3/19/2019

TENTANG DIA


March, 2019

Pitty dan Soky, duo imut berkaki empat berbulu tebal, sekarang menggantikan kedudukan mbak Riri di rumah. Emaknya tak ada kawan, jadilah duo kucing itu yang setia menemani kala sepi melanda. Sesungguhnya keberadaan mereka menjadikan suasana rumah tambah rame dan makin rusuh. Ada ada aja tingkah mereka, yang pasti sekarang mereka lebih sering bercanda dan bermain bersama dibandingkan saat awal Soky datang; Berlarian kesana kemari, jumpalitan tak karuan, ke lantai atas kemudian turun lagi ke bawah, saling mencium, saling usil, dan tetiba aja saling menerkam. Seru sih, tapi ya itu, aku pun jadi harus rajin bebersih dan beberes rumah. Tugas Inem jadi tambah berat bok, karena bulu bulu dan mainan mereka bisa ada dimanapun. Satu hal, mas Ian memang tidak suka melihat rumah kotor dengan keberadaan mereka, rumah harus tetap bersih dan steril. Ia tidak mau terjangkiti gatal gatal lagi karena alergi kutu atau bulu kucing, seperti yang pernah dialaminya dulu ketika di rumah ada 6 - 7 ekor kucing. Trauma rupanya ia.


Hidup selama hampir 9 tahun bersama kucing, aku mengalami beberapa kelahiran kucing, yang membuatku sesekali berperan sebagai bidan kucing. Selama itu membuatku tersadar bahwa ternyata kucing pun masing masing punya karakter yang satu sama lain berbeda. Kucing pun punya kehidupan, punya rasa, punya perasaan, butuh perhatian dan kasih sayang, seperti layaknya manusia. Perlakuan terhadap mereka hampir sama dengan perlakuan ke sesama kita manusia. Bahkan saat mereka sakit pun, perlakuan dan obat yang diberikan dokter hewan pun hampir sama dengan yang diberikan ke kita manusia. Karena sudah cukup lama hidup serumah dengan kucing, bila mereka flu atau mencri mencri, biasanya aku langsung memberikan obat - obatan yang ada di lemari obat di rumah, sama seperti yang aku minum, hanya dosisnya aja yang sangat kecil. Obat itu akan kuhaluskan, kucampur dengan air gula atau sirup, kemudian kuminumkan dengan pipet langsung ke dalam mulutnya. Sembuh??? Buktinya mereka sehat dan masih bernapas tuh sampai sekarang. (Hehee..) Gampang banget mengenali kucing kucingku bila sakit, sekali terlihat tak bergairah, tidur terus, dan mager, atau hidung berair dan muntah muntah, kotorannya encer, mata berair dan kotor, berarti mereka sedang sakit.

Seperti dua hari yang lalu, ketika bangun pagi Socky terciduk terlihat lemah, letih, dan lesu. Diajak main tak tertarik sama sekali, ia lebih memilih tidur menyendiri. Kuangkat badannya, ia tak berontak seperti biasanya, terasa letoy, dan hangat badannya. Sakit nih!! Sedikit panik, aku berpikir mungkin ia salah makan, maklum kucing kecil ini lagi getol getolnya mencicipi segala macam makanan yang terlihat menggoda imannya. Takut ia sempat mencicipi seonggok kecil sambal yang tersisa di cobek yang belum sempat tercuci semalam. Waduh!! Kuperiksa rumah, aku menemukan beberapa muntahan makanan di dekat tangga. Yang jelas itu bukan muntahan Pitty, bentuknya beda. (Tau aja ya gue, hahaaa..) Kucek kotak pasir Socky, tempat buang airnya, terlihat ‘pup’nya sedikit encer. Fix, Socky lagi gak fit!!


Aku membersihkan muntahan Socky, kemudian kudekati ia yang sedang terbaring pasrah di sudut jendela. Kupeluk, kuelus perlahan, sedih rasanya melihatnya seperti itu, lemah tak berdaya. Kulap badannya dan ku berikan vitamin agak banyak dari biasanya, berharap sore nanti ia sudah kembali ‘tengil’, bermain bersama Pitty. Hopefully..

Aku tiba di rumah lebih cepat dari biasanya hari ini, masih kepikiran Socky. Ku buka pintu depan, kuucapkan salam, terdengar bunyi gemerincing lonceng kecil, dari sudut mata terlihat sekelebat bayangan hitam melesat dari atas turun ke bawah ingin menyambutku pulang. “Sokiiiiii, kamu sudah sehat, yaaa!!”, teriakku takjub dan bersyukur. Alhamdulillaahhh, maka akan dimulailah episode rumah kembali rame dan rusuh oleh duo makhluk berkaki empat.


