4/25/2016

MENANTU PEREMPUAN VS IBU MERTUA


Friday, April 22nd, 2016

Hari yang panas, tanpa sengaja aku membaca sebuah link yang membuatku tak berhenti tersenyum untuk beberapa menit, tentang hubungan antara menantu perempuan dengan ibu mertuanya. Teringat beberapa hari yang lalu saat makan siang di sebuah gedung perkantoran, ada aktivitas ‘pengupingan pembicaraan’ oleh ku. Ada 2 orang perempuan yang duduk manis di meja depan, sepertinya baru setahun dua tahun menikah, sebut saja Perempuan A dan Perempuan B, mereka bergosip cukup seru tentang sesuatu hal.

Dari hasil kegiatan ‘menguping’ tersebut (yang sebenarnya adalah dosa, hahaa..), kedua perempuan itu bergosip tentang ibu mertua masing - masing. Perempuan A mempunyai ibu mertua yang ideal, beliau memperlakukannya dengan penuh kasih seperti anaknya sendiri. Suaminya adalah 2 bersaudara, dan Perempuan A dianggap sebagai anak ke 3 oleh ibu mertuanya. Segala kasih sayang dan perlakuan yang diterima adalah sama. (This is like my Mom, the best mother-in-law in the world, heheee..)



Perempuan B berbeda 360' kondisinya dengan Perempuan A, kondisinya sama dengan perempuan yang menjadi fokus dalam link yang kubaca tadi. Cerita sebenarnya seperti apa hanya samar terdengar. Inginku lebih mendekatkan telinga ke arah mereka, apa daya perasaan terhormat untuk tidak menguping lebih mendominasi. (Iseng amat, hahaa..) Sepertinya Perempuan B sangat berharap untuk dianggap, diperlakukan, dan dicintai seperti anak sendiri oleh sang ibu mertua. Karena menurutnya, ia rela meninggalkan orang tuanya mengabdi sampai jantung berhenti berdetak demi anak laki laki beliau, apalagi ia merasa sudah rela meregang nyawa untuk mengandung dan melahirkan cucu penerus keturunan keluarga anak laki - laki kesayangan beliau.

Kalau dipikir memang benar, tidak mudah bagi seorang perempuan untuk 'datang' sendirian ke sebuah keluarga baru, kemudian harus menyesuaikan diri untuk dapat hidup bersama keluarga baru tersebut juga. Pasti ada ketidak cocokan, tetapi sang perempuan tetap bertahan demi orang yang dicintainya meskipun sebenarnya hati galau.

Hubungan antara menantu perempuan dan ibu mertua yang terkadang kurang harmonis memang merupakan topik yang selalu menarik. Apa yang menantu perempuan harapkan terhadap ibu mertua mungkin sama, yaitu dapat menjalin hubungan harmonis, saling menghargai, dan saling menyayangi. Pada kenyataannya, hubungan dengan pasangan dalam satu rumah tangga kadang semakin berwarna karena campur tangan ibu mertua, terkadang banyak masalah yang sering mewarnai rumah tangga suatu pasangan hanya gara - gara ibu mertua. Kekurangharmonisan antara menantu perempuan dengan ibu mertua merupakan masalah klasik, bukan hal aneh dan baru.

Banyak problem yang bisa memicu kekurangharmonisan antara menantu perempuan dan ibu mertua. Hal ini semakin bertambah ribet dengan adanya jiwa persaingan. Bersaing merebut perhatian adalah salah satu alasan utama kenapa hubungan mereka seringkali diwarnai ketegangan dan kekhawatiran. Kedekatan antara ibu dan anak laki-lakinya, paling sering menjadi pemicu 'persaingan'. Sang ibu menganggap dirinya masih 'berhak' atas anak laki-lakinya. Seorang ibu umumnya mencemaskan kesejahteraan hidup anak laki - lakinya. Mereka juga takut kalau anak laki - lakinya yang sejak kecil dibesarkan dengan penuh kasih sayang akan tidak sering mengunjunginya setelah menikah dan takut istrinya akan mengubah anak laki - lakinya menjadi orang lain. Para ibu juga takut kalau anak laki - lakinya tidak bahagia dengan pernikahan. Mereka juga takut jadi tidak terlalu diandalkan oleh sang anak laki - laki karena sudah ada wanita lain di kehidupan anak laki - lakinya. Terlebih lagi, yang menyebabkan menantu perempuan dan ibu mertua sering tidak harmonis karena keduanya tidak tahu bagaimana harus bersikap terhadap satu sama lain.

Beban berat memang lebih sering ditanggung pihak menantu perempuan. Selain masalah anak laki - lakinya, hal - hal kecil lain juga kerap jadi pencetus kekurangharmonisan antara menantu perempuan dengan ibu mertua, misalnya:
Masalah asisten rumah tangga atau harapan ibu mertua yang terlalu tinggi dari menantu perempuannya. Sang ibu mertua ingin menantu perempuannya bertindak serba sempurna.
Masalah pengasuhan anak.
Perbedaan cara mendidik anak.
Masalah keuangan juga merupakan masalah sensitif yang sering memicu kekurangharmonisan antara menantu perempuan dan ibu mertua. Suami memberi uang pada ibu mertua tanpa sepengetahuan istri, misalnya, bisa membuat istri tersinggung. Meski suami tak berniat buruk, tapi tak jarang istri jadi berubah sikap pada ibu mertua dan suami.
Masalah komunikasi. Termasuk di dalamnya persoalan budaya, cara hidup, cara pandang, perbedaan latar belakang ekonomi, perbedaan pendidikan, perbedaan status sosial, usia, atau bahasa / cara berbicara.


Secara garis besar, kekurangharmonisan antara menantu perempuan dengan ibu mertua disebabkan oleh tiga hal yaitu cinta, perhatian, dan financial; Intinya segala hal yang dibutuhkan dalam hidup. Ada strategi untuk menciptakan hubungan yang harmonis dengan ibu mertua yaitu masing masing pihak mencoba melihat aspek positif satu sama lain. Jika kita mencoba melihat satu sisi kebaikan dari seseorang, lama-lama akan muncul generalisasi bahwa orang tersebut baik. Sebetulnya, terjadi masalah atau tidak, tergantung pada persepsi masing-masing pihak. Kedua pihak harus menyadari peran serta kedudukan masing-masing. Ibu mertua harus menganggap menantu perempuan sebagai anak kandungnya sendiri, begitu juga menantu perempuan harus menganggap ibu mertua sebagai orangtuanya sendiri, harus ada upaya saling menghargai.

