11/23/2019

IBU CINCIN


October 04th, 2019

Hari ini tepat hari ke 7, umur cincin bambu hitamku. Ia melingkar nyaman di jari manis kiriku. Ingatanku mengembara, teringat wajah sumringah seorang ibu setengah baya yang sabar menemaniku mengobrol, di suatu desa, di kaki gunung Rinjani. 
“Ibu senang bertemu denganmu, Nak.“
“Seperti sudah kenal bertahun tahun rasanya, padahal kita baru bertemu hari ini.”
“Tunggu sebentar, Nak”, Ibu itu berujar. 

Ditinggalkannya aku sejenak, kemudian ia kembali dengan membawa beberapa untai bambu hitam tipis mengkilat. Tangannya bergerak gesit gemulai seperti membuat sesuatu. 
“Ibu buatkan cincin ya, buat kenang-kenangan.”
“Ibu senang sekali, rasanya kok sudah seperti anak Ibu sendiri”, ujarnya lagi. 


Aaahhh, aku terharu, sangat tersentuh.
Ibu ini sangat baik, aku menemukannya di sela sela perjalananku menyusuri sisa - sisa gempa Lombok di kaki gunung Rinjani. Dimulai dari daerah Lingsar - Lombok Barat, Tete Batu - Lombok Timur, hingga ke Desa Sembalun Bumbung, Sembalun Lawang, Sajang, di Lombok Timur, dilanjut sampai ke daerah Bayan dan Tanjung, Lombok Utara. Sempat tertangkap mata, sisa reruntuhan yang belum tersentuh. Juga wajah wajah polos yang kutemui dari satu rumah ke rumah lain, bercerita tentang kehidupan mereka pasca gempa, bagaimana keseharian mereka, dan bagaimana mereka menyambung hidup.

Ada mimpi mimpi di sini, mimpi mereka, juga mimpiku. Semoga terwujud..

Allah bless them, always..
My WorLD, ...My HeARt, ...My SouL © 2008 | Coded by Randomness | Illustration by Wai | Design by betterinpink!