7/31/2019

CULTURAL NIGHT


July 27, 2019

Hari ini 2 kali aku menelfon mbak Riri, tak terangkat. Tak berapa lama ia menelfon ku balik, tak terangkat juga oleh ku. Lalu ia mengirim pesan di WA: “Bunda, aku nanti malam perform.” Singkat, padat, dan mengambang tak jelas. “Perform apa, Nduk?”, balasku. Tak direspon hingga hari berganti pagi, ia mengirimiku beberapa video penampilannya semalam.


Ia menari di acara Cultural Night di sekolahnya ternyata. Seingatku ada 2 event di sekolahnya setiap tahun dimana anak anak dari tiap bangsa diwajibkan menampilkan kebudayaannya. Selain dari Indonesia, beberapa temannya juga menampilkan seni budaya negara mereka masing masing, seperti Korea, China, Jepang, Iran, Pakistan, India, dan lainya.

Dulu sebelum kepergiannya, sebelum aku memasukkannya ke sekolah berasrama di negeri seberang, aku sempat sengaja menyeburkan Mbak Riri di salah satu sanggar Tari Bali di Jakarta, sedikit memaksanya untuk mempelajari tari Bali. Aku ingin ia bisa membawakan dan memperkenalkan seni budaya bangsanya kepada dunia ketika ada kesempatan, dimanapun ia berada. Actually, Aku sering sekali memintanya untuk membawa beberapa potong kebaya dan kain songket atau kain tenun untuk dipakainya di acara acara sekolah yang sesuai, ketika ia mengikuti “Student Exchange” atau kemanapun ia pergi, keluar Indonesia. Yup, kebaya dan kain tradisional adalah identitas bangsanya, seni budaya juga adalah identitas bangsanya, aku ingin ia bangga memakainya dan mengenalkannya pada dunia di luar sana. Ia harus menjadi generasi muda yang bangga akan bangsanya dan melestarikan seni budaya bangsanya.


Semalam ia memakai kebaya dan kain Prada Bali, menarikan tarian kreasi modern yang diciptakannya sendiri, tari Bali yang dipadukan dengan gerakan tari modern bersama beberapa teman Indonesianya. Terbersit rasa bangga dan haru melihat video video kirimannya. Aku seperti melihat Dewi kecil yang dulu tiada hari tanpa menari, sepertinya kecintaannya menari menurun dariku. Dan aku berharap di akhir tahun ajaran aku bisa melihatnya secara langsung, menarikan tari Bali, di Graduation Night nanti. Hopefully..

So proud of you, Nduk. Allah bless you, always..

FILOSOFI BEBEK


Suatu hari, mas Ian menunjukkan padaku postingan seorang temannya di sebuah medsos, sebut saja namanya Sukge. Mas Sukge mempunyai sebuah taman belajar yang dikelolanya sendiri untuk anak anak putus sekolah. Ada satu kegiatan yang selalu dilakukan setiap hari sekolah, 5 hari dalam seminggu, dan aku merasa takjub sekali. Ia membelikan jajanan kaki lima yang berganti jenis setiap hari, bisa bakso, siomay, roti keliling, kue putu, dan lainnya. Lalu istimewanya apa? Ia mewajibkan anak anak asuhannya untuk mengantri ketika membeli jajanan kaki lima tersebut; Melatih anak anak itu untuk tertib, bersabar, menunggu gilirannya. That’s the point!! Menurutku itu ide yang sangat brilyan, bahkan orang dewasa pun seharusnya diberi pelatihan seperti itu, belajar disiplin, belajar tertib, belajar sabar menunggu giliran, belajar menghargai orang lain yang mau dan sudah lebih dulu berbaris antri.


Mengapa demikian? Setauku saudara setanah airku selama ini kebanyakan bukan tipe yang mau dengan sukarela berbaris rapi mengantri, dalam hal apapun deh. Lebih suka berebut, lebih suka mengerubung, saling meminta untuk didahului. Gak asyik kalo gak berebutan!! Seringkali terjadi, ketika sedang dalam antrian, tetiba aja ada orang dengan modal wajah innocent pura pura cuek langsung menerobos ke titik terdepan, tanpa peduli ada beberapa pasang kaki berdiri berbaris rapi menunggu giliran; Dengan berbagai alasan seakan dunia ini hanya dihuni oleh mereka, sedang terburu buru waktu lah, item yang dibeli hanya 1 lah, dan sederet alasan lain tanpa mengindahkan toleransi pada sesama.