Keterbukaan antara pasangan sangat diperlukan untuk mengantisipasi masalah yang mungkin timbul dari hubungan antara menantu perempuan dan ibu mertua. Di sisi lain, suami harus bersikap bijaksana supaya tidak dirasa berat sebelah, baik kepada istri maupun orangtuanya. Suami harus bisa menjadi penengah, harus bisa menempatkan diri, dalam menyikapi hubungan antara istri dan ibunya agar adil, selaras, dan harmonis. Pada kenyataannya, tidak ada salahnya menantu perempuan menyampaikan pada ibu mertua hal-hal yang dirasanya kurang tepat, sepanjang disesuaikan dengan keadaan, waktu, dan tempat. Ada satu pepatah Jawa mengatakan, seorang anak dianggap sudah mentas jika sudah menikah. Idealnya, orangtua tak boleh ikut campur lagi pada masalah keluarga anaknya, kecuali anak meminta bantuannya. Karena bagaimanapun, anak adalah tetap anak.

Hidup adalah pilihan, instropeksi diri dan mengambil pelajaran atas segala kejadian yang ada, selalu bersabar dan berusaha selalu bersikap baik pada ibu mertua, karena bagaimanapun ibu mertua adalah ibu kandung dari  laki-laki yang sekarang menjadi suaminya. Hal tersebut dapat ditempuh antara lain dengan cara memberi hadiah kepada ibu mertua, menjaga sikap sopan santun saat berbicara dan saat mereka bicara, lemah lembut dalam bertutur kata, membiasakan diri mengucap salam, dan menepati janji. Berdoa dan meminta bantuan orang-orang baik yang disegani ibu mertua, untuk menyadarkan pola pikir beliau terhadap menantu perempuannya juga bisa dilakukan. Terkadang nasihat orang luar bisa memberikan pengaruh lebih besar daripada orang dalam. Jika seorang perempuan merasa tidak nyaman dengan hubungannya dengan ibu mertua, maka perempuan itu harus mengerti hal-hal apa saja yang membuatnya tidak nyaman dan setidaknya ia tidak akan memperlakukan hal yang sama kelak kepada menantunya.

Bagaimana aku dengan ibu mertuaku? Agak personal sih sebenarnya... Hmm... (Sok mikir, hehee..)

Hidup jauh dari orang tua sejak tahun kedua SMU menempaku menjadi sosok perempuan mandiri, segala masalah yang ada aku coba pecahkan dan selesaikan sendiri dengan mempertimbangkan segala resiko dan konsekuensinya. Aku berkonsultasi dengan orang tua hanya untuk mendengar pendapat mereka setelah aku mendapatkan solusi atas masalah masalah yang ada, bila solusiku itu agak menyimpang dari pendapat mereka maka aku akan menyelaraskannya. Ternyata kebiasaan itu terbawa sampai aku benar benar menjalani proses ku sebagai seorang perempuan dewasa. Menikah, hamil, melahirkan, membesarkan anak, mengurus rumah tangga dengan segala permasalahannya, aku tangani sendiri. Suami, orang tua, dan saudara dari pihakku hanya sebagai tempat berkonsultasi, berdiskusi, setelah aku mendapatkan solusi. Pada akhirnya memang keluarga merupakan tempat ternyaman untuk kembali, ada gak ada masalah mereka tetap akan selalu ada, melakukan pendampingan, in every situation, in the good times and bad times. Yup, they are like where the place to go, to share with, in every moment in my life.


Pada kenyataannya, hidup jauh dari orang tua dan saudara sejak usia belasan, memang mengasah kedewasaan berpikir dan bersikap aku dan suami, tentu saja dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Perpaduan kemandirian ku dengannya, di proses hidup dewasaku, menjadikan keterlibatan ibu mertua dan keluarga suami di dalam kehidupan kami sangat sedikit. Skala 1 - 100, ada di kisaran angka 15 - 20 lah. Sejauh ini hubunganku dengan ibu mertua bisa dikatakan so far so good, walaupun beliau cenderung ke arah egosentris dalam kesehariannya, aku tetap berusaha menghormati dan menyayanginya seperti ibuku sendiri. Aku bersyukur bahwa selama ini suamiku selalu berusaha mengambil jalan aman, dengan menjaga perasaan kedua belah pihak, bila ada yang hal hal sensitif yang bisa menjadi pemicu kekurangharmonisan hubunganku dengan ibu mertua. Yang pasti aku bisa cukup berbangga, karena aku bisa berdiri di atas kakiku sendiri dalam mengurus rumah tangga, tanpa harus merepotkan orang tua dan saudara ketika ada masalah. Kebetulan juga, aku adalah tipe orang yang tidak pernah memikirkan adanya api persaingan antara menantu perempuan dengan ibu mertua. Aku merasa bukan musuh yang harus ditakuti atau orang yang pantas dianggap sebagai saingan, akan membuang waktu, energi, dan hati orang tersebut pastinya, mengapa? Karena aku easy going, bersahabat dan mandiri, alhamdulillah datang dari keluarga yang stabil dan well educated, serta dikelilingi oleh banyak orang yang sangat menyayangiku.

Then, how about you? Why so serious? Selalu bersyukur atas segala yang sudah Allah berikan kepadamu, selalu rendah hati, selalu tersenyum dan berdoa, maka segala aura negatif akan terkubur dengan sendirinya, yang ada hanyalah kelapangan dada dan keceriaan.


References
http://www.psychoshare.com/file-1859/psikologi-dewasa/akur-dengan-mertua-why-not.html
http://m.detik.com/wolipop/read/2013/05/26/143704/2256102/854/ini-penyebab-utama-istri--ibu-mertua-sering-tidak-akur
http://tabloidnova.com/Tips/Meredam-Konflik-Mertua-Vs-Menantu


4/18/2016

FENOMENA KULTUR GENERASI Y


Sunday, April 17th, 2016

Pagi yang santai, tidak ada aktivitas berarti, selain mematangkan rencana kuliner akibat menonton acara kuliner di TV yang menyebabkanku mendadak rindu dengan kuliner kampung halaman. 

Kuambil koran Kompas hari ini, lembar demi lembar ku buka dan ku baca, sampai pada satu halaman yang membahas tentang uniknya strategi bisnis dan strategi marketing kultur generasi Y; Generasi yang disebut juga generasi millennium, yaitu mereka yang lahir awal tahun 1980 hingga awal tahun 2000. Generasi yang sangat melek teknologi, terkesan kasual, santai tetapi dinamis, kreatif, aktif, pintar, dan agresif.


