11/09/2013

_ HER NAME IS NURIDA.. _


Oct 28, 2013
Senin ini cuaca cerah sekali, matahari bersinar dengan manisnya, awan berkejaran dengan riangnya. Kujalani hari ini dengan nada hati yang ceria, walopun kerjaan numpuk, enjoy aja. Berhubung akhir bulan, maka prioritas kerjaan ku hari ini adalah membuat laporan bulanan. Tiba tiba BB ku berbunyi, ada sms masuk. Kujenguk sejenak, ternyata dari Dewi saudaraku, katanya ada asisten rumah tangga untukku dan aku diminta untuk menjemputnya nanti malam ke rumahnya. Senyumku langsung mengembang ketika membacanya. "Ah, Dewi, pagi pagi dirimu sudah membuat hatiku bernyanyi riang," batinku. Aku pun menelfon Dewi, menanyakan tentang sms itu, menurutnya asisten rumah tangga itu akan datang sore hari ke rumahnya, aku pun berjanji akan menjemputnya sepulang kantor. Beberapa saat kemudian aku tersadar, rumah Dewi di daerah Slipi, Jakarta Barat, waduh daerah macet parah tuh kalo jam pulang kantor. Males juga sore sore pulang kerja aku harus dengan sukarela menjerumuskan diriku ke lingkaran kemacetan yang super sangat parah banget (lebay.com). Aku menelfon Dewi lagi, memintanya untuk mengantarkan asisten rumah tangga itu langsung ke rumahku, dengan tambahan biaya transport, Dewi menyanggupinya, alhamdulillah... (hehehe).
Namanya Nurida, asalnya dari Jawa Barat, umur 24 tahun, dan ia adalah janda cerai yang tidak mempunyai anak. Kesan pertama: orangnya bersih dan terlihat memang niat bekerja. Hari pertama kerja mbak Ida, panggilan ku padanya, ia terlihat kurang sehat, batuk dan pusing katanya. Kuijinkan ia untuk beristirahat dan meminum obat. Kuberikan padanya obat antangin, intunal, dan vitamin C. Kesian juga, ternyata perjalanannya dari kampung ke rumah Dewi , saudaraku, memakan waktu 3 jam, dan itu ia tempuh dengan naik motor, kemudian diteruskan dengan perjalanan ke rumahku dengan naik motor juga. Whaatt??  Ya jelas masuk angin lah, karena seingatku, kemarin malam hujan, dari sejak menjelang maghrib sampai sekitar jam 9 malam. Ya sudah lah, yang penting ia sembuh dulu, baru kemudian mulai mengerjakan tanggung jawabnya di rumah. Aku berharap ia akan segera sehat, karena gak mungkin kan masa' sakit sakit disuruh kerja, kesian.


Hari kedua mbak Ida di rumah, karena aku tidak bisa full mengajari dan memantau mbak Ida bekerja, aku meminta tolong sepupuku untuk menemani dan mengajarinya bekerja selama 3 hari ke depan. Hasilnya lumayan lah, seminggu mbak Ida di rumah, rumah lumayan bersih dan rapi, hanya perlu perbaikan sedikit, tapi overall aku puas dengan hasil kerja mbak Ida.

Adanya kembali asisten rumah tangga di rumahku, sebenarnya sudah aku diskusikan sebelumnya bersama mas Ian dan Riri. Aku menginginkan bila ada asisten rumah tangga lagi yang tinggal di rumah, maka kami akan berlaku seperti biasa, seperti saat kami tidak punya asisten rumah tangga. Tanggung jawab yang menjadi bagian aku, mas Ian, dan Riri akan tetap menjadi tanggung jawab masing masing dengan dikurangi sedikit. Perbedaannya hanya ketika ada asisten rumah tangga, rumah menjadi lebih bersih dan rapi aja. Aku akan tetap memasak, belanja ke pasar, dan merapikan kamarku sendiri. Mas Ian tetap menyiram bunga dan melipat bedcover. Dan Riri tetap bertanggung jawab untuk merapikan kamarnya sendiri dan mengurus (memberi makan dan membersihkan kotoran) Pitty, kucing peliharaannya. On the other side, aku sudah tidak nyapu ngepel dan cuci cuci lagi, mas Ian sudah tidak membersihkan kamar mandi setiap minggu dan mengurus pakaian pakaian yang harus dilaundry, dan Riri pun sudah tidak perlu mencuci piring gelas lagi. (Fiuuhh... finally!!) Pada akhirnya tugas inti mbak Ida hanya bersih bersih, beres beres, dan merapikan rumah aja, termasuk menjaga rumah dan cuci setrika pakaian yang kami pakai sehari hari. Pakaian kantor aku dan mas Ian termasuk pakaian sekolah Riri tetap di laundry.



Actually, I've got  some lessons from this occurrence, from the absence of household assistant at our house. Aku, mas Ian, dan Riri jadi lebih mengerti arti kebersamaan kami bertiga di rumah karena kami bahu membahu untuk menyelesaikan pekerjaan pekerjaan rumah tangga, tanpa harus mendatangkan bala bantuan dari kampung seperti yang biasanya dilakukan oleh beberapa keluarga lain, misalnya mendatangkan ibu atau saudara untuk meringankan tanggung jawab rumah tangga. (Honestly, memang repot banget mengerjakan pekerjaan pekerjaan rumah tangga sendiri tanpa ada asisten rumah tangga, karena aku juga bekerja di kantor, 24 jam gak cukup rasanya. (But I was used to resolve some problems without relying on others, and I will do it with a smiling heart.) Selain itu aku, mas Ian, dan Riri jadi lebih mengerti bahwa ternyata pekerjaan asisten rumah tangga itu berat loh, jadi tersadar kalo kami pun harus menolongnya dengan membantu melakukan pekerjaan pekerjaan yang sebenarnya bisa kami lakukan sendiri. Karena logikanya rumah dan keluarga ini adalah rumah dan keluarga kami sendiri, jadi harus disayang, dirawat, dan dijaga lah dengan baik dan benar. Betul kaannn!!!! (Betuuullll!!!! Hehehe..) Yang paling penting dan membuatku dan mas Ian bahagia adalah Riri kecilku menjadi lebih mandiri dan lebih bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri, kamarnya, dan Pitty, kucing kesayangannya. (This is so amazing.. Wow, thanks GOD!!)

There isn't any success while not a sacrifice and there isn't any success while not hardness.
My WorLD, ...My HeARt, ...My SouL © 2008 | Coded by Randomness | Illustration by Wai | Design by betterinpink!