Budaya mengantri di Indonesia memang masih jauh dari harapan ideal. Tampaknya masih banyak yang belum sadar akan pentingnya mengantri dan menghargai hak orang lain. Mungkin mereka menganggap mengantri adalah hal yang sangat sepele, padahal dari situ jelas terlihat karakter mereka yang sebenarnya. Di negara negara maju, masyarakatnya sudah mandiri dan disiplin, budaya mengantri sudah berakar, tanpa perlu diingatkan lagi oleh petugas.

Ada satu pengalamanku, ketika sedang mengantri untuk masuk toilet di salah satu airport di suatu negeri antah berantah. Antrian sudah dimulai dari pintu toilet pertama, dari sekian banyak toilet yang tersedia. Tiba tiba seorang ibu setengah baya datang, dengan santainya melewati barisan antrian yang lumayan panjang, langsung berdiri di depan pintu toilet ketiga dari awal antrian. Seseorang di belakangku meminta sang ibu untuk mengantri. Setelahnya terdengar sebuah suara, entah siapa, kuduga teman sang ibu: “Bu, antrinya di sini bukan di situ. Ini bukan Indonesia!” Uuppss..



Sebenarnya banyak hal positif yang bisa diresapi dari kebiasaan mengantri lho. Menghargai hak orang lain salah satunya. Setiap orang memiliki kepentingan masing-masing tentunya, namun setiap pribadi harus rela mengesampingkannya demi ketertiban dan keteraturan, karena setiap orang mempunyai hak yang sama. Belajar menghargai orang dan hak orang lain untuk mendapatkan kesempatan dan perlakuan yang sama dengan kita; Belajar berdisiplin dan tidak menerobos hak orang lain. Di sisi lain, dengan adanya antrian, orang juga dipaksa belajar berdisiplin dengan waktu, belajar manajemen waktu, jika ingin mengantri paling depan harus datang lebih awal. Yang harus disadari juga adalah dengan mengantri tertib dan tidak menyela antrian, maka akan mempercepat proses pelayanan. Ingin cepat dilayani? Antrilah dengan tertib!!


Satu hal, mengantri mungkin memang hal yang paling menyebalkan, apalagi bila barisannya sudah seperti ular naga panjangnya. Namun demi ketertiban dan kelancaran proses pelayanan, demi kebaikan bersama, bersabarlah karena semua pasti akan mendapatkan giliran dan dilayani dengan sebaik baiknya. Ingat kata pepatah: “Orang sabar itu disayang Tuhan.”

Budaya antri merupakan suatu hal yang harus ditanam sejak dini, setiap orang harus memiliki kesadaran diri untuk saling menghargai orang lain yang telah menunggu atau datang terlebih dahulu dan mengikuti aturan yang telah ditetapkan agar tercipta suatu ketertiban, keamanan, dan keharmonisan. Budaya antri dapat membuat Indonesia menjadi bangsa yang maju dan berkarakter. 

Bebek aja bisa antri dengan tertib, can we do the same?


7/20/2019

BELASAN TAHUN


June, 2019

Bulan Juni bulan istimewa, di bulan ini belasan tahun silam, aku mantap memutuskan melakukan perjalanan ibadah panjangku, dengan memohon ridha Allah. Banyak yang sudah dilalui, suka cita, duka nestapa. Perjalanan yang selalu ku sebut perjuangan, tidak mudah, sangat tidak mudah. Bagaimana tidak, aku harus keluar dari zona nyaman, keluar dari lingkungan keluarga yang saling menyayangi dan peduli, untuk hidup mandiri dan masuk ke keluarga baru yang sama sekali asing. 


Aku berangkat dari keluarga yang mengajarkan kesederhanaan dan keutamaan akan rasa syukur pada - Nya. Kombinasi syahdu antara Ayah yang sangat agamis, sibuk, tetapi selalu punya waktu untuk keluarga; Dan Mama yang cantik, pintar masak, selalu perhatian pada anak anak dan mengurus sendiri segala tetek bengek urusan rumah tangga. Berat lah ketika harus meninggalkan keluarga ini, berharap cemas ketika harus masuk dan bersua dengan satu keluarga baru, akan kah mendapatkan nuansa serupa. 

Perjuangan yang lain? Menyatukan dua karakter yang berbeda, termasuk juga menyatukan dua keluarga yang tak sama jenisnya. Butuh kesabaran, butuh pengertian yang sangat luar biasa. Karena sebenarnya masalah datang tidak hanya dari dua pribadi, tapi juga dari dua keluarga yang berbeda karakter. Yang satu adem tapi mandiri dan sangat peduli, yang lain lebih bergejolak.