Zaman telah berubah. Era baru di industri usaha telah dimulai. Kombinasi antara kehadiran generasi Y dan teknologi digital telah menghasilkan kultur baru seperti kesetaraan atau tidak ada lagi atasan dan bawahan di perusahaan, tetapi yang ada adalah teman kerja, kolaborasi lebih menonjol dibandingkan dengan prestasi pribadi, dan target gaji atau uang bukan yang utama karena mereka lebih memburu tantangan. Intinya adalah inspiratif, kreatif, dan tidak birokratis menjadi kultur pada era baru ini. Pola kerja dibangun dengan keterampilan interpersonal yang kuat, antusiasme, dan kemudahan berkolaborasi. Pada kenyataannya, inovasi dan ide dari generasi Y akan menstimulus kerja yang efektif dan efisien.

Alkisah ada sekelompok anak muda yang membangun sebuah perusahaan, bergerak di industri pangan dengan lokasi pabrik di daerah Bojonegoro, Jawa Timur. Perusahaan yang merupakan perusahaan minuman berbahan sarang burung wallet ini, Realfood, mengadopsi kultur generasi Y, kewirausahaan sosial, teknologi digital, dan teknologi pangan secara bersamaan.

Kultur generasi Y yang diadopsi adalah suasana santai, dinamis, tidak formal, namun tetap produktif. Ruangan ruangan di kantor mereka (Ruangan kerja, Ruang makan, Ruang pertemuan, perpustakaan, tempat untuk hiburan dan olahraga) didesain mirip tempat bermain, terkesan santai, berwarna warni cerah untuk dinding dan perabot kerja, bergambar seni pop di dinding, tidak bersekat, tidak formal, namun  tampak ceria, serius bekerja, dan produktif. 


Karena kultur generasi Y adalah kultur yang melek teknologi, maka sudah pasti perusahaan ini mengadopsi teknologi digital, mereka mengerjakan semuanya dari nol hingga terwujud produk sebotol minuman dari sarang burung wallet. Teknologi digital digunakan sejak pembuatan desain botol, setelah itu mereka memesan desain botol ke produsen botol.  Desain lainnya adalah desain kemasan dan promosi produk. Untuk penjualan mereka lebih mengandalkan media sosial, sehingga di pabrik pangan ini terdapat berbagai ahli desainer digital, pemasaran digital, hingga fotografer dan videografer. Di sini mereka semua mempunyai peran strategis. Mereka mengerjakan sendiri, bukan diserahkan ke pihak ketiga, dalam pembuatan bahan bahan promosi, desain kemasan, video promosi, dan lain lain berdasarkan nilai nilai yang mereka punya dan yakini. Untuk produksi minuman, dilakukan dengan menggunakan teknologi robot, sehingga tidak banyak menggunakan tenaga manusia. Mereka lebih memfokuskan kebutuhan akan tenaga manusia diproses kreatif (bidang pemasaran, komunikasi, dan desain) untuk memasuki pasar. 

Di sini lah keunikan perusahaan ini, mereka bukan menjual produk semata, melainkan juga menawarkan nilai nilai.  Mereka ingin menggerakkan kesetiakawanan sosial melalui produk mereka.  Sebelum menjangkau konsumen, mereka telah menanamkan nilai nilai itu kepada diri mereka sendiri, melalui kegiatan yang dinamakan Generasi Matoh (Gema) yang berarti generasi mengagumkan. Program ini mewajibkan karyawan untuk mengunjungi desa dan berinteraksi dengan anak anak desa, memotivasi anak anak untuk menggapai cita cita dan berpendidikan.

Perusahaan ini berangkat dari kewirausahaan sosial, dimana mereka mengajak konsumen ketika minum produk mereka untuk membangun kesehatan dan mengembangkan sesama. Saat minum, sebenarnya konsumen membantu orang lain dalam bidang pendidikan dan memberantas kemiskinan. Jika sudah berjalan, ke depannya konsumen akan diajak dalam kegiatan Generasi Matoh.

Di sisi lain, industri mereka menghasilkan sedikit limbah, berupa air dan sedikit bahan organik sisa proses produksi, dan limbah itu tetap mereka olah berdasarkan rasa tanggung jawab atas nilai nilai yang mereka tawarkan ke konsumen.

Fenomena bisnis di atas menandai munculnya era baru di industri pangan yang telah dimulai, konsep bisnis lama yang menjual produk semata telah berubah menjadi menjual nilai. Keuntungan sebesar besarnya tidak berarti keuntungan financial, tetapi juga keuntungan untuk konsumen dan masyarakat.


Fenomena baru ini, lingkungan kerja menjadi tempat bermain yang menyenangkan, lebih egaliter, dan terkoneksi dengan pasar global. Untuk menghadapinya, sejumlah langkah harus segera dilakukan untuk memacu pertumbuhan bisnis, antara lain: jam kerja yang fleksibel, mengurangi rapat yang tidak penting, menyederhanakan prosedur pelaporan, memotong hierarki yang bertingkat tingkat, komunikasi yang lebih terbuka, mengurangi waktu lembur, dan mendorong pekerja untuk lebih banyak bercengkrama dengan keluarga.

Pilihan ini pasti mengubah pola anggaran, pola perekrutan karyawan, pola hubungan personal, pola pertemuan, pola pelaporan, dan bahkan perubahan ruang kerja. Lingkungan kerja berubah menjadi tempat yang nyaman untuk beraktivitas, rapat tidak harus sering dilakukan karena sistem diskusi secara terbuka dilakukan secara daring, tidak ada lagi instruksi dari pimpinan ke karyawan karena yang ada adalah berbagi informasi sesama teman kerja. 

Sekali lagi, perubahan (karena dunia ilmu pengetahuan dan teknologi terus berkembang) tidak bisa ditentang tetapi harus berdamai dengannya, beradaptasi dengannya. Hanya mereka yang mampu beradaptasi dengan perubahan itulah yang mampu bertahan, maka seleksi alam akan berlaku. 

Dan kemudian tetap yang tersisa hanya 3 kata, BERUBAH atau MATI!!


  
-------------------------------------------------------------------------------------------

**Inspired by some articles in Kompas newspaper (140316, 260316, 170416)


BERUBAH ATAU MATI..


Wednesday, March 23th, 2016


Demo supir taksi konvensional di Jakarta kemarin (22 Maret 2016) menyisakan kenyataan bahwa perubahan (karena dunia ilmu pengetahuan dan teknologi terus berkembang) tidak bisa ditentang tetapi harus berdamai dengannya, beradaptasi dengannya. Hanya mereka yang mampu beradaptasi dengan perubahan itulah yang mampu bertahan, maka seleksi alam akan berlaku.

Pemain pemain lama dunia usaha sekarang harus bekerja ekstra keras untuk mempertahankan pertumbuhannya, mereka harus berbagi pasar dengan pemain pemain baru yang sangat agresif dan begitu dinamis. Di hampir setiap lapangan usaha pemain pemain lama tidak utuh lagi.




