1/22/2019

KAMU SADAR GAK?




January 21st, 2019


Weekend kemarin, 19 - 20 Januari 2019, setengahnya aku habiskan dengan teman teman terbaik, 2D dan duo pembuli sejati. 

Sabtu pagi sekali ada WA masuk dari mbak cantik kesayangan di Tebet, “Share loc, dong!”, tulisnya. Maka terwujudlah di pagi itu aktivitas penghibahan kucing kecil nan lucu di rumah, diselipi obrolan obrolan kecil, melepas kangen. Belum tuntas sih kangennya, Mbak Di mampir hanya sebentar karena mau persiapan hanimun



Sabtu siang, aku kedatangan duo pembuli sejati, sesaat juga. Seharusnya ada 3 pembuli, tetapi yang satu punya jadwal padat hari itu, jadi tak bisa melipir ke rumah. Begitu pun Umik cantik yang biasanya menjadi tandemku dalam membalas bulian, tiba tiba mengabarkan sesuatu sehari sebelumnya: “Wiii, tiba - tiba aku harus ke Cileungsi besok.” Dan walhasil tak berdaya lah aku terpapar bulian yang tiada henti. Puas membuli, kelar makan, duo itu langsung kembali berkutat ke aktivitas masing masing lagi. (Gak sopan banget yak, udah mbuli, terus SMP, Sudah Makan Pulang, disangoni bekal pula. Hadeuh..) Just a while ya, guys. But meant a lot to me, had a great quality time with you both. Karena susah banget duo itu dipegang ekornya. (Hahaa..) Thank you for coming, and thank you for bullying me. (So proud of you both.)


Minggu pagi, aku bangun sedikit lebih cepat, takut kesiangan berolah tubuh. Kali ini aku ditemani mbak kesayangan Banker cantik, partner yoga ku selama ini. Susah banget matchingin jadwalnya, Mbakku yang ini semangat lemburnya sedang tinggi 2 minggu terakhir. Kami janji bertemu jam 6 pagi, tapi mundur 30 menit, karena aku harus menyiapkan kopi, cemilan, dan sarapan untuk dia yang masih tak berdaya di atas kasur. Setelah itu baru bisa meninggalkan rumah. Rutenya adalah ke daerah Kucica - Bintaro dulu, menghampiri Mbak Banker, lalu menuju ke BXC - Mall Bintaro. Ternyata asik juga ya, jogging ada temannya, bisa sambil berceloteh diselingi tawa ceria, jadi gak garing. Baru setengah jalan, acara jogging berakhir di salah satu resto yang ada di Mall, karena langit dengan santainya menurunkan titik titik air tanpa kompromi lebih dulu. Lama tak bersua dengan Mbak Dian menyebabkan kicauan kami sambung menyambung, dari satu topik obrolan ke topik lainnya. At he end,  sang surya yang makin meninggi memungkaskan obrolan kami, dengan janji kami akan jogging bareng lagi minggu depan.

Dan sore ini ketika lenggang, tiba - tiba aja aku terinspirasi menorehkan tulisan ini, mencurahkan semua yang juga tiba - tiba muncul di kepala, hanya gara - gara membaca serentetan kalimat, postingan di IG orang, entah siapa.

Kamu sadar gak?
Kamu dulu punya sahabat yang udah deket kayak perangko, tapi sekarang udah saling jauh karena kesibukan masing - masing. -desimayang77-

 

Hahaaa.. Merasa tertampar sekaligus sangat bersyukur, Allah masih memberiku kesempatan untuk bisa bertemu dan menghabiskan waktu dengan teman - teman terbaik, walaupun terkadang hanya sekejap dan tak mulus jalannya. Hopefully, this will be a neverending friendship ya, guys. Tetap bersahabat, berkabar, bercerita tentang apapun, dan saling menghargai, tanpa harus saling gengsi, tanpa harus jaim - jaiman yang gak jelas. Last but not least, selalu mengingatkan dan mengajak ke kebaikan karena Allah, yaaa.

Love you all, dear pals.
Allah bless you and fam, always..

Note
Namaku Dewi.
Cita - citaku ingin jadi seseorang seperti "Sisca Soewitomo"
#mimpidiseninsoreyangbasah

1/12/2019

SAHABAT TAK PERNAH INGKAR JANJI



January 12th, 2019

 
Pagi ini langit begitu ceria,
biru merekah..
Dan awan pun tersenyum, 
putih berderet dengan anggunnya..
Terlihat sang mentari bergerak naik perlahan,
seakan tak mau kalah menampakkan sinarnya..

HP ku berdering,
kulihat namamu terpampang di sana..
Janji pun terlontar,
menemanimu menyeruput segelas coklat hangat,
kesukaan kita, di weekend ini..


