11/23/2019

TANTE KESAYANGAN



20 Nov 2019, 12.45 PM..

HPku berdering, ku lihat sekilas, adikku. “Mbak Ri dimana? Barangnya banyak banget ya? Gue ke rumah loe ya, bantu unpacking”, cerocos adikku. “Mbak Ri di rumah, hari ini istirahat dulu, besok aja loe datang ya,” jawabku.

Adikku, tante kesayangan anakku. Beda beberapa tahun dariku, namun setiap kemana mana bareng, orang selalu mengira aku adalah adiknya. Yes, I know it, penilaian orang tak pernah salah kan. Maka resmilah sejak saat itu aku selalu memproklamirkan diri ke setiap orang yang menyapa kami, bahwa aku adalah adiknya, sebelum orang lain memvonis kami lebih dulu. (Hahaaa..) Ada satu kemiripan kami yang lucu, ketika malas mengepel lantai rumah, kami akan mengepel lantai dengan tissue basah; Singkat, simpel, bersih, dan cemerlang!! 

You know what, rasanya di setiap fase pertumbuhan anakku dia selalu ada mendampingi, dari sejak lahir sampai sebesar sekarang ini. Beda kota atau tidak, sama aja. Ketika tinggal beda kota, dia bisa 3 ato 4 kali setahun bertandang ke rumahku, alasannya kangen keponakan padahal kangen akyu deh sbenarnya, mungkin dia malu mengakui. (Hahaa, sotoy!) Kalo pas dia gak muncul, biasanya ada aja ekspedisi yang memencet bel rumah mengantar kiriman.


Kebayang kan kalo tinggal di satu area, hampir tiap hari dong setor muka ke rumah. Selalu menyempatkan waktu, sekedar melihat keadaan keponakan tercinta. Sengaja datang untuk menemaninya, menyemangatinya, menjaganya, terutama di masa sulitnya dulu, saat harus menjalani terapi dokter selama beberapa tahun. Dia, orang yang paling ceriwis mengingatkan jadwal terapi dan obat obatan yang harus diminum. Dia, orang yang paling sewot kalo aku agak sedikit keras ke keponakannya ituh.

Jarak memang bukan halangan. Tetap bisa menciptakan kedekatan emosi tingkat tinggi, dengan saling mengunjungi. Saat kami gantian mengunjunginya, yang paling senang ya Mbak Riri, diajak pergi kemanapun ke tempat tempat yang disukainya, diajak kuliner ke setiap sudut kota. Saa tinggal berdekatan lebih parah bok, hampir di setiap event yang diikuti Mbak Riri, tante kesayangan selalu menyempatkan hadir, mendukungnya.  

Dalam beberapa hal, memang terkadang Mbak Riri lebih bisa mendengarkan perkataan tantenya daripada emaknya, ketika kami sedang berselisih paham. Begitupun saat aku tak sepakat dengannya, ia akan mencari pembelaan tantenya. Dan aku pun ketika kesulitan untuk bertukar pikiran dengan Mbak Riri, maka tantenya yang akan menjadi jubir.

Time flies so fast. Menjelang SMU, aku dan mas Ian memutuskan Mbak Riri sekolah jauh dari kami. Tantenya lah yang paling sibuk setiap Mbak Riri pulang liburan, packing dan unpacking adalah tugasnya, sementara sang keponakan tersayang sudah mager di kamarnya, tertidur pulas. Dan setiap aku mengunjunginya di asrama, hal pertama yang ditanyakan Mbak Riri adalah “Tante Ni mana, kok gak ikut?” Pernah suatu waktu, tantenya sedang mudik ke Lombok, sementara Mbak Riri harus segera kembali ke asrama, dan sang tante pulang secepatnya ke Jakarta. Yup, dia sangat mengerti, keponakan tercinta membutuhkannya, dan akan baper parah kalo tantenya gak ada.

Thank you, Teni.
For always beside me, him, and her.
For always holding our hands, in the bad times and good times.
Allah bless you & fam, always..

DREAMS, BELIEVE, MAKE IT HAPPEN


November 16th, 2019

Ini perjuangan kita bertiga, Ayah - Bunda - Mbak Riri. Dimulai dari sejak Mbak Ri berangkat sekolah jauh dari Ayah Bunda, then finally selesai ya, Nduk. Dari awal kedatangan sampai detik detik terakhir berjuang terus, sempat tertatih memang, demi mendapatkan standar nilai yang diinginkan sekolah untuk lanjut ke level berikutnya. But its ok, karena dengan begitu kamu jadi belajar cara menghadapi semua kenyataan hidup yang harus kamu hadapi sendiri, dengan usaha dan kerja kerasmu sendiri, dengan dukungan penuh dari Ayah Bunda.