Perubahan adalah tanda kehidupan, ia bertumbuh selagi berjalan. Ia merupakan sesuatu yang misterius, bekerja begitu kuatnya sehingga dunia bergetar, bagai badai tsunami yang menghancurkan sesuatu yang sudah bertahun tahun berjalan normal. Ia tampak aneh, tapi tidak mungkin menolak bahkan melawannya, karena ia tidak akan pernah binasa, melainkan terus tumbuh dan menjadi besar.

Pada kenyataannya perubahan selalu menakutkan dan menimbulkan kepanikan - kepanikan bagi sebagian orang. Yang pasti, perubahan harus dikelola, agar perubahan tersebut tidak berubah menjadi keterpurukan - keterpurukan dan berujung pada kegagalan. Untuk apa sebuah perusahaan hidup dan terus dipertahankan kalau hanya menjadi beban masyarakat, tidak memberi manfaat, dan menyulitkan banyak orang? Sebagian besar orang telah terbelenggu dalam 'kesuksesan masa lalu', menggunakan 'cara berpikir kemarin' untuk menyelesaikan masalah sekarang, yang pasti sudah tidak relevan lagi untuk digunakan.

Bisnis taksi konvensional adalah bisnis angkutan darat konvensional berplat kuning, sedangkan transportasi online adalah bisnis transportasi berbasis aplikasi online berplat hitam atau lebih tepatnya platform e-commerce yang menawarkan produk jasa transportasi berplat hitam.


Secara core business keduanya sudah berbeda, sehingga pada akhirnya menurutku membutuhkan payung undang undang yang berbeda juga, tidak bisa disamakan. Hal yang dipermasalahkan sebenarnya adalah legalitasnya. Mungkin dengan kejadian kemarin, pemerintah dapat segera membuat undang undang yang mengatur kriteria legalitas untuk perusahaan transportasi berbasis aplikasi online. Dari cara transaksi pembayaran, pajak, dan legalitas di dalamnya. Jika nanti undang undang dan legalitasnya sudah dipenuhi, tidak ada alasan untuk diblokir atau dicabut, karena sudah menjadi perusahaan yang resmi dilindungi oleh undang undang.

Di sisi lain, persaingan dalam dunia bisnis itu sudah sangat biasa. Pola pikir konsumen semakin kritis, gaya hidup konsumen berubah, dan tuntutan konsumen akan produk dan pelayanan yang berkualitas serta kompetitif semakin tinggi. Semua perubahan ini harus direspon oleh para pelaku bisnis, baik dalam konsep bisnis yang mampu menjawab perubahan itu, maupun skala usaha dan perubahan perubahan internal dalam perusahaan.

Dulu (Telkom) Flexi diluncurkan sebelum izinnya keluar, bahkan peraturannya keluar setelah produknya eksis di pasaran. Dulu Garuda Indonesia (GI) pun pernah terancam menghadapi perusahaan perusahaan penerbangan baru bertarif murah, yang dengan semangat tinggi telah mengubah preferensi konsumen. GI pada akhirnya cukup mampu berlaku dinamis pada perubahan itu, mereka menggarap ceruk pasar yang masih ada dan loyal pada produk mereka. Pada kenyataannya permintaan akan produk mereka memang masih ada, sehingga mereka menjadikan kualitas mutu produk dan layanan profesional premium menjadi prioritas mereka sampai saat ini. GI bahkan mampu membedakan produk dan pasarnya antara yang sekarang (existing) dengan yang seharusnya bisa dikembangkan (future product / market). GI kemudian meluncurkan CitiLink untuk melayani segmen tiket murah.

Pelaku bisnis harus mempunyai strategi agar perusahaan menjadi lebih kompetitif. Pelaku bisnis harus kreatif dan inovatif untuk memoles produk andalannya dengan memperbaiki produk tersebut untuk memasuki segmen baru, sehingga merupakan potensi baru bagi perusahaan untuk memperoleh pertumbuhan (growth).





Pada kenyataannya, perubahan bukanlah sesuatu yang mudah, untuk bergerak orang harus diajak melihat dan mempercayai bahwa sesuatu telah berubah. Untuk berubah, orang harus berpindah dari 'comfort zone' ke 'discomfort zone', yang berarti bahwa orang harus berperang melawan nalurinya, melawan sejarah hidupnya. Langkah terakhir setelah melihat dan mempercayai bahwa sesuatu telah berubah adalah bergerak menuju perubahan itu dan menyelesaikannya dengan sepenuh hati.

Tidak bisa dipungkiri bahwa perubahan membutuhkan waktu, biaya, dan kekuatan. Untuk bisa menaklukkannya dibutuhkan kematangan berpikir, kepribadian yang teguh, konsep yang jelas dan sistematis, dilakukan secara bertahap, dan dukungan yang luas.

Dan kemudian yang tersisa hanya 3 kata, BERUBAH atau MATI!!


--------------------------------------------------------------------------------
**Inspired by "CHANGE" / Rhenald Kasali, Ph.D. / June, 2005

2/12/2016

MAAFKAN YA, NAK..


Wednesday, February 10, 2016
Hari ini aku dibuat terpana oleh maraknya pemberitaan tentang komunitas LGBTIQ (Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender, Intersex, Questioning) yang sedang berusaha keras melegalkan keberadaan mereka di Indonesia. Dan yang lebih membuat shock adalah sekarang sudah ada (ada yang tersedia sejak lama tanpa kita sadari) emoticon dan stiker mereka di media sosial (medsos) dan media komunikasi (medkom) online seperti LINE messenger, BlackBerry Messenger, Facebook, dan WhatsApp. Whaatt??? Miris banget bacanya, feels like the world is going crazy now. Teringat bahwa mayoritas anak anak usia sekolah pada era sekarang adalah pengguna aktif ketiga medkom dan medsos tersebut. Pikiranku langsung tertuju pada mbak Riri, dia adalah pengguna aktif LINE messenger bila berkomunikasi dengan teman temannya. 

Perkembangan teknologi yang demikian pesatnya, membuat aku cukup ketar ketir kuatir juga. Bagaimana tidak, segala informasi tentang hal apapun dapat diperoleh dengan mudah, termasuk konten pornografi yang bisa tiba tiba saja muncul tanpa diundang, hanya dengan bermodalkan gadget dan wifi. Wifi, gadget canggih, dan TV berbayar, lengkaplah sudah sarana untuk berselancar di dunia yang tiada berbatas. (Huft..!!) Kekuatiran menyeret alam sadarku untuk sedikit mengulang sex education kepada mbak Riri pagi ini. Honestly, hal ini sudah mulai kulakukan sejak ia duduk di bangku TK dan awal SD, ya, aku merasa harus memagarinya. Aku mencoba menjelaskan dalam bahasa yang sederhana, bahwa laki laki dan perempuan itu berbeda, bahwa ia harus menjaga daerah sensitif di tubuhnya yang tertutup oleh baju renang biasa (antara bahu ke bawah dan lutut ke atas); Tidak boleh disentuh, dilihat, dan dipegang oleh orang lain selain ibunya. Sampai kemudian aku dan sekolahnya mengenalkan tentang konsep muhrim dalam Islam.

