Aku inget banget, Mam. Dulu sejak kelas 4 SD, Mama sudah mengajariku menjahit, membuat bunga, menyulam, bahkan membuat keset dan saputangan. Dan hal itu sangat membantuku Mam, ketika aku harus membuat prakarya sekolah, bahkan sampai sekarang pun ketrampilan itu masih berguna. Tapi ada satu hal yang sampai aku SMU tidak aku mengerti, kenapa ya Mama tidak pernah memaksaku untuk membantu memasak makanan dan membuat kue? What's wrong, Mom? Ketika hal itu kutanyakan padamu, Mama hanya tersenyum dan tertawa. Menurutmu ketika aku di dapur menemanimu memasak atau membuat kue, maka makanan dan kue itu akan habis sebelum dihidangkan!!! Hahaha... Tapi memang iya sih, Mam. Aku begitu menyukai masakan dan kue buatan Mama, rasanya tanganku tidak akan pernah mau berhenti mengambil dan mulut ini tidak mau diajak kompromi untuk berhenti mengunyah. Hahaha...
Mengingatmu, Mam, entah kenapa, tanpa terasa air mata ini selalu menetes. Miss you sangat, Mam. Apalagi kalo pas lagi denger lagu Bunda-nya Melly Goeslaw, sudah bisa dipastikan akan banjir air mata!!! Entah kenapa magnet lagu itu begitu kuat, Mam. Dari sejak intro awal terdengar aja, air mataku sudah langsung antri untuk keluar.
Ku buka album biru - Penuh debu dan usang
Kupandangi semua gambar diri - Kecil bersih belum ternoda
Pikirku pun melayang - Dahulu penuh kasih
Teringat semua cerita orang - Tentang riwayatku
Kata mereka diriku slalu dimanja - Kata mereka diriku slalu ditimang
Nada-nada yang indah - Slalu terurai darinya
Tangisan nakal dari bibirku - Tak ’kan jadi deritanya
Tangan halus dan suci - Tlah mengangkat tubuh ini
Jiwa raga dan seluruh hidup - Rela dia berikan
Kata mereka diriku slalu dimanja - Kata mereka diriku slalu ditimang
Oh Bunda ada dan tiada dirimu - ’Kan selalu ada di dalam hatiku..
(Huaaaaa... hiks.. hiks.. hiks..)
Mam, mengingatmu, ada beberapa hal tentang didikanmu yang aku merasa harus aku turunkan ke Riri. Yang pertama tentang kewajiban untuk terus belajar, bukan hanya di pendidikan formal saja, tetapi di sepanjang hidup ini, dari setiap apapun yang terjadi. Karena aku inget banget Mam, menurutmu itu yang akan menjadikan kita makin matang dan makin bersyukur dalam menjalani hidup ini. Berbicara tentang belajar Mam, Mama dulu termasuk keras untuk soal belajar kan Mam. Aku sampe gak boleh pacaran, garing banget lho Mam. Teman temanku dari sejak aku SMP sampe kuliah pada sibuk pacaran, aku cuma bisa gigit jari. Aku sempet pacaran sih Mam, waktu SMP, SMU, bahkan waktu kuliah, tapi Mama gak tau aja. Maaf ya Mam, tapi gak banyak kok, yang penting ganteng kan, Mam. (Hehehe..) Aku jadi inget dulu waktu pacaran pas SMP, hanya bertahan sebulan!!! Pacarku dulu gak tahan ditanyain macem macem dan ditongkrongin terus kalo lagi main ke rumah, Mam. (Hahaha...) Tapi itu dulu ya, Mam.
Hal kedua yang juga harus aku turunkan ke Riri, Mam, adalah kewajiban untuk selalu ingat kepada Allah, selalu dan selalu, dimanapun dan kapanpun itu. Termasuk harus hormat dan patuh kepada orang tua. "Hal itulah yang akan menolong dan membuat hidupmu terang, sekarang dan nanti," nasihatmu slalu. Aku ingat, Mam, dulu ketika aku masih SD, selain sekolah di sekolah formal, Mama memasukkanku ke (sekolah) Madrasah. Setiap sore, aku bersama teman teman di sekitar lingkungan rumah, pergi ke Masjid untuk belajar agama. Sebenarnya males banget lho Mam waktu itu, pulang sekolah kan masih pengen tidur tuh, masih pengen main, eh malah disuruh belajar. Tetapi apa boleh buat, daripada Mama marah. (Hehehe..) Walaupun begitu, pelajaran agama saat di Madrasah dulu berguna juga untuk hidupku sekarang, Mam. Itulah kenapa akupun memasukkan Riri ke sekolah Islam dari sejak Play Group, karena aku ingin sejak kecil Riri sudah ditanamkan nilai nilai agama seperti yang pernah Mama lakukan padaku dulu.
Ada satu hal lagi yang masih tersimpan rapi di memoriku, Mam. Mama selalu mengajarkan bahwa seorang perempuan itu harus santun dan mengerti tata krama. Duduk dengan kaki yang harus dirapatkan, tidak boleh mengangkat kaki di kursi. Tertawa tidak boleh keras, mulut harus ditutup dengan tangan. Bersuara harus lemah lembut, tidak boleh berkata sembarangan. Memakai baju harus sopan, tidak boleh memamerkan aurat. Tidak boleh keluyuran di malam hari. Termasuk perempuan itu harus bersih, rapi, dan harum. Dan masih banyak lagi yang lainnya, Mam.
Begitu banyak hal yang ingin ku contoh darimu, Mam. I want to be like you, in every step I take, Mom. Seorang super woman, seorang ibu yang halus tutur katanya, rajin beribadah, pintar merawat rumah dan anak anak, pintar memasak, menjahit, dan pintar membuat kue. Yang pasti Mama selalu ada setiap kami, anak anak Mama termasuk ayah, ketika membutuhkanmu. Dengan seabrek aktivitasmu saat itu lho, Mam, Mama masih bisa membagi waktu.
Mam, mimpiku sampai saat ini adalah Mama selalu ada di sampingku ketika aku memasuki "masa masa ku sebagai seorang wanita dewasa." Ketika hamil, ketika melahirkan, ketika membesarkan, merawat, dan mendidik anak anakku, Mama selalu mendampingi untuk melihat bahwa aku dengan bangga akan mengajarkan nilai nilai kehidupan yang sejak kecil Mama tanamkan padaku.
You taught me everything, Mom..
Everything you've given me..
I'll always keep it inside..
You're the driving force in my life..
Your love is like tears from the stars..
Loving you is like an opiate to my soul..
Love you a lot, Mom..
Miss you much, too...