Kamu memang tak pernah lupa,
kemana pun kamu pergi kamu selalu menemuiku sepulangmu..
Hanya untuk berbagi cerita mu cerita ku,
walaupun hanya sejenak..
Padahal kita selalu ngobrol setiap hari kan,
tapi kamu tetap saja seperti itu,
melakoni itu seperti sudah menjadi ritualmu,
sampai sekarang..

Entah kenapa kita selalu nyambung tentang apapun ya, Rei..
Kamu menjadi kamu,
Aku menjadi aku,
apa adanya..
Dan tanpa sadar alam pun menggiring kita untuk selalu sehati,
kita selalu kaget aja setiap ketemu,
“kenapa bisa sama yaaa..”,
dan setelah itu kita terbahak bersama pasti..

Ada warna sedih, marah, dan ceria.. 
Ada putih, ada hitam..
Gak selalu mulus ya, Rei..
Tapi itulah kita, 
seakan bagai magnet yang tak terpisahkan..
Saling melengkapi..
Saling menghargai..
Saling mencoba mengerti, segala kekurangan kelebihan..
Saling menasehati dalam kebaikan,
karena Allah ya, Rei..


Terima kasih untuk semua waktumu untukku..
Persahabatan ini indah, Reyna..
Sangat indah malah menurutku..
Janjimu, kamu akan selalu menjagaku..
Menemani hari hari ku sampai kapan pun,
karena sahabat tak pernah ingkar janji,
begitu katamu..

Love you, dear..
Dulu, sekarang, juga nanti..
Allah bless you, always..

1/11/2019

ADILNYA SEMESTA ALAM




January 10th, 2019..

Hari ini aku masih di sini, menemani mbak Riri dari jauh, sampai semua urusan sekolahnya aman terkendali, sementara yang ditemani sudah duduk manis di kelasnya. Kemarin adalah hari ketigaku, tugas utamaku mencari dan membeli semua kebutuhan mbak Riri, kebutuhan bulanan dan kebutuhan sekolahnya selama menuntut ilmu di sini. Tau dimana belinya?? Gak lah!! 🤭😆Jaman sekarang mah tinggal tanya Mr. Google to, dijamin kelar semua masalah. Cuma butuh keberanian dan modal muka cuek (plus doa) aja pergi kemana mana sendiri, secara ini di negeri orang. Kalaupun tersesat, punya mulut kan, tinggal tanya, beres!! (Heheee..)


Dan semua kebutuhan Mbak Riri sudah terbeli, tinggal menitipkannya di kepala asrama hari ini. Tadinya aku berencana naik Grab, but at the end aku memilih naik bis, irit bok!! Masih mikir irit juga ya aku, padahal lebih rempong loh, secara barang yang dibawa banyak banget. Harus diirit - irit uangnya, coz ada barang yang kuincar untuk dibeli. (Hahaaa.. Dasar perempuan!!)

 


Tiket sudah kubeli di Terminal Bis terdekat, masih 45 menit lagi dari jam keberangkatan. Ku cari tempat duduk dekat platform bisnya, tersisa 1 kursi di platform 2, kuhempaskan badanku perlahan di situ. Di depan ku duduk seorang bapak tua, membuatku merasa tak nyaman. Ia sedang melahap setangkup roti isi, belepotan kemana mana; Ternyata ia hanya mempunyai satu tangan, terbersit ibaku padanya. Tadi sempat terlihat ia meludah sembarangan, dan aku terpana. Maafkan aku ya Pak, yang hanya mampu bertahan 10 menit bertengger di kursi pilihanku ini. Naluriku mengajak berpindah tempat, melenggang ke platform 5, karena perutku mulai merasa tak enak.

Setelahnya, aku duduk santai melepas waktu, sambil mengutak - utik gadget. Sepuluh menit sebelum keberangkatan, aku beranjak melangkah ke lantai bawah, menuju ke bis tujuan. Setelah memasukkan barang di bagasi bis, aku naik dan duduk di kursi sesuai nomer yang tertera di tiket. Did you know who seats beside me?? Yup, bapak tua tadi!! Spechless, tak bisa berucap, sepatah dua patah pun tak sanggup, hanya bisa tersenyum dan menertawai diri. Hmmm..

Ruang dan waktu selalu hadir untuk sebuah keseimbangan, semesta alam menuntut, dan Allah itu Maha Adil. Orang yang tadinya sempat membuatku sedikit enggan dan merasa tak nyaman ketika duduk berhadapan di ruang tunggu, sekarang dipersembahkan - Nya untuk duduk bersebelahan denganku di bis, tepat di sebelah kiriku, selama 1.5 jam ke depan. Pasrah dan ikhlas aja deh.. (Hahaaa...) Ampun, Ya Rabb. Cubitanmu hari ini mengingatkanku bahwa aku memang masih sangat tak sempurna, masih harus terus belajar peduli dan menghargai  orang lain. And, I really know that.