Berbicara tentang LGBTIQ dan pornografi, aku jadi teringat Ibu Elly Risman, seorang psikolog perempuan Indonesia yang fokus pada parenting dan pendidikan anak. Aku pertama kali mendengar istilah LGBTIQ dan cerita tentang komunitas ini dari beliau di salah satu seminarnya. Kala itu, akhir Oktober 2015, Ecy, salah satu sahabatku, menawariku untuk mengikuti seminar beliau, "Cara Jitu Berdialog dengan Anak Masa Kini."  Inilah titik awal aku mulai tertarik untuk mengikuti seminar seminar beliau, dan mulai keranjingan belajar dan belajar untuk menjadi orang tua yang lebih baik lagi. Belajar??? Yup, walaupun sudah sangat terlambat dan masih banyak kekurangan sih, tetapi untuk suatu perubahan menuju ke arah yang lebih baik, demi untuk kebaikan dan kebahagiaan bersama, why not??

Ibu Elly Risman, selama beberapa bulan terakhir ini, amat membuatku  kagum, kagum pada pola pemikirannya, kagum pada kepedulian dan perjuangannya untuk mencetak anak anak Indonesia yang kelak berkepribadian tangguh dan berakhlak mulia di masa depan. Ada terselip sedikit rasa penyesalan dalam diri sebenarnya, mengapa tidak dari bertahun tahun yang lalu ya aku mengenal beliau. Sebelumnya, aku hanya mengenal beliau sekilas sebagai salah seorang narasumber di acara "Kick Andy." 

Ada beberapa perkataan Ibu Elly Risman yang benar benar sangat menamparku di salah satu seminarnya. "Anak adalah amanah, titipan dari Allah untuk kita. Anak diberikan kepada kita dalam kondisi yang suci, murni, bersih seperti kertas putih. Apakah kita akan memenuhi kertas itu dengan gambar dan warna warna yang indah; ataukah kita akan mengisinya dengan gambar benang kusut berwarna hitam suram? Jangan sampai kita kembalikan anak kita kepada-Nya dalam keadaan bobrok atau hancur kondisinya." Plak Plak Plak!!! Rasanya seperti ditampar beribu kali atau dilempar dari tebing yang tinggi dan curam, sampai di bawah terbentur batu dan kejatuhan kotoran burung (Kok kotoran burung sih?? Hahaa..)

Sungguh, Beliau membuatku merenung. Aku belum sesempurna yang beliau paparkan di seminarnya. Aku akui, mungkin memang di beberapa hal tertentu aku terlalu talkative, terlalu membebani anak dengan inner child ku dulu, terlalu banyak tetek bengek aturan ini itu.. Maafkan Bunda ya, Nak!! Tapi kan maksudnya baik. (Heheee..) Beberapa kali aku mencoba menumpahkan pikiran pikiranku kepada mas Ian, juga tentang semua hal yang disampaikan Ibu Elly Risman; Apa sebenarnya tujuan kita sebagai orang tua dalam membesarkan anak, nantinya kita mau membentuk anak kita menjadi manusia seperti apa di masa depannya. 

Ada beberapa hal penting dalam keseharianku sekarang ini yang coba ku lakukan mengacu pada jurus jurus parenting Ibu Elly Risman, yaitu (my own conclusion, based on Ibu Elly Risman's seminar):