Note:
Namaku Dewi.
Cita - citaku ingin mengadpsi beberapa anak kucing lagi.
#kalodiijininpresidenrumahini


3/16/2019

THANK YOU, PALS


March 14th, 2019

I had a great time last weekend, had a great quality time with my Jogja’s best friends. Bahagia?? Bahagia dong.. Banget!! Bertemu sahabat sahabat terbaik, saling berceloteh tentang segala hal, diselingi dengan tawa lepas dan saling membuli. Kebayang gak sih, temenan sekian puluh tahun, dan masih loh sampai sekarang. Judulnya “Growing Old Together”, dengan segala kekurangan dan kelebihan masing masing, dibumbui saling mengasihi, saling melengkapi. Aku mengenal mereka dari sejak masih pake seragam putih abu, dari mereka masih bukan siapa siapa, sampai sekarang mereka semua sudah jadi “orang”. Emang dulu bukan orang?? (Hahaaa..) 



Memandang foto foto koplak bersama mereka minggu kemarin dan beberapa foto lama, hasilnya malah jadi melowYou know what, sometimes you meet a person and you just click; You’re comfortable with them, like you’ve known them your whole life, and you don’t have to pretend to be anyone or anything. Dan, tetiba merasa kangen aja dengan sahabat lama dan teman lama yang dulu selalu bersama, dari jaman SD sampai kuliah.

Well, mungkin sebagian dari mereka sekarang sudah berubah, sudah mempunyai dunia masing masing dengan lingkungan baru, teman teman baru, sahabat sahabat baru, dan kesibukan kesibukan baru. Dulu kehadiran mereka membawa warna, peneduh tatkala panas membara, penyemangat saat hilang asa. Teman - teman terbaik tempat berbagi ceria dan nestapa, yang selalu jujur dan berdiri di sisimu tak peduli apa pun keadaannya. Mereka tak segan menyeka air matamu, menjemputmu ketika kau jatuh, dan selamanya menjadi bagian di hatimu. Mereka, anugerah terindah yang pernah dimiliki.


Sahabat itu memang bukan saudara sedarah, tapi memiliki ikatan sungguh erat dengan kita; Seperti satu jiwa di dalam dua tubuh yang berbeda. Berbahagialah ketika kita mempunyai sahabat dari sejak ingusan kemudian tumbuh dewasa bersama, menua bersama. Kebersamaan yang membuat kita saling percaya, mengerti, menerima, dan saling menghargai kekurangan dan kelebihan masing-masing. Walaupun terpisah jarak yang jauh sekalipun, sahabat sejati akan selalu ingat, selalu ada di hati, dan tetap terus saling mendoakan untuk kebaikan. Yang terpenting itu bukan seberapa sering bersama, tapi seberapa besar kualitas kebersamaan itu.

Tak terpungkiri, persahabatan itu kadang bagai kucing dan anjing, bagai dua kutub magnet yang berbeda tapi saling tarik menarik. Saling usil satu sama lain, suatu saat adakalanya menyakiti satu sama lain. But in fact, diakui atau tidak, mereka tidak bisa hidup tanpa satu sama lain. Why we need best friends? Because they laugh at the same stupid things we do; Because they give us honest advice; Because they’ll be there for us, even if they’re thousands of miles away; Because they celebrate with us when we’re at our best, but still love us at our worst.

Apa yang kita alami demi sahabat terkadang menjadikan lelah hayati dan menyebalkan, tak selalu mulus memang, namun itulah bumbunya, membuat persahabatan jadi lebih indah. Ada hitam ada putih; Ada bahagia, ceria, marah, dan sendu, tetapi persahabatan sejati bisa mengatasi semua itu bahkan bertumbuh bersama.


Satu lagi, sahabat sejati mengetahui segala sesuatu tentang dirimu bahkan yang terburuk sekalipun, namun ia kan selalu tetap tulus menyayangimu, tetap ada untukmu, tak kan pernah meninggalkanmu, tak kan menjauhimu, tak kan pernah melupakanmu. Seorang sahabat akan memahami masa lalumu, percaya akan masa depanmu, dan menerimamu hari ini apa adanya. Eleanor Roosevelt said that “Many people will walk in and out of your life, but only true friends will leave footprints in your heart.”

Dear Friends, bersyukurlah ketika Allah mengirimkan malaikat tak bersayap bernama sahabat kepadamu, apalagi yang satu sama lain saling mengingatkan dalam kebaikan; tidak hanya peduli dengan hubunganmu dengan mereka saja, tetapi juga peduli tentang hubunganmu dengan Allah; Yang membantumu untuk selalu mengingat Allah dan mengingatkanmu ketika kamu melupakan Allah. Adanya mereka menjadikan hidupmu jadi lebih hidup, lebih bermakna.

