12/14/2018

HOME VISIT


December, 2018

Desember ini rumah kembali hidup. Usually, there are just the two of us together with Pitty, our cat, but this month will be with Mbak Riri. Yup, she came home last month for home visit, and on mid of January 2019 she will be back to school. 

All the families were happy when they heard that Mbak Riri will come home for holiday. Jangan tanya bagaimana Mbak Riri deh, of course, she is the happiest one. Kenapa? Karena ia hampir 6 bulan hidup jauh dari orang tua, saudara, dan teman temannya di asrama dan di tempat yang terpencil pula. Hidup tenang, hanya belajar dan belajar. Jauh dari peradaban, jauh dari hingar bingarnya ibukota, minim akses ke dunia luar, even for watching TV and touching her gadget pun terbatasi. That’s why ayah bundanya hepi banget dengan kondisi seperti itu, karena ia akan lebih fokus belajar, effort dan pikirannya akan lebih keras dan tertata dalam proses pemahaman satu subyek pelajaran. Endingnya, ia menjadi lebih bijak memahami keadaan dalam keterbatasan yang ada. 

Mbak Riri yang sekarang lebih mandiri, walaupun belum 100%. But at least, ia lebih memahami apa yang harus dipersiapkan dan dilakukan untuk mengejar cita citanya, ia lebih menghargai setiap nilai uang yang diberikan orang tuanya. Alhamdulillaahhh, memang berat sih. Buat aku, jauh darinya mungkin tidak masalah, tetapi melihat kenyataan pahitnya ia harus hidup sendiri di negeri orang, ia harus belajar berlapang dada dan ikhlas menjalaninya, itu yang sedikit membuatku gak tega dan kasihan padanya; Harus merapikan kamarnya setiap hari, harus memaksa dirinya untuk selalu menjaga kebersihan kamarnya, harus memaksa lidahnya berkomproni dengan citarasa menu makanan asrama yang disiapkan setiap hari, harus cuci mencuci daleman sendiri, harus belajar keras sendiri tanpa guru les, harus belajar toleransi dan berbagi dengan teman sekamarnya, harus mengatur pemakaian uang jatah bulanannya, harus berani pergi belanja kebutuhan bulanan tanpa orang tua hanya dengan guru pendamping. Dan yang paling penting adalah dia harus belajar menjadi “decision maker” dalam segala situasi, menimbang mana yang terbaik untuknya sesuai aturan orang tuanya. Yup, selama keputusan dan langkahnya itu masih sesuai dengan aturan orang tuanya, ia hepi dan enjoy menjalaninya, dan selalu melibatkan Tuhannya dalam setiap langkahnya, Aku dan Mas Ian tidak keberatan. Biasanya segala pertimbangan akan ia kemukakan ketika ia bercerita kepada kami tentang semua hal yang ia hadapi dan sudah ia putuskan. 

                              

Selama di Jakarta, Mbak Riri benar benar menikmati hidupnya, bermalas malasan di kamarnya seharian penuh ditemani Pitty, hang out bareng teman temanya, dan mengunjungi sepupu sepupunya. Indah benar sepertinya hidupnya di Jakarta. (Hahaaa..) Satu hal, selama di rumah ia selalu memintaku untuk memasak makanan kesukaannya, kalau tidak, ia akan mengajakku kulineran makanan kesukaannya. Dulu Aku pernah berpikir bahwa suatu hari nanti aku akan mengalami masa dimana aku akan ditinggal pergi olehnya, menyiapkan masa depannya jauh di seberang sana. Dulu Aku pernah berkata padanya bahwa suatu hari nanti ia akan sangat merindukan makanan rumah, masakan ibunya. Saat itu ia hanya tersenyum dan berkata, “Ah, masa’ sih, Bun?” Then, what I've said before is true. Sekarang terbukti, tinggal di asrama dan makan makanan asrama selama beberapa bulan saja, sudah menjadikannya sangat antusias meminta segala menu makanan kesukaannya, dan melahapnya dengan buas. Do you know what’s her favorite? Terasi Lombok!! 

Dan kemudian, yang tersisa hanyalah kebahagiaan, kebahagiaan seorang ibu. Mamaku dulu sering berkata; “Seorang perempuan, sesibuk apapun, teruslah ingat akan kodratnya sebagai seorang ibu dan seorang istri; melayani suami dan anak, mengurus rumah tangga.” Then, Allah will bless you, always.



My WorLD, ...My HeARt, ...My SouL © 2008 | Coded by Randomness | Illustration by Wai | Design by betterinpink!