1.  Mencoba memahami dan mengendalikan inner child kita, sebagai orang tua, yang sekiranya akan membebani anak.
2. Mencoba untuk selalu menggunakan kata dan bahasa yang baik, positif, dan menurunkan frekuensi suara ketika berbicara dengan anak, ketika berkomunikasi dengan anak;
·   Mencoba menghindari kalimat dengan awalan kata "jangan."
3. Mencoba melihat bahasa tubuh anak dan menebak perasaan anak, sehingga ia terpancing untuk mengungkapkan apa perasaannya pada saat itu; Dan di sisi lain kita sebagai orang tua mencoba menjadi pendengar aktifnya.
4. Mencoba untuk menghindari gaya mencap / melabeli anak dengan sebutan tertentu (yang bersifat negatif), membandingkan, membohongi, mengancam, menyalahkan, memerintah, ataupun meremehkan anak.
5. Mencoba untuk tidak bicara dengan tergesa gesa bila berbicara dengan anak, dengan maksimal 15 kata yang digunakan ketika kita sebagai orang tua sedang berbicara.
6. Mencoba memahami bahwa setiap individu adalah pribadi yang unik; Pribadi anak adalah unik, berbeda dengan ibunya, berbeda dengan ayahnya, dan berbeda dengan anak lainnya. Ia mempunyai kelebihan dan kekurangan yang semuanya harus dihargai.  
·  Memahami keunikan anak berarti harus memahami juga bahwa kebutuhan setiap anak berbeda, sehingga berdampak pada penanganan untuk setiap anak pun berbeda (komunikasi, penghargaan, dan disiplin). Aturan harus dibuat berdasarkan kesepakatan bersama antara orangtua dan anak.
7. Mencoba membuat anak belajar berpikir sendiri bila ada masalah karena kelalaiannya sendiri, membiarkannya mencari solusi, memilih dan memutuskan alternatif solusi yang terbaik untuknya, serta siap menerima konsekuensi atas kelalaiannya tersebut; Sehingga perlahan ia bisa mandiri dan bertanggung jawab atas pilihannya itu. Misalnya kelupaan membawa PR yang sudah dikerjakannya di rumah, mempunyai konflik dengan teman, dan lain lain.
  1. Mencoba bekerja sama memikirkan masalah bersama, mencari solusi, memutuskan bersama, bila masalah itu berkaitan dengan kita sebagai orang tuanya.
  2. Mengajak anak berbicara panjang lebar tentang bahaya pornografi yang bisa menyebabkan perubahan struktur dan fungsi otak / kerusakan otak (di atas alis kanan manusia); 
·   Bahaya pornografi itu bisa datang dari hal hal yang sudah sangat familiar dengan anak sehari hari, misalnya dari gadget yang biasa ia gunakan sehari hari; browsing dari HP dan laptopgames di HP dan laptop, tontonan di TV (sinetron, film, video klip musik, iklan), film bioskop, buku komik, komik online, novel, medsos, medkom online; dimana di dalam semua itu banyak hal yang bukan diperuntukkan untuk anak anak dan tidak baik untuk anak anak,  seperti kekerasan fisik, perkataan kasar, pakaian minim kain, adegan romantisme orang dewasa.
·   Bagian yang paling rusak adalah prefrontal cortex (PFC), di bagian ini nilai-nilai moral, rasa tanggung jawab, dan emosi diolah. Bila mengalami kerusakan maka anak tidak bisa membuat perencanaan, tidak bisa mengendalikan hawa nafsu dan emosi, serta tidak bisa mengambil keputusan dan berbagai peran eksekutif otak sebagai pengendali impuls-impuls; Kerusakan ini menimbulkan perbuatan berulang – ulang terhadap pemuasan seksual.  Bagian inilah yang membedakan antara manusia dan binatang.
·   Kerusakan otak bagian depan atau prefrontal cortex sama dengan korban kecelakaan lalu lintas yang mengalami cedera otak. Hasil MRI-nya bahkan tampak sama!!
·   Adiksi (kecanduan) pornografi pada anak tidak terlepas dari bisnis pornografi yang memang menyasar anak-anak sebagai target pasar. Anak laki-laki menjadi target utama industri pornografi, usia kelas 4-5-6 (anak yang belum baligh). Bahkan lebih spesifik lagi adalah anak laki-laki belum baligh dengan kriteria cerdas, beragama, dan peka.
·   Mengapa sedini mungkin dijadikan target? Tujuannya agar anak anak tersebut menjadi target masa depan pasar bisnis pornografi. Sehingga akhirnya akan menjadi pecandu pornografi seumur hidup. Perangkap yang diberikan bermacam-macam. Misalnya, pada awalnya akan diberikan secara gratis, lama-kelamaan mereka harus membayarnya. "Persis seperti menjual narkoba. Mencicipi dulu sedikit, setelah ketagihan, pasti si anak akan mencari.”
·   Jangan membiarkan anak hidup sendiri dalam era digital tanpa bimbingan, jika hal ini dibiarkan, maka akan merusak psikis, fisik, dan moral anak. Adiksi pornografi pada anak yang dimulai sejak kecil akan menyebabkan kerusakan otak permanen.
10. Selalu berusaha menanyakan dan mengecek kegiatan anak setiap hari; memeriksa dan membatasi bacaan anak, tontonan TV dan bioskop, penggunaan HP, games anak, laptop, dan ipadyang diperbolehkan adalah yang sesuai dengan usia anak. 
·   Hal terbaik adalah mengajari anak untuk bijak berteknologi dengan memberikan aturan yang jelas tentang penggunaan gadget dan orang tua harus menjadi panutan yang baik; Bersikap konsisten dengan tidak membawa ponsel pada saat “No Gadget Time” atau bersikap konsisten dengan tidak membawa ponsel di ruang "No Gadget Room" misalnya di ruang makan atau di ruang keluarga.
11. Mengenalkan konsep harga diri yang baik pada anak bahwa diri dan tubuhnya sangat berharga, harus dijaga, dan tidak boleh disentuh sembarangan oleh orang lain, termasuk penjelasan bahwa laki laki dan perempuan itu berbeda serta konsep muhrim dalam Islam dan juga bagaimana seharusnya hubungan antara laki laki dan perempuan yang bukan muhrim.
12. Mencoba meluangkan waktu untuk turun tangan sendiri dalam mengurus kebutuhan dan mendampingi anak walaupun menjadi ayah dan ibu pekerja; 
·   Tidak 100% mensubkontrakkan pengasuhan anak pada asisten rumah tangga, ibu kita, sekolah, dan tontonan TV;
·  Misalnya membuatkan sarapan pagi, menyiapkan bekal sekolah, menemani sarapan di meja makan sambil mengobrol, memasakkan makanan kesukaan anak, menemani belajar, menemani belanja kebutuhan sekolah, memberikan pujian, memeluk, dan mencium ketika anak melakukan hal hal baik, mendampingi saat menonton tv, rekreasi keluarga, dan lain lain. 
Hal ini sangat penting agar anak merasa bahwa mereka dianggap ada, bernilai, merasa disayang, merasa diperhatikan, merasa didukung; sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
13. Harus memahami bahwa kesalahan komunikasi orang tua kepada anak (Bicara terlalu cepat; Bicara terlalu banyak; Bicara yang tidak perlu / mengomel; Tanpa sadar berbohong, mengkritik, menggurui, dan lain lain) mengakibatkan anak jadi BLAST (Boring, Lonely, Angry, Afraid, Stress, Tired) dimana jiwanya menjadi kosong, tidak percaya diri, pemarah, dendam kepada orang tuanya sendiri. Anak-anak yang BLAST ini adalah sasaran empuk bagi pengusaha pornografi karena rata-rata dari mereka pasti akan mencari pelampiasan.
14.Memberikan pendidikan agama pada anak untuk membentenginya dari hal hal yang tidak baik dari dunia luar.
15. Tanggung jawab pengasuhan anak adalah tanggung jawab berdua, ayah dan ibu, bukan hanya ibu. Anak laki laki yang kurang perhatian dan kasih sayang ayah cenderung menjadi nakal dan agresif, jika salah pergaulan akan terjerumus dalam narkoba dan sex bebas. Sedangkan anak perempuan yang kurang perhatian dan kasih sayang ayah cenderung depresi, jika salah pergaulan akan terjerumus dalam sex bebas.




Ada beberapa link Ibu Elly Risman tentang parenting yang sangat bagus untuk dicerna dan diambil nilai nilai positifnya, yaitu sebagai berikut:


Anak-anak kita merupakan karunia Allah SWT, harus disyukuri, dididik dan dirawat dengan sepenuh hati, lembut, dan penuh kasih. Bismillah, semoga kita semua selalu dituntun-Nya untuk selalu sabar dan kuat dalam mendidik dan mendampingi anak anak kita menjadi pribadi yang tangguh, berakhlak mulia, dan penuh kasih. Amiinn..


1/12/2016

_ HIDUP SEHAT, SIAPA TAKUUTT!!! _


Sunday, January 10, 2016
Zat cair yang kita minum setiap hari, baik itu yang berasal dari minuman atau dari berbagai jenis makanan, mempunyai banyak manfaat. Diantaranya adalah membantu proses metabolisme tubuh, membantu proses pencernaan, menjaga daya tahan tubuh, mencegah penuaan dini, melembabkan kulit, mengeluarkan racun, mempertajam ingatan pada otak, dan masih banyak lagi yang lain.

Setiap sistem anggota tubuh kita (organ vital tubuh) membutuhkan air yang cukup setiap harinya agar dapat berfungsi dengan baik, dan racun yang ada di dalam tubuh tidak mengendap dan segera dikeluarkan dalam bentuk keringat, urine dan kotoran lainnya.