Last,
Thank you, Pals. Terima kasih telah menjadi bagian terpenting dalam hidup ini. Tetaplah menjadi sahabatku, sampai maut yang memisahkan. Jika aku berada di surga kelak, akan kusebut namamu untuk menjadi teman sesurgaku. Allah bless you all, always.. Aamiin..


Note:
Namaku Dewi.
Cita - citaku ingin membuat barang barang handmade unggul bercitarasa Indonesia, seperti kakak kakak BM.

............................................................................................................
**Dedicated for:
> my BM friends, the best 'koplakers' in the world..
> my Rey - my Tong, thank you for always keeping me save 'n warm..
.............................................................................................................

3/13/2019

MUTIARA YANG TERPENDAM

March 03rd, 2019

Di suatu siang yang terik, Mbak Riri mengirimi seonggok kalimat di WA. “Bun, aku besok ikut lomba catur mewakili sekolah,” tulisnya. “What did you say, catur??? Sejak kapan suka catur, Nduk?”, balasku. “Sejak aku ditunjuk mewakili sekolah,” jawabnya. (Hahaa..) Catur??? Ada ada aja deh. Bagai tersengat listrik di siang bolong, aku sungguh takjub, mencoba memahaminya. Peri kecilku itu hampir tak pernah menyentuh papan catur seumur hidupnya, malah mungkin ia tak tau seperti apa bentuknya. (Hahaaa..) Tapi ya sudah, biarkanlah ia mencoba mencicipi sedikit ilmu percaturan dari guru olah raganya di sekolah. At the end, ia kembali bercerita. “Aku menang 2 kali dan seri 1 kali, Bunda,” celotehnya. Not bad lah untuk seorang pemula (banget) seperti dirinya. “Very good, next time you should learn more about that game, Nduk,” balasku.

Tiga hari yang lalu, mbak Riri bercerita lagi: “Aku besok berenang, Bunda. Aku ikut lomba renang mewakili sekolah dengan beberapa orang temanku. Sudah beberapa hari ini aku latihan.” What, apalagi ini??? Renang bukan olah raga favoritnya, meskipun ia sudah mahir melakukannya sejak usia SD. Tapi jangan pernah bertanya dedikasinya untuk taekwondo dan futsal, ia akan menghempaskan apapun yang merintanginya untuk pergi latihan. Waktu pun akan terlewati begitu saja, sampai ayam berkokok di esok harinya pun ia akan tetap asik berkutat di situ. Saat ini ayahnya sedang melarang hasratnya untuk ber’taekwondo’ dan ber’futsal’ ria, lututnya cedera akibat terjatuh saat latihan futsal beberapa waktu yang lalu, sedang dalam tahap pemulihan. Rupanya hal itu tak dapat membendungnya, ia mengalihkan energinya ke olga lain. Keinginannya memang keras, sejak meninggalkan dunia balet, ia lebih menikmati hobi barunya, olah raga. Feelingku berkata, ia ingin membuktikan ke ayahnya bahwa ia pun bisa berprestasi, walaupun harus keluar dari zona nyamannya.


Dan hari Sabtu pagi kemarin, ketika sedang menemani ayahnya olga, mbak Riri mengirim satu foto. “Bunda, lihatlah!”, tulisnya di WA. Surprisingly, ia mengirim foto tangannya memegang medali emas, nomor estafet putri, gaya dada. “Tapi aku gak juara di nomorku sendiri, Bunda,” tulisnya lagi. Wow!!!  This is so amazing, Nduk!!! Apapun itu ayah bunda sungguh bangga dan bahagia loh. Pengalaman dan proses pembelajaran menuju pencapaian itulah yang terpenting, kalah menang tak masalah. Itu satu pencapaian yang luar biasa, selain membawa nama sekolah, tanpa sadar kamu pun membawa nama bangsamu di pundakmu, Nduk. Kamu tau, waktu masih sangat panjang dan akan sangat bersahabat untukmu, bila ingin menyelaminya sampai berbuah sangat manis. Tak bisa dipungkiri, bahwa apapun itu bila terus dilatih dan diasah, ditekuni dengan sepenuh hati, pasti akan memetik hasil sampai titik tertinggi.

Alhamdulillah,
Allah memang Maha Baik. Di setiap ujian naik kelas - Nya, selalu saja terselip kebaikan kebaikan lain, kebahagiaan kebahagiaan lain, untuk ummat - Nya. Terkadang mungkin kita tak menyadarinya, butuh kejelian mata hati, rasa syukur yang tinggi, dan kepasrahan mendalam akan takdir - Nya untuk bisa meresapinya.

Allah bless you, Nduk. Always..

My WorLD, ...My HeARt, ...My SouL © 2008 | Coded by Randomness | Illustration by Wai | Design by betterinpink!