Dua hari yang lalu, aku mengantar Ayah ke KKP Soekarno Hatta untuk suntik meningitis sebagai salah satu syarat keberangkatan Umroh Ayah bulan depan. Ternyata bangunannya sedang direnovasi, sehingga proses penyuntikan itu harus dilakukan di sebuah klinik, di gedung sebelahnya. Tidak memakan waktu begitu lama ternyata, setelah selesai prosesnya, aku harus mengambil mobil yang terlanjur terparkir di gedung sebelah. Aku melewati beberapa ruangan asing yang menawarkan sepenggal hawa suram, sempat tercium aroma semerbak mewangi ketika melintasi satu ruangan. Terbersit setitik perasaan resah, namun tak hinggap terlalu lama.
Dan kemarin, ketika baru saja membuka pintu rumah, selepas waktu Isya', handphone ku berdering, mas Ian mengabarkan Pakde di Mekar Sari - Cibubur telah berpulang ke pangkuan-Nya sesaat sebelum ia meneleponku. Memoriku seketika terbuka, teringat minggu kemarin baru saja bertemu beliau di Bogor, arisan keluarga besar Solo. Pakde memang terlihat ceria namun tidak secerah biasanya. Sesaat, teringat kembali semerbak harum yang sempat tercium olehku dua hari yang lalu sewaktu mengantar Ayah ke KKP, entahlah, Wallahu a'lam. Malam itu juga, sesampainya mas Ian di rumah, kami langsung ke rumah duka.
Pilu, teramat pilu, menyaksikan mereka yang ditinggal pergi untuk selamanya. Kehilangan orang yang dicintai memang berat sangat, banyak kenangan tertinggal, dalam suka duka yang datang silih berganti. Seperti aku, pernah juga merasakannya. Bagaimana rasanya kehilangan pelita hidupmu, tempatmu bersandar, tempatmu berteduh, tempat segala kebaikan bermuara. Bagaimana rasanya kehilangan seseorang yang sangat dipercaya, untuk berbagi kisah keseharianmu, untuk berbagi segala kegilaanmu, untuk bisa menjadi dirimu sendiri. Rasa hampa hadir, seakan diri bagai ikan tanpa air, bagai pantai tanpa lautan. Sampai akhirnya terpuruk dalam diam, karena sedih yang membelenggu jiwa, sudah tidak bisa lagi menetaskan rintik air mata. Yang tersisa hanya kepasrahan dan keikhlasan pada takdir-Nya. Torehan cinta dan rindu mendalam akan sosoknya, terangkum dalam sebait doa setiap harinya, hingga kini.