2/05/2021

CERITA LALU


January 20th, 2021


Ini cerita tentang seorang anak kecil yang pernah di - bully, dulu semasa ia duduk di kelas 3 SD, sampai 2 tahun ke depan.

 

Anak kecil itu siapa, Mbak Riri? Yup..

How come?

 

Cerita dimulai saat Mbak Riri mengikuti kepindahan kerja ayahnya ke ibukota. Balada anak pindahan dari daerah, dipandang sebelah mata dan tak dianggap ada, oleh seorang teman perempuannya diikuti oleh anggota gengnya. Aku awalnya tidak mengerti, sampai akhirnya suatu saat ia bercerita sendiri padaku. Ada teman sekolahnya yang sinis padanya, seperti tak suka. Itu terlontar dalam ucapan, sikap, dan tindakan. Suka “nyeletuk” sinis gak jelas, meminjam barang tidak dikembalikan, dibatasi dalam bergaul dibuat tidak mempunyai teman.

 

Pada akhirnya Mbak Riri merasa ruang geraknya terbatas, pun untuk bersosialisasi dengan teman temannya yang lain terhalangi. Ia merasa terganggu, merasa insecure karena itu. “Anak itu nyebelin banget, Bun,” kata Mbak Riri. “Aku anak baru kan, males banget cari masalah di sekolah, “ sambungnya lagi. Aku mencoba memberinya beberapa solusi. Selagi temannya itu beraksi, kuminta ia membalas secara halus, setidaknya temannya mengerti bahwa ia tak suka. Kalo gak mempan, ku minta ia bertanya, apa kesalahannya dan minta maaf, walaupun mungkin ia gak salah. Kalo gak mempan juga, ku sarankan ia memberitahukan wali kelasnya, minta diselesaikan secara baik baik.

 

Saran saranku dilaksanakan Mbak Riri, saran pertama gagal, yang kedua pun gagal, sedangkan yang ketiga ia tak mau melakukannya. “Aku gak mau dibilang tukang ngadu,” ujarnya. Hahaaa.. Dibuli pun ia masih punya hati, baik banget anak ini. Then, what’s next??

 

Suatu hari, Aku dan Mbak Riri mengobrol ringan, membahas tentang temannya yang suka membuli itu. “Kalo dia gak berhenti membuli, Bunda mau ke sekolah ketemu Bu Ani, minta diketemuin sama orang tuanya, dan kita bicarakan baik baik tentang ini,” kataku. Menurutku temannya membuli mungkin karena merasa paling hebat sehingga ketika datang orang baru, merasa harus ditunjukkannya. Atau mungkin karena merasa ada saingan baru di kelas atau di sekolah sehingga membuatnya harus menunjukkan kekuatannya.

 

Aku mencoba membangun kepercayaan Mbak Riri, perlahan, agar perasaan insecure - nya itu tak berlanjut. Aku berkata padanya, ada beberapa cara untuk “melawan”. “Apa itu, Bun?”, tanyanya. Aku menjawab perlahan, “Dengan giat belajar, melakukan banyak kegiatan positif yang Mbak Ri suka, dan berprestasi. Ayah Bunda akan mendukung 100%.” Aku meyakinkannya, ketika banyak kegiatan dan berprestasi, sudah pasti kepercayaan dirinya akan naik, ia pasti akan punya banyak teman, dan temannya yang membuli akan sungkan padanya.

 

Then, you know what, pada suatu waktu aku dan Mbak Riri ke sekolah untuk mengambil raport, kami bertemu dengan temannya yang suka membuli itu. Mbak Riri membisikiku, “Itu lho, Bun. Si X, anak yang suka buli aku.” Aku membatin, “Oh, okey. Ini toh anaknya, B aja deh kalo dibandingin sama Mbak Riri.” Hahaaa.. Naluri seorang ibu ya, dari sisi manapun, anaknya tetep the best lah.

 

Ketika raport sudah di tangan, aku dan Mbak Riri menuju ke parkiran, di tengah jalan Mbak Riri meninggalkanku ke toilet. Dan tetiba aja muncul si X, tersangka pembuli itu. Spontan aku mendekatinya. “Hai X, aku Bundanya Riri, temen sekelas kamu. Tante boleh ya minta nomer HP mamanya, nanti tolong kasi ke Riri, ada yang tante mau bicarakan sama mamanya,” sapaku halus padanya. Sekejap ia terpana, dan menjawab sambil meringis, “Eh, Iya, Tante.” Yes!! Singkat, padat, dan jelas. Dan sejak itu ia tak membuli Mbak Riri lagi, ini pasti berkat “The power of emak emak.” So, jangan pernah meremehkan emak emak ya ketika ia sudah menunjukkan taringnya. Hahaha..

 

Waktu terus berjalan, ketika lulus SD, Mbak Riri tak mau melanjutkan di sekolah yang sama. She wanted to go out from the toxic environment. Ia ingin ada di lingkungan baru, dimana ia bisa bergaul, berkembang, dan lebih bisa meng-explore kemampuan dirinya untuk berprestasi. 



And, This is her, My Riri. Alhamdulillah, ia sudah beranjak dewasa, dengan segala kegiatan positifnya, dengan segala prestasinya, ia menjalaninya dengan riang dan penuh percaya diri. Bertahun tahun ia membangun kepercayaan dirinya untuk bisa bangkit dari trauma karena dibuli, dengan dukungan penuh dari aku dan ayahnya.



I’m a mother who feels so proud of her. Aku sempat vakum bekerja beberapa kali, hanya untuk melihat dan memastikan bahwa Mbak Riri baik baik aja, dalam belajar dan bersosialisasi di sekolah maupun di luar sekolah; Saat kepindahan kami ke ibukota dan saat kelas 6 SD, persiapan Ia masuk SMP. Hikmah dari semua ini buatku adalah:

“Luangkan waktu kita sejenak untuk melihat, mengurus, dan mendengar cerita anak anak, untuk mengetahui keseharian mereka, untuk mengetahui tumbuh kembang mereka, sesibuk apapun kita. Mereka sangat berharga, karena mereka adalah titipan Allah, jangan sampai menyesal di kemudian hari. Waktu yang berlalu, tidak akan pernah kembali. Dan momen momen yang sangat berharga, tidak bisa terulang lagi.”

My WorLD, ...My HeARt, ...My SouL © 2008 | Coded by Randomness | Illustration by Wai | Design by betterinpink!