Selain dengan minum air putih, kebutuhan asupan air pada tubuh dapat dipenuhi dengan makan buah-buahan yang mengandung air. Selain mengandung banyak air, buah-buahan juga banyak mengandung vitamin dan nutrisi bagi tubuh, sehingga dapat membantu kebutuhan tubuh terhadap perbaikan sel.


Tubuh yang sehat tidak hanya membutuhkan air yang cukup serta asupan vitamin dan nutrisi lainnya (berasal dari buah dan sayuran yang dikonsumsi langsung), namun pola hidup, jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi juga sangat mempengaruhi kesehatan tubuh. Kita harus menyeimbangkan semuanya agar berjalan dan berfungsi dengan baik.

Bagaimana cara minum air putih setiap hari agar sehat dan aman? Yaitu sebagai berikut:
Minum air putih setiap hari minimal 2 liter atau 8 gelas air.
Minum air putih dengan mengatur jarak minumnya dan tidak langsung banyak dalam sekali minum (sedikit demi sedikit sesuai kebutuhan), tidak menunggu merasa haus terlebih dulu; Seperti setelah makan, sebelum makan, sebelum tidur malam, pada pagi hari.

Pada kenyataannya saat ini sedang happening satu jenis minuman yang bernama 'Fruit Infused Water'; Merupakan salah satu alternatif yang bisa digunakan sebagai minuman untuk memenuhi kebutuhan tubuh kita akan air, selain tidak berkalori juga mengandung vitamin dan mineral yang terlarut dari buah segar yang digunakan. Minuman ini sedang menjadi trend di kalangan yang peduli dengan kesehatan.

Bagaimana dengan diriku sendiri, apakah termasuk ‘mineral water lover’ atau ‘soft drink lover’? Aku pribadi bukan termasuk pecinta ‘soft drink’, namun di sisi lain aku pun harus memaksa diri untuk meminum air putih sesuai kebutuhan perharinya. Bingung kan? (Hehee..) Fruit Infused Water ternyata bisa menjadi penengah masalahku itu. Awalnya terasa berat melakukannya, tapi karena ada dorongan hebat untuk mengubah pola hidup menjadi lebih sehat, egoku pada akhirnya mengalah.


Didahului dengan membuat perpaduan antara air putih, timun, dan daun mint setiap malam, untuk diminum setiap pagi sehabis sarapan oleh mas Ian, suamiku. Kemudian karena tertarik melihat kesegarannya, aku pun ikut mencoba membuat kolaborasi yang memungkinkan akan membuatku bersemangat untuk membuat dan meminumnya setiap hari. Yup, untuk alasan detoks dan mengurangi lemak di dalam tubuh rasanya lebih ampuh untuk memacuku. (Hehee..)

Pada kenyataannya setiap pagi aku membiasakan diri untuk selalu membuat jus campuran antara tomat, wortel, apel hijau, dan nanas (bila ada), tapi pada akhirnya selalu merasa ‘wasting fruits’, ketika aku melihat banyaknya ampas yang dibuang, selain karena ‘ribet’ ketika mencuci 'juicer'. (Hehee..) Sekarang segelas jus setiap pagi yang kuminum telah tergantikan posisinya dengan segelas fruits infused water yang merupakan perpaduan antara air putih, nanas, strawberry, timun, dan daun mint. Awalnya aku merasa segelas fruit infused water sehari sih cukuplah, tapi lama kelamaan sadar sendiri kalo itu pasti gak cukup untuk kebutuhan vitamin mineral dan serat perharinya (sok tau banget ya), alhasil menu setelah sarapan aku tambahkan dengan segelas jus campur favoritku dan makan sayuran buah di malam hari.

Minum Fruit Infused Water setiap hari memang sangat bermanfaat, selain karena wujudnya masih berupa air putih yang memang sangat bagus untuk kesehatan, rasanya yang ringan, segar, terdiri dari bermacam  rasa buah-sayuran dan herbal / rempah rempah, tanpa harus merasa takut kelebihan kalori, gula, dan perasa buatan. Dan dari segi penampilan juga sangat cantik berwarna warni dan menyegarkan mata, yang kemudian berdampak aku menjadi lebih bergairah untuk meminumnya.

Untuk lebih memudahkan membuat Fruit Infused Water (praktis dan murah), belilah kemasan buah-sayuran potong di minimarket atau supermarket yang kemudian dipadukan dengan air putih dan herbal / rempah rempah (daun kemangi, kayu manis, cengkeh, jahe, lavender, serai, daun mint, rosemary, thyme, peterseli, dan lain lain). Cara membuat ‘Fruit Infused Water’ sangat mudah yaitu:

  • Buah-sayuran potong dan herbal dicuci bersih, dimasukkan ke dalam wadah tertutup berisi air putih, dan dimasukkan ke dalam kulkas.
  • Setelah lebih dari 2 jam (biasanya 6 – 12 jam agar sari buahnya keluar dan air akan berubah rasanya), Fruit Infused Water siap untuk dikonsumsi. Disarankan mengkonsumsi fruit infused water sebelum makan agar gizinya bisa langsung dapat diserap tubuh.

Buah-buahan yang telah dipakai untuk infused water dapat digunakan sekali lagi, jadi untuk dua kali pemakaian. Namun lebih baik bila diganti dengan buah dan sayuran yang baru, untuk menghindari pembusukan dan teroksidasinya bahan – bahan tersebut yang dapat mengubah warna dan baunya.

So, Let’s start to live healthier!!!



Referensi:
http://health-widiynews.blogspot.co.id/2015/05/berapa-jumlah-liter-air-yang-dibutuhkan.html?m=1
http://www.infusedwaters.com/5-benefits-infused-water-versus-juice
http://dish.allrecipes.com/fresh-ideas-for-making-infused-water/
http://pusakapusaka.com/mengenal-air-infus-atau-infused-water-an-manfaatnya-bagi-kesehatan.html
https://infusewatercitarasaindonesia.wordpress.com/page/2/
http://majalahkesehatan.com/kenali-manfaat-bahan-bahan-cantik-dalam-fruit-infused-water/
http://sauus.com/b/6-Resep-Praktis-Infused-Water-Buat-Kamu-yang-Ingin-Hidup-Sehat

_ WASPADALAH, WASPADALAH!! _


Saturday, January 09, 2016
Hari ini hari yang bersejarah rasanya, setelah sekian lama males banget nulis di blog, akhirnya terpatahkan juga. Ada beberapa kejadian yang kualami yang membuat tanganku gatal untuk menulis. (Hehee..)

