11/09/2013

_ HER NAME IS NURIDA.. _


Oct 28, 2013
Senin ini cuaca cerah sekali, matahari bersinar dengan manisnya, awan berkejaran dengan riangnya. Kujalani hari ini dengan nada hati yang ceria, walopun kerjaan numpuk, enjoy aja. Berhubung akhir bulan, maka prioritas kerjaan ku hari ini adalah membuat laporan bulanan. Tiba tiba BB ku berbunyi, ada sms masuk. Kujenguk sejenak, ternyata dari Dewi saudaraku, katanya ada asisten rumah tangga untukku dan aku diminta untuk menjemputnya nanti malam ke rumahnya. Senyumku langsung mengembang ketika membacanya. "Ah, Dewi, pagi pagi dirimu sudah membuat hatiku bernyanyi riang," batinku. Aku pun menelfon Dewi, menanyakan tentang sms itu, menurutnya asisten rumah tangga itu akan datang sore hari ke rumahnya, aku pun berjanji akan menjemputnya sepulang kantor. Beberapa saat kemudian aku tersadar, rumah Dewi di daerah Slipi, Jakarta Barat, waduh daerah macet parah tuh kalo jam pulang kantor. Males juga sore sore pulang kerja aku harus dengan sukarela menjerumuskan diriku ke lingkaran kemacetan yang super sangat parah banget (lebay.com). Aku menelfon Dewi lagi, memintanya untuk mengantarkan asisten rumah tangga itu langsung ke rumahku, dengan tambahan biaya transport, Dewi menyanggupinya, alhamdulillah... (hehehe).
Namanya Nurida, asalnya dari Jawa Barat, umur 24 tahun, dan ia adalah janda cerai yang tidak mempunyai anak. Kesan pertama: orangnya bersih dan terlihat memang niat bekerja. Hari pertama kerja mbak Ida, panggilan ku padanya, ia terlihat kurang sehat, batuk dan pusing katanya. Kuijinkan ia untuk beristirahat dan meminum obat. Kuberikan padanya obat antangin, intunal, dan vitamin C. Kesian juga, ternyata perjalanannya dari kampung ke rumah Dewi , saudaraku, memakan waktu 3 jam, dan itu ia tempuh dengan naik motor, kemudian diteruskan dengan perjalanan ke rumahku dengan naik motor juga. Whaatt??  Ya jelas masuk angin lah, karena seingatku, kemarin malam hujan, dari sejak menjelang maghrib sampai sekitar jam 9 malam. Ya sudah lah, yang penting ia sembuh dulu, baru kemudian mulai mengerjakan tanggung jawabnya di rumah. Aku berharap ia akan segera sehat, karena gak mungkin kan masa' sakit sakit disuruh kerja, kesian.


Hari kedua mbak Ida di rumah, karena aku tidak bisa full mengajari dan memantau mbak Ida bekerja, aku meminta tolong sepupuku untuk menemani dan mengajarinya bekerja selama 3 hari ke depan. Hasilnya lumayan lah, seminggu mbak Ida di rumah, rumah lumayan bersih dan rapi, hanya perlu perbaikan sedikit, tapi overall aku puas dengan hasil kerja mbak Ida.

Adanya kembali asisten rumah tangga di rumahku, sebenarnya sudah aku diskusikan sebelumnya bersama mas Ian dan Riri. Aku menginginkan bila ada asisten rumah tangga lagi yang tinggal di rumah, maka kami akan berlaku seperti biasa, seperti saat kami tidak punya asisten rumah tangga. Tanggung jawab yang menjadi bagian aku, mas Ian, dan Riri akan tetap menjadi tanggung jawab masing masing dengan dikurangi sedikit. Perbedaannya hanya ketika ada asisten rumah tangga, rumah menjadi lebih bersih dan rapi aja. Aku akan tetap memasak, belanja ke pasar, dan merapikan kamarku sendiri. Mas Ian tetap menyiram bunga dan melipat bedcover. Dan Riri tetap bertanggung jawab untuk merapikan kamarnya sendiri dan mengurus (memberi makan dan membersihkan kotoran) Pitty, kucing peliharaannya. On the other side, aku sudah tidak nyapu ngepel dan cuci cuci lagi, mas Ian sudah tidak membersihkan kamar mandi setiap minggu dan mengurus pakaian pakaian yang harus dilaundry, dan Riri pun sudah tidak perlu mencuci piring gelas lagi. (Fiuuhh... finally!!) Pada akhirnya tugas inti mbak Ida hanya bersih bersih, beres beres, dan merapikan rumah aja, termasuk menjaga rumah dan cuci setrika pakaian yang kami pakai sehari hari. Pakaian kantor aku dan mas Ian termasuk pakaian sekolah Riri tetap di laundry.