Dan taukah engkau apa yang terjadi selanjutnya, setelah itu? Sehabis dicubit - Nya hari ini, Dia langsung berbaik hati padaku, diberikan - Nya aku kemudahan untuk bertemu Mbak Riri. Biasanya dalam hari - hari sekolah aku baru bisa bertemu Mbak Riri di atas jam 5 sore, itu pun kalo tidak ada kegiatan sekolah lagi. Hari ini ketika aku sampai asrama, Mbak Riri ada. Mungkin karena awal tahun ajaran baru dimulai kali ya, jadi belum terlalu padet jadwalnya. Alhamdulillaahh.. 

Life is a mystery, janji Allah itu selalu pasti. 
Love Allah and you..

1/06/2019

KUCING JUGA KUCING


January 05th, 2019


Lidah ayah dan anak ini berbeda, satu ke kiri satu ke kanan, satu ke utara satu ke selatan, satu ke atas satu ke bawah. Sang ayah penikmat makanan Jawa asli, sang anak penggila makanan Londo. Lidah mereka tidak akan pernah bersua dalam satu panci, sampai kapan pun. But you know what, kesukaan yang sangat berbeda drastis ini akan bertemu di satu titik, di angkringan nasi kucing!! Hahaaa..

Seperti malam ini, hadir di sini, untuk yang pertama kalinya dalam tahun 2019, untuk yang kesekian kalinya sejak kepulangan Mbak Riri ke rumah. Aku, Mas Ian, dan Mbak Riri duduk santai melewati malam, melahap nasi kucing dengan segala lauk sederhananya. Angkringan “Kangen Ndeso”, menyajikan menu kampung dengan citarasa sederhana, namun bagai candu di lidah. 


Entah kenapa, bila berkunjung ke sini selalu berakhir dengan celingak celinguk gak jelas. Ada beberapa kucing yang berkeliaran kesana kemari di sini, berharap mendapat sisa sisa makanan atau pemberian pengunjung yang datang. Aku gitu loh, gak bisa liat kucing kan, selalu gemes aja liatnya. When I look into the eyes of a cat, I see a living being, I see a friend, I feel a soul. I don’t see an animal. Kalau di tukang bubur ayam langganan, para kucing sukanya sate rempelo - hati ayam, sebelum pulang aku biasanya membeli beberapa tusuk dan menitipkannya kepada sang abang untuk diberikan ke kucing. Tapi kalau di sini, para kucing ini penggemar sate rempelo - hati ayam dan sate usus. Seringkali kubeli beberapa tusuk sate, lalu kuberikan diam - diam ke kucing kucing di bawah kakiku. Kenapa harus diam - diam? Dilema guys, sate - sate ini kan hidangan utama di angkringan sini, berasa gak enak hati aja ketika aku memberikannya ke kucing kucing sementara ada banyak pengunjung yang makan sate yang sama dengan nikmatnya, sementara yang punya angkringan pun menjualnya untuk para manusia bukan para kucing. (Hahaaa..)

Pernah terpikirkan gak sih. Mungkin hampir setiap orang pernah merasakan pengalaman yang sama, terusik oleh seekor kucing ketika sedang makan di sebuah warung atau rumah makan sederhana. Terkadang mungkin terselip rasa kesal, lagi sedap sedapnya menikmati makanan, ada makhluk kecil mengeong minta jatah. Mungkin bisa jadi napsu makan tiba tiba pamit sekejap bila mereka tidak berhenti mengeong agresif setengah memaksa. Reflek biasanya, langkah tercepat orang mengusirnya pergi dengan pakai “hus” berkali kali di mulut, atau dikombinasikan dengan tangan melambai menyuruhnya pergi, atau mendorongnya pergi dengan kaki. Yang terekstrim adalah dengan menyiramkan air ke sang kucing, kesian. (Aaahhh, sediihh..) Kucing juga kucing kan, punya rasa, punya hati. Jangan samakan dengan pisau belati deh. (Hahaaa..) Cara paling aman kalo kita meminta tolong pemilik warung membawa kucing kucing itu menjauh. Kalo tetep gak berhasil juga gimana, ya pindah warung aja, guys. (Loh?? Hahaaa..) Case closed!!



Begitulah, kisah malam ini. Memberi makan kucing itu termasuk sedekah, wujud cinta kita kepada Allah juga. Gak harus makanan yang baru, makanan sisa yang layak makan pun oke lah. Karena kucing adalah salah satu binatang kesayangan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam.

