Aku adalah aku. Dia adalah dia. Aku adalah pencintanya, aku adalah pecandunya. Dia adalah pelepas haus kala dahaga, dia adalah pelepas lara kala gundah, dia adalah pembunuh sepi kala diam. Dia dengan segala kelebihannya, dia dengan segala kekurangannya.
Karyanya menyita sangat waktuku, ketika sejenak ku berhenti membacanya, hati dibuat sakaw olehnya, terasa ingin lagi dan lagi membacanya hingga tuntas. Aku menyukai caranya bertutur, berbahasa sedikit tak lazim, namun sarat makna. 3 karyanya yang sempat terbaca olehku beberapa minggu ini adalah Aroma Karsa, Madre, dan Kepingan Supernova. “Aroma Karsa” bercerita tentang perburuan Puspa Karsa, tanaman bunga sakti dalam dongeng yang melegenda, oleh seorang pengusaha bernama Raras Prayagung. “Madre” adalah sekumpulan cerita pendek apik tentang perjuangan sebuah toko roti kuno, dialog antara ibu dan janinnya, dilema antara cinta dan persahabatan, serta tema seperti reinkarnasi dan kemerdekaan sejati. “Kepingan Supernova” berisikan kumpulan rangkaian kalimat per halaman, panjang dan pendek, dimana setiap halaman meninggalkan makna mendalam untuk merenung dan berefleksi.
Salah satu rangkaian kalimat yang aku suka di buku “Kepingan Supernova” halaman 3, seperti ini;
—————————————————————-
“Engkaulah getar pertama yang meruntuhkan gerbang tak berujungku mengenal hidup.
Engkaulah tetes embun pertama yang menyesatkan dahagaku dalam cinta tak bermuara.
Engkaulah matahari Firdausku yang menyinari kata pertama di cakrawala aksara.
Kau hadir dengan ketiadaan. Sederhana dalam ketidakmengertian.
Gerakmu tiada pasti. Namun, aku terus di sini.
Mencintaimu.
Entah kenapa.”
——————————————————————
Dee Lestari, seorang penyanyi, penulis lagu, dan penulis buku. Sesekali, coba ambil satu buku karyanya, dan belajarlah membacanya, memaknai serta menikmati isinya.