpah deh,
beneran ini!!
Lebay?? Mungkin..
Teringat ‘perang’
yang setahun belakangan ini bergemuruh di seantero Nusantara. Kawan, sahabat,
om, tante, ponakan, kerabat, para tetua tetiba menjadi lawan ketika mereka
semua bersebrangan. Semua yang tak sejalan dicoret dari list silaturahmi,
ditendang tanpa rasa. Tepo seliro, nilai luhur yang dari sejak jaman nenek
moyang bangsa ini ada, mulai terkikis habis.
Hmmm...
Allah itu Maha Baik,
Maha Segalanya. Yang berhak menilai kadar keimanan seseorang, masuk surga
nerakanya seseorang adalah hak prerogatif - Nya. Belum tentu yang dinilai tak
sejalan dan tak sepaham, lebih rendah nilainya, lebih rendah kadar keimanannya.
Alat ukur apa yang dipakai untuk mengukur kadar keimanan orang lain, sementara
keimanan sendiri kita tidak berhak untuk mengukurnya.
Oke lah, seseorang
itu memang tak sempurna, mungkin berlumur dosa, hingga nilainya rendah di mata
yang tak searah. But who knows, mungkin loh, siapa yang
mengira kalo ternyata dia yang dinilai tak sejalan itu, hatinya lebih bersih,
amal ibadahnya lebih kenceng dari siapapun. Kualitas hatinya,
amal ibadahnya hanya disimpan untuk dirinya, dalam hati. Mungkin hanya Allah
dan orang orang terdekatnya aja yang sadar. Bahwa
sesungguhnya, terdapat rahasia Allah yang tidak diketahui manusia.
So, Don’t judge a
book by its cover easily. Yuk, sama sama ciptakan Indonesia yang lebih
berperikemanusiaan, adil dan beradab.
Jayalah selalu
Indonesiaku. MERDEKA!!!