Di suatu siang yang terik,
Mbak Riri mengirimi seonggok kalimat di WA. “Bun, aku besok ikut lomba catur
mewakili sekolah,” tulisnya. “What did you say, catur??? Sejak kapan suka
catur, Nduk?”, balasku. “Sejak aku ditunjuk mewakili sekolah,” jawabnya.
(Hahaa..) Catur??? Ada ada aja deh.
Bagai tersengat listrik di siang bolong, aku sungguh takjub, mencoba
memahaminya. Peri kecilku itu hampir tak pernah menyentuh papan catur seumur
hidupnya, malah mungkin ia tak tau seperti apa bentuknya. (Hahaaa..) Tapi ya
sudah, biarkanlah ia mencoba mencicipi sedikit ilmu percaturan dari guru olah
raganya di sekolah. At the end, ia
kembali bercerita. “Aku menang 2 kali dan seri 1 kali, Bunda,” celotehnya. Not bad lah untuk seorang pemula (banget) seperti dirinya. “Very good,
next time you should learn more about that game, Nduk,” balasku.
Tiga hari yang lalu, mbak
Riri bercerita lagi: “Aku besok berenang, Bunda. Aku ikut lomba renang mewakili
sekolah dengan beberapa orang temanku. Sudah beberapa hari ini aku latihan.” What, apalagi ini??? Renang bukan olah
raga favoritnya, meskipun ia sudah mahir melakukannya sejak usia SD. Tapi
jangan pernah bertanya dedikasinya untuk taekwondo dan futsal, ia akan
menghempaskan apapun yang merintanginya untuk pergi latihan. Waktu pun akan
terlewati begitu saja, sampai ayam berkokok di esok harinya pun ia akan tetap
asik berkutat di situ. Saat ini ayahnya sedang melarang hasratnya untuk
ber’taekwondo’ dan ber’futsal’ ria, lututnya cedera akibat terjatuh saat
latihan futsal beberapa waktu yang lalu, sedang dalam tahap pemulihan. Rupanya hal itu
tak dapat membendungnya, ia mengalihkan energinya ke olga lain. Keinginannya
memang keras, sejak meninggalkan dunia balet, ia lebih menikmati hobi barunya,
olah raga. Feelingku berkata, ia
ingin membuktikan ke ayahnya bahwa
ia pun bisa berprestasi, walaupun harus
keluar dari zona nyamannya.
Dan hari Sabtu pagi kemarin,
ketika sedang menemani ayahnya olga, mbak Riri mengirim satu foto. “Bunda,
lihatlah!”, tulisnya di WA. Surprisingly,
ia mengirim foto tangannya memegang medali emas, nomor estafet putri, gaya
dada. “Tapi aku gak juara di nomorku sendiri, Bunda,” tulisnya lagi. Wow!!! This is so amazing, Nduk!!! Apapun itu ayah bunda sungguh bangga
dan bahagia loh. Pengalaman dan
proses pembelajaran menuju pencapaian itulah yang terpenting, kalah menang tak
masalah. Itu satu
pencapaian yang luar biasa, selain membawa nama sekolah, tanpa sadar kamu pun
membawa nama bangsamu di pundakmu, Nduk. Kamu tau, waktu masih sangat panjang dan akan sangat bersahabat untukmu,
bila ingin menyelaminya sampai berbuah sangat manis. Tak bisa dipungkiri, bahwa
apapun itu bila terus dilatih dan diasah, ditekuni dengan sepenuh hati, pasti
akan memetik hasil sampai titik tertinggi.
Alhamdulillah,
Allah memang Maha Baik. Di setiap ujian naik kelas - Nya, selalu saja terselip kebaikan kebaikan lain, kebahagiaan kebahagiaan lain, untuk ummat - Nya. Terkadang mungkin kita tak menyadarinya, butuh kejelian mata hati, rasa syukur yang tinggi, dan kepasrahan mendalam akan takdir - Nya untuk bisa meresapinya.
Allah memang Maha Baik. Di setiap ujian naik kelas - Nya, selalu saja terselip kebaikan kebaikan lain, kebahagiaan kebahagiaan lain, untuk ummat - Nya. Terkadang mungkin kita tak menyadarinya, butuh kejelian mata hati, rasa syukur yang tinggi, dan kepasrahan mendalam akan takdir - Nya untuk bisa meresapinya.
Allah bless you, Nduk. Always..