Konon dulu Rasulullah memiliki seekor kucing yang diberi nama Mueeza. Suatu saat, di kala hendak mengambil jubahnya, ditemuinya Mueeza sedang tidur terlelap diatas jubahnya. Tak ingin mengganggu, Rasulullah pun memotong belahan lengan jubahnya yang ditiduri Mueeza. Ketika kembali ke rumah, Muezza terbangun dan merunduk sujud kepadanya. Sebagai balasan, Rasulullah menyatakan kasih sayangnya dengan mengelus lembut ke badan mungil Mueeza sebanyak 3 kali. Dalam aktivitas lain, setiap kali Rasulullah menerima tamu di rumahnya, selalu menggendong Mueeza dan diletakkan dipahanya. Salah satu sifat Mueeza yang disukai ialah ia selalu mengeong ketika mendengar adzan, dan seolah-olah suaranya terdengar seperti mengikuti lantunan suara adzan.

Then, Allah bless you, always..

1/05/2019

BACK TO NATURE



January 01st, 2019

Liburan sekolah mbak Riri kali ini judulnya mengunjungi sepupu sepupunya di Jakarta, Bandung, dan Jogja. Setelah puas bercengkrama dengan 3 orang sepupunya di Jakarta dan Bandung, Desember ini Aku dan mas Ian sepakat membawa mbak Riri ke Jogja; Menemui Ibu, tante, dan sepupunya yang lain.


Perjalanan Jakarta - Jogja - Jakarta yang lancar jaya, membuat kami terutama mbak Riri tidak merasa garing dan bete’ selama perjalanan. Mas Ian memang sengaja memilih waktu berangkat dan pulang yang tidak favorit, dengan singgah semalam semalam di kota Cirebon dan Solo, demi mendapatkan kenyamanan di jalan. Banyak hal ternyata yang membuat nyaman, pemandangan sepanjang perjalanan di tol membuat takjub, merinding bombay. Masya Allah, it was so beautiful!! Selain juga karena waktu tempuhnya yang tidak sampai membuat encok pinggang, rute yang mas Ian ambil dari tol ke tol. Ditambah lagi, aku dan mas Ian bergantian menyetir mobil. Kenapa ya, aku kok merasa seperti jadi supir bis antar propinsi, tapi cantik. (Hahaaa..)

Perjalanan dari tol ke tol dimulai saat berangkat masuk pintu tol Pondok Aren, Bintaro berakhir di pintu tol Colomadu, Solo. Kemudian diakhiri dengan masuk pintu tol Salatiga dan keluar di pintu tol Pondok Aren, Bintaro lagi. Walaupun perjalanan diselang selingi panas, mendung, hujan, dan panas lagi, but it was so amazing!!


Perjalanan panjang yang sangat menyenangkan mata dan jiwa. Sempat terlihat birunya laut di sepanjang jalan tol Jakarta -  Cirebon (dan sebaliknya), di rute pekalongan - pemalang - Cirebon, sisi kiri. Memasuki Salatiga, hijaunya Salatiga berbaur dengan segarnya udara, kabut dimana - mana, serasa diri berada di atas awan. Indonesia itu memang sangat indah, dan Allah itu begitu Agung.


Aku, mas Ian, dan mbak Riri beristirahat sejenak meluruskan kaki dan badan di Cirebon semalam; Menikmati kuliner Cirebon, empang gentong H. Apud, dan cuci-cuci bersih dompet di pusat batik Cirebon, Batik Trusmi. Setelah Cirebon, kami mampir semalam lagi di kota Solo. Menikmati ademnya suasana kota Solo, menikmati kuliner jadul Soto Ledok, Soto Gading, angkringan Susu Murni Shi Jack, dan Selat Solo Kusuma Sari. Lalu perjalanan dilanjutkan sampai ke kota Jogja, sengaja memilih penginapan bertema Jawa kuno dan melipir di pinggiran kota yang meneduhkan jiwa, Java Village Resort dan D’Omah Hotel; Menikmati hamparan hijaunya sawah dan segarnya udara, sambil mengayuh sepeda di pagi hari. Kuliner juga dong harus bertema jadul dan hijau secara di Jakarta jarang banget kan. Kopi Rolas, Turi Turi Coffe, Brongkos Handayani, sop SGPC, dan Soto Soleh, menjadi pilihan. Malam terakhir di Jogja, baru aku memilih untuk masuk ke tengah kota, sengaja membawa mbak Riri menonton ‘Raminten Show’ yang dikemas seriyes, apik, dan menggilas stigma kebanyakan orang tentang Jogja di Hamzah Batik, di ujung kawasan jalan Malioboro.


Liburan ini memang temanya “back to nature”, dari mulai hotel, kuliner, serta tempat cuci cuci mata dan dompet. Sengaja memilih yang ‘ndeso dan jadoel’, penuh nuansa hijau. Jiwa sudah lelah terbelenggu padatnya lalu lintas dan pengapnya atmosfer ibukota, rupanya.


Then, how about you?
Allah bless you, always.

My WorLD, ...My HeARt, ...My SouL © 2008 | Coded by Randomness | Illustration by Wai | Design by betterinpink!