Actually, melepasmu sendiri itu dilema, but we had to do it. Ayah Bunda menginginkan Mbak Ri jadi tangguh dan mandiri, think globally, sadar sepenuhnya bahwa ketika jauh dari orang tua hanya Allah lah satu-satunya sumber kekuatan dalam menjalani keseharianmu, serta terbiasa menghargai dan menghormati perbedaan dalam sosialmu. 


And at the end, itu memang terbukti. Sekarang Mbak Ri menjadi lebih mandiri, lebih percaya diri, lebih sadar secara penuh bahwa hanya Allah lah yang bisa menolong manusia dalam keadaan apapun, karena kekuatan dan kebaikan itu hanya datang dari Allah.

Hikmahnya, 
Jangan pernah berhenti berharap, Nduk..
Jangan pernah berhenti bermimpi, tidak ada yang tidak mungkin, ketika kamu terus mengingat - Nya, Nduk..
Karena Allah selalu ada untuk mewujudkannya, sesuai waktunya..

Alhamdulillah,
Thank you, Allah.

IBU CINCIN


October 04th, 2019

Hari ini tepat hari ke 7, umur cincin bambu hitamku. Ia melingkar nyaman di jari manis kiriku. Ingatanku mengembara, teringat wajah sumringah seorang ibu setengah baya yang sabar menemaniku mengobrol, di suatu desa, di kaki gunung Rinjani. 
“Ibu senang bertemu denganmu, Nak.“
“Seperti sudah kenal bertahun tahun rasanya, padahal kita baru bertemu hari ini.”
“Tunggu sebentar, Nak”, Ibu itu berujar. 

Ditinggalkannya aku sejenak, kemudian ia kembali dengan membawa beberapa untai bambu hitam tipis mengkilat. Tangannya bergerak gesit gemulai seperti membuat sesuatu. 
“Ibu buatkan cincin ya, buat kenang-kenangan.”
“Ibu senang sekali, rasanya kok sudah seperti anak Ibu sendiri”, ujarnya lagi. 


Aaahhh, aku terharu, sangat tersentuh.
Ibu ini sangat baik, aku menemukannya di sela sela perjalananku menyusuri sisa - sisa gempa Lombok di kaki gunung Rinjani. Dimulai dari daerah Lingsar - Lombok Barat, Tete Batu - Lombok Timur, hingga ke Desa Sembalun Bumbung, Sembalun Lawang, Sajang, di Lombok Timur, dilanjut sampai ke daerah Bayan dan Tanjung, Lombok Utara. Sempat tertangkap mata, sisa reruntuhan yang belum tersentuh. Juga wajah wajah polos yang kutemui dari satu rumah ke rumah lain, bercerita tentang kehidupan mereka pasca gempa, bagaimana keseharian mereka, dan bagaimana mereka menyambung hidup.

Ada mimpi mimpi di sini, mimpi mereka, juga mimpiku. Semoga terwujud..

Allah bless them, always..

SEPUTIH KAPAS


21 October 2019

Entah kenapa aku selalu betah mematung,
Berlama lama menatap gerombolan, kawanan, gumpalan awan di langit luas..
Di manapun aku berada, 
selalu saja terpana..


Awan awan seputih kapas bertebaran di angkasa biru,
Sanggup menyihir, 
Memasungku dalam amnesia sejenak..

Rasa yang tertinggal hanya satu,
rasa kerdil yang tak berujung..
Dibarengi takjub betapa Maha Agungnya Dia,
Disertai kagum betapa Maha Kuasanya Dia..


Masya Allah..
Sempurna,
Sangat sempurna..

SEJATINYA..

18 October 2019, 06.39 PM..

Hidup, bagiku, adalah..

Proses pendewasaan diri, 
Proses pematangan jiwa, 
Proses pemutihan hati dan pikiran..
Untuk selalu positif,
Untuk lebih membijakkan diri dalam memandang segala sesuatu. 
Bagai mengasah pisau, 
smakin diasah smakin teruji dan tajam. 

Selalu ada alasan terbaik,
Ketika setiap manusia diberi kesempatan dan kepercayaan oleh Allah untuk naik kelas,
Yang tanpanya,
Manusia tak akan pernah meresapi beribu pembelajaran, 
Manusia tak akan pernah mencicipi beribu kebahagian,
yang Allah beri setelahnya..

Hingga kemudian terbentuk lah pribadi yang lebih tangguh, lebih baik, dan lebih bersyukur atas segala kebaikan kebaikan yang diberikan - Nya.

Pribadi yang selalu tersenyum, positif, dan optimis menghadapi hidup.

**DewiArni**
My WorLD, ...My HeARt, ...My SouL © 2008 | Coded by Randomness | Illustration by Wai | Design by betterinpink!