Belasan tahun bukan waktu yang sebentar, tak selalu mulus, tak selalu sempurna memang. Banyak kejadian yang telah terjadi, banyak pelajaran telah terserap, yang makin mendewasakan diri. Komunikasi, penekanan ego, penerimaan kekurangan dan kelebihan masing masing; Dimana semakin kesini semakin tersadar bahwa semua harus dijalani dengan syukur dan ikhlas, karena Allah.

Belasan tahun, perjalanan yang penuh keajaiban, itu menurutku, terselip beberapa hal yang memang bila dinalar sangat tak mungkin terjadi. Kesenangan dan keterpurukan, bergantian singgah, merupakan anugrah Allah demi peningkatan kualitas diri. Apa sih yang tak mungkin bagi Allah? Semuanya sangat mungkin terjadi, bila Dia sudah berkehendak. Dan sejalan dengan peningkatan usia, aku semakin yakin dan sangat percaya bahwa tangan Allah akan selalu terulur bila kita selalu bersyukur atas apa yang sudah diberikan - Nya, good times, bad times. Bahwa tangan Allah akan selalu ada bila kita selalu berusaha berbuat baik, karena kebaikan akan mendatangkan kebaikan kebaikan lain, yang tak hanya berupa materi. One more thing that I always learn from my beloved father and him: Ketika tangan kanan berbuat kebaikan, tangan kiri tak perlu dan jangan sampai mengetahui. “Jadikan amal ibadahmu rahasia indah antara kamu, Allah, dan Malaikat Pencatatnya.” Its just so simple.


Belasan tahun, as you know, orang pun silih berganti, datang dan pergi. Ada yang tulus; They’re always there, yang wujudnya selalu ada, memegang tangan dan merangkul pundak secara nyata, in the good times and bad times. Ada juga yang opportunist; Hanya singgah di kala nestapa melanda mereka, selebihnya hanya basa basi kata belaka. Golongan selfishyang tak sadar hanya peduli pada kehidupan pribadi mereka sendiri, yang ketika kami terpuruk menghilang, untuk kemudian datang lagi ketika badai pergi. But that’s a real life, harus dihadapi, harus diterima dengan lapang dada. But at least, jadi terlihat dan mengerti bagaimana kualitas pribadi mereka yang sebenarnya. Remember that: “Every one you meet has something to teach you.” Bahwa Allah mempertemukan kita dengan berbagai macam orang, suka tidak suka, dengan suatu maksud yang harus diambil hikmahnya.

Belasan tahun, memaksaku harus mengakui bahwa aku berada di barisan terdepan garis keras pendukung Tere Liye dan Judika; Bahwa cinta itu adalah perbuatan nyata, bukan hanya kata kata. Cinta pada pasangan, cinta pada anak, cinta pada saudara, cinta pada orang tua. Memegang tangan, mencium kening, membelai rambut, saling mengunjungi, itu sudah cukup; Hal tersimpel yang bisa dilakukan, tapi berdampak sangat luar biasa.

At the end..
Belasan tahun, aku masih dan tetap akan menempuh perjalanan ini; Bertiga bergandengan tangan erat, saling sayang - saling dukung - saling peduli. Perjalanan yang sudah Allah takdirkan, of coursestill keep smiling and optimistic. Pelajaran terbaik adalah harus selalu berusaha berbuat kebaikan, tanpa berharap berbalas. Karena kebaikan tetap saja kebaikan, walaupun tak berbalas, tetap saja akan mendatangkan kebaikan kebaikan lain untuk kita, dari Allah pertanda sayang - Nya. Diiringi dengan rasa syukur atas segala nikmat - Nya, ikhlas, dan pasrah pada - Nya. Karena Allah tak tidur, karena Allah Maha Mengetahui, kebaikan kebaikan lain pasti akan datang menghujani (dalam berbagai wujud), ketika hanya kepada Dia kita kembali.

Do all things with love, and see good in all things. Train your mind to see the good in everything, positivity is a choice. The happiness  of your life depends on  the quality of your thoughts. Then, be thankful for what you are now, and keep fighting for what you want to be tomorrow.

Last but not least..
Its a beautiful feeling to understand QADR..
Whatever happens, alhamdulillah it happens for the best..
Just say Al-hamdulillah for the good and hard times in your life..
Allah bless you all..