Sebenarnya aku sudah pernah mengalami kejadian ini beberapa kali, hanya saja aku menganggapnya sebagai angin lalu. Aku hanya berbagi cerita dengan teman teman di kantor. Namun karena telah terjadi beberapa kali membuatku berpikir bahwa hal itu sepertinya sudah menjadi tren kekinian yang sedang 'booming' saat ini. Really?? Sudah separah itukah moral mereka atau memang mungkin karena mereka benar benar khilaf / lupa?? Ya sudahlah, ikhlaskan saja, semoga barokah! (Amiinn..)

Beberapa bulan yang lalu pada suatu siang, aku menyempatkan diri untuk mampir meredamkan musik perutku di S***r*a, resto ternama yang sempat diragukan kehalalannya beberapa waktu yang lalu, dalam sebuah mall di daerah Serpong, Tangerang. Aku memesan 2 menu yang sudah kuhitung jumlah pembayarannya. Ketika sampai pada proses pembayaran, jumlah yang disebutkan kasir tidak sesuai dengan hitunganku. Salah hitungkah kasir itu, atau kevalidan otakku dalam berhitung sudah sedikit memudar?? Aku meminta kasir untuk membacakan ulang menu yang kupesan tadi. Dan ternyata menu itu bertambah satu, pemirsah!! (Hahahaa.. )
**Pelajaran pertama: Cek kembali menu pesanan anda di restoran manapun ketika akan membayar.

Pengalaman kedua, terjadi pada suatu siang juga, dengan alasan yang sama, untuk menghentikan alunan suara tidak merdu dari perutku, aku dan adikku merapat ke resto favorit kami, K**iT**m, di daerah Bintaro, Jakarta. Kami memesan beberapa item dari daftar menu, suasana sekitar padat pengunjung. Kami menikmati makanan dan siang yang terik dengan beberapa obrolan ringan. Sejam kemudian kami memutuskan untuk menyelesaikan tagihan dan pulang. Seorang pelayan laki laki membantu kami dengan ramah,  kemudian ia memberikan uang kembalian dan meletakkannya di meja. Aku dan adikku masih mengobrol sambil membereskan barang barang kami di meja, uang kembalian itupun tak luput dari tanganku. Iseng aku menghitungnya, dan kurang 10.000!! (Hahaha, again??) Aku meminta kasir untuk memberikan sisa uang dan kemudian berlalu dari resto itu.
**Pelajaran kedua: Cek kembali uang kembalian anda di restoran manapun ketika sudah membayar.

Pengalaman ketiga aku alami ketika pada suatu pagi aku harus mengantar mbak Riri ke sekolah karena terlambat bangun tidur dan ditinggal mobil antar jemput sekolah. Aku menyetir dengan menambah sedikit tekanan pada kaki kananku, setelah membayar uang tol dengan selembar 100ribuan, uang kembalian kuletakkan di sisi kiriku, dan aku pun melaju. Lalu lintas padat terkendali, sambil menyetir, uang kembalian tol tadi kuberikan ke mbak Riri untuk membeli makan siang di sekolah karena tadi aku tidak sempat membawakannya. Dahiku berkerut ketika ia berkata uang itu tidak cukup untuk membeli makan siangnya, kuminta ia menghitung uang kembalian tol tadi dengan cermat. Dan uangnya kurang 50.000!! (What?? Hahaha, kena lagi bok!!)
**Pelajaran ketiga: Pakailah e-toll card ketika membayar tol, karena selain lebih akurat dalam menghitung pembayaran, anda pun tidak perlu antri panjang.

Pengalaman ke empat, ketika pada suatu malam sepulang kantor, aku sedang menunggu mbak Riri les piano di salah satu gerai roti di Bintaro X-Change Mall, R**iO. Aku membeli 3 buah roti, dan kemudian membayarnya langsung. Sambil menerima telefon, aku menunggu pesanan rotiku dan menerima uang kembaliannya. Uang itu aku letakkan di meja di depan ku, tidak berapa lama pesanan roti datang, dan aku memasukkan uang kembalian tadi sambil menghitungnya kembali ke dalam dompet. Ternyata kurang 5.000!! (Capek dweh!! Hahaha..)
**Kembali ke Pelajaran kedua: Cek kembali uang kembalian anda ketika sudah melakukan pembayaran atas barang yang anda beli, jangan terburu buru memasukkannya ke dalam dompet atau tas. Pengalaman yang hampir sama, pernah aku alami juga ketika berbelanja di I**o***t / **f*ma**.

Pengalaman kelima ku alami ketika ayahku berulang tahun pada bulan September 2015 yang lalu. Mbak Riri dan Aufa, keponakanku, menodong beliau untuk mentraktir makan di resto steak ternama yang baru membuka cabang di daerah Alam Sutera, H**i**w. Tiga keluarga hadir di acara syukuran itu, dan kami memesan menu pilihan kami masing masing dengan bonus 1 menu steak gratis karena ada yang berulang tahun pada hari itu. Iseng, kepalaku menghitung total jumlah tagihan atas menu pesanan kami. (Hehehe..) Di penghujung acara, tagihan pun datang, mataku langsung menuju ke angka terakhir yang tertera di lembar tagihan itu, hmmm.. tidak sesuai dengan hitunganku. (Masa' sih??) Aku mengecek menu pesanan dan menghitungnya kembali dengan kalkulator. Ternyata menu ekstra yang tadinya diberikan sebagai bonus untuk yang berulang tahun secara gratis, dihitung juga dalam tagihan!!
**Pelajaran keempat: Selalu cek kembali menu pesanan, jumlah item pesanan, dan jumlah total tagihan anda sebelum membayar di kasir.

Pengalaman keenam, pada suatu ketika sepulang kantor, aku berencana mengajak mbak Riri, Adik, keponakan, dan ayahku untuk makan malam di luar. Sesuai dengan permintaan mbak Riri, kami makan malam di salah satu resto Jepang di Bintaro X-Change Mall. Malam ini kami keluar mall agak larut, sambil sedikit berpacu dengan toko toko yang sudah mulai mematikan lampu. Di pintu keluar mall, aku membayar tagihan parkir 6000 rupiah dengan pecahan 20.000, uang kembalian kuterima, ada selembar uang 5ribuan dan 2 lembar uang 2ribuan. 20.000 - 6.000 = 14.000, uang di tanganku hanya 5.000 + (2x2.000) = 9.000, kurang 5.000 rupiah!!
**Pelajaran kelima: Selalu cek uang kembalian pembayaran parkir anda di pintu keluar mall, dalam keadaan apapun, termasuk dalam kondisi terburu buru pulang karena area mall sudah akan ditutup. (Hehee..)


So, Be careful when shopping and doing financial transaction!!


My WorLD, ...My HeARt, ...My SouL © 2008 | Coded by Randomness | Illustration by Wai | Design by betterinpink!