September, 2020
Aku menatapnya dari balik kaca, tersenyum bangga. Gadis
kecilku sudah beranjak dewasa. Aku melihat cerminan diriku padanya.
Dulu Dewi kecil di tahun kedua SMA sudah disisihkan dari zona
nyaman, dipaksa hidup mandiri lepas dari segala fasilitas orang tua. At
first she was shocked, because everything had to be decided and faced
alone. But at the end, Dewi kecil bisa juga menerima
kenyataan kerasnya hidup sendiri di satu kota asing yang belum pernah terbayangkan
sebelumnya. Sekolah naik bis kota, kemana mana naik bis kota. Semua kebutuhan
harus dipenuhi sendiri. Sisa waktu disela sekolah diisi dengan ikut les
pelajaran sekolah, sanggar tari, dan menyanyi. Yup, Dewi kecil menjalani
masa sekolah dengan riang, mengisi waktu dengan mengikuti banyak kegiatan, sambil menikmati uang
hasil jerih payahnya sendiri dari hasil menari.
Mbak Riri, gadis kecilku, sama seperti diriku saat lampau. Aku dan ayahnya sengaja membuangnya jauh dari kami untuk menimba ilmu di satu tempat terpencil di negeri seberang, menempanya menjadi pribadi yang mandiri. Aku pun membebaskannya untuk memilih passion yang disuka, untuk dilakukannya disela waktu sekolahnya. Apapun pilihannya, aku oke aja lah, selama itu positif, ia tidak lupa dengan Tuhan nya, selalu bersyukur dengan hidupnya, dan masih tetap dalam pantauanku.
Dan waktu ternyata membuktikannya. Mbak Riri adalah tipe orang yang tidak mau setengah setengah dalam melakukan sesuatu. Beberapa medali dan piala menjadi koleksinya, modelling, taekwondo, berenang, dan beberapa kali mewakili sekolah untuk lomba futsal dan olimpiade pelajaran sekolah.
Alhamdulillah..
If you have a dream, you need to follow it, chase it, and sprint towards it. Go towards it with passion.
Passion is energy. Follow your passion, it will lead you to your purpose in life.