7/14/2019

UNFORGETTABLE..


January, 2019

Have you ever stuck in a lift? I have!! Really?? Yup.. I never imagined it before. 

Di satu Jum’at malam, akhir bulan lalu, aku mengajak Mbak Riri dan keponakanku. Sabira, menonton “Raminten Cabaret Show” di Hamzah Batik (dulu Mirota Batik), di ujung jalan Malioboro, Jogjakarta. Pertunjukan sejenis “Cleopatra Show” di Bangkok, Thailand. Pertunjukan lip-sync oleh para lelaki cantik yang dikemas apik. Tata gerak, musik, mimik, ekspresi, make-up, tata panggung, dan tata lampu digarap seriyes, gak asal, gak abal abal. Pertunjukan yang sangat menghibur hati, menggilas stigma orang kebanyakan tentang Jogjakarta yang identik dengan keraton dan adat Jawanya yang kental. 


Every body felt happy after watching the show for sure. Bagaimana tidak, bibir selalu tertarik keluar full sepanjang acara, sorak sorai tak pernah putus, melihat segala atraksi yang tersaji di depan mata. Usai pertunjukan, keriuhan masih berlanjut di luar.  Penonton berebut mengabadikan diri bersama artis artis yang berlaga di panggung tadi. Aku memilih menepi menemui temanku sejak lama, yang ikut juga mengambil bagian di show tadi. Cantik!! Yup, dia cantik banget, dandanannya manglingi, aku aja merasa kalah cantik dengannya, dengan lelaki berbadan Ade Ray ini. 

Usai dengan segala keriuhan, aku turun ke bawah, malam sudah sangat larut, waktunya pulang. Aku bersama Sabira, terpisah dengan Mbak Riri, berbeda lift. Di saat terakhir lift akan menutup diri, seorang anak muda menerobos masuk dengan 2 orang temannya, 1 temannya tertinggal di luar lift. Reflek anak muda tadi memaksa membuka pintu lift dengan kedua tangannya diiringi segelintir serapah ala muda kebanyakan. Ia menahan pintu lift agar terbuka kembali, berharap temannya yang tertinggal bisa masuk. Namun apa daya, lift sudah bergerak turun, dengan pintu  1/4 terbuka. Waduh.. Bismillah, doaku dalam hati dengan sedikit was was.

Lift berjalan perlahan dan sampai ke lantai dasar dengan selamat, tapi pintu tak bisa terbuka. Uuppss.. Tet tot!! Aku tetap berusaha tenang, plus menenangkan Sabira juga. Ia kuminta untuk bermain game dan bersabar, Insya Allah pintu lift akan segera terbuka kataku padanya. Empat orang lain yang berada di lift yang sama juga sama denganku, tetap bersikap tenang, salah seorang memencet tombol alarm, dan berbicara dengan sekuriti toko dan orang orang di luar lift. Yang heboh hanya anak muda yang sok jagoan tadi, ia sibuk berteriak, meminta tolong, sibuk meminta maaf kepada 1 orang temannya yang ikut terbawa di lift tadi. Apakah ia meminta maaf kepada orang orang lain yang juga ikut terkurung di dalam lift? Nope, contoh attitude yang sangat tak terpuji dan tak patut dicontoh. Jangankan meminta maaf, menolehkan kepalanya ke belakang dan ke samping untuk melihat keadaan sekitar saja tidak dilakukannya. Terlalu sibuk dan heboh dengan dirinya sendiri, tanpa peduli dampak dari perbuatannya terhadap orang sekitar. Untung aja, orang orang di sekitarnya tidak ada yang terbakar esmosi akibat ulahnya itu, semua tetap sabar dan tenang sampai pintu lift terbuka kembali 1/2 jam kemudian. Alhamdulillaahh.. Semua orang bersyukur pintu lift akhirnya dapat terbuka setelah segala usaha dilakukan pegawai dan sekuriti toko. Sementara anak muda tadi sekejap setelah pintu lift terbuka, melesat menghilang dengan sempurna. Mungkin ia lelah hayati, kebanyakan makan micin, dear.. Tak bernyali untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya tadi.

Hikmahnya? 
Apapun yang kita hadapi dalam hidup, nikmati aja; Tetap tersenyum, tenang dan sabar, karena yakinlah Allah selalu bersama kita.

My WorLD, ...My HeARt, ...My SouL © 2008 | Coded by Randomness | Illustration by Wai | Design by betterinpink!