Actually, I've got  some lessons from this occurrence, from the absence of household assistant at our house. Aku, mas Ian, dan Riri jadi lebih mengerti arti kebersamaan kami bertiga di rumah karena kami bahu membahu untuk menyelesaikan pekerjaan pekerjaan rumah tangga, tanpa harus mendatangkan bala bantuan dari kampung seperti yang biasanya dilakukan oleh beberapa keluarga lain, misalnya mendatangkan ibu atau saudara untuk meringankan tanggung jawab rumah tangga. (Honestly, memang repot banget mengerjakan pekerjaan pekerjaan rumah tangga sendiri tanpa ada asisten rumah tangga, karena aku juga bekerja di kantor, 24 jam gak cukup rasanya. (But I was used to resolve some problems without relying on others, and I will do it with a smiling heart.) Selain itu aku, mas Ian, dan Riri jadi lebih mengerti bahwa ternyata pekerjaan asisten rumah tangga itu berat loh, jadi tersadar kalo kami pun harus menolongnya dengan membantu melakukan pekerjaan pekerjaan yang sebenarnya bisa kami lakukan sendiri. Karena logikanya rumah dan keluarga ini adalah rumah dan keluarga kami sendiri, jadi harus disayang, dirawat, dan dijaga lah dengan baik dan benar. Betul kaannn!!!! (Betuuullll!!!! Hehehe..) Yang paling penting dan membuatku dan mas Ian bahagia adalah Riri kecilku menjadi lebih mandiri dan lebih bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri, kamarnya, dan Pitty, kucing kesayangannya. (This is so amazing.. Wow, thanks GOD!!)

There isn't any success while not a sacrifice and there isn't any success while not hardness.

11/04/2013

_ VOY A VOLVER.. _


 

October 13, 2013
Pagi telah tiba, aku masih tergeletak di tempat tidur sambil menonton TV, samar terdengar suara Pitty yang mengeong, sepertinya ia ada di depan pintu kamarku. “Dicari anak bungsunya tuh!”, kata mas Ian di sebelah ku. Aku beranjak menuju pintu, kubuka, Pitty langsung melesat masuk ke dalam untuk kemudian bertengger dengan manisnya di kursi malas (sebutanku untuk sofa santai di kamarku). Santainya Pitty mengingatkan ku kalo hari ini adalah hari Minggu, begitu cepatnya waktu berjalan. Hari ini aku berencana mengajak mas Ian untuk menonton film, film yang sesuai dengan pilihannya tentu saja, sebagai “penebus dosa” ku dan Riri “menjebak” mas Ian untuk menemani kami menonton film horror minggu kemarin. (Hehehe..) Kebetulan juga minggu ini ada film anak anak yang mulai diputar.

Seperti biasa aktivitas pagiku dimulai dengan menyiapkan sarapan, bebersih dan beberes rumah, cuci cuci, baru kemudian siangnya JJBK, Jalan Jalan Bersama Keluarga. ( :D )  Uuupppsss… Aku lupa kalo setiap hari Minggu di Kompas TV ada siaran langsung balapan Formula One (F1), hari ini balapan berlangsung di Jepang, pasti acara JJBK bakalan mundur nih. “Mas, hari ini jadi nonton kan, ada film anak anak”, kataku pada mas Ian. Mas Ian mengiyakan pertanyaaanku, “Jadi, tapi jam 2 siang ada F1, abis F1 ya!” Benar dugaanku, akhirnya aku menjadwalkan acara nonton film pada jam 5 sore.
 
Mas Ian memang F1 mania, setiap tahun ia selalu menyempatkan diri untuk menonton balapan F1 di Singapura. Biar kata ada hujan badai, ia akan tetap berangkat dengan membawa kamera andalan dan ransel bututnya. (Hehehe…) Akhir bulan lalu ia baru saja memuaskan hasratnya menonton balapan F1 di Singapura, sejak jauh jauh hari ia sudah mengosongkan jadwal kerjanya beberapa hari  disesuaikan dengan tanggal berlangsungnya balapan F1 itu.

Berbicara tentang F1, aku teringat pengalamanku ketika mengunjungi kota Barcelona di  Negara Spanyol. Di tengah jadwal tour yang padat, mas Ian menyelipkan jadwal untuk mengunjungi Sirkuit F1 di Catalunya, Spanyol, saat acara bebas. Sirkuit Catalunya, Spanyol adalah sirkut yang terletak di sebelah utara kota Barcelona, terletak di sebuah kota kecil yang disebut Montmelo, berjarak 20 km dari Barcelona. Sirkuit ini sudah sangat familiar dengan tim balap dunia maupun lokal di Spanyol karena sirkuit ini selalu menjadi ajang tempat perhelatan ujicoba maupun ajang balap F1 dan MotoGP. Sirkuit Catalunya mulai dibangun pada tahun 1991 dan selesai dibangun pada tahun yang sama. Sirkuit yang memiliki panjang 4.655 meter ini, didesain dengan 16 tikungan untuk ajang F1.

Cara terbaik dan tercepat untuk menuju ke Circuit de Catalunya untuk orang awam seperti aku dan mas Ian menurut Mr. Google adalah naik kereta api, daripada tersesat di negeri orang, nurut aja deh (hehehe). Actually, we always prefer to ask Mr. Google, just rely on the map and the information from Mr. Google, we will find out the destination place just by ourselves. There is a special satisfaction when we get to the destination place, we will not ask anyone unless forced to. It sounds so crazy, but we always feel that our travelling is an adventure as a refreshing from all the fatigue of our routine works.
Line R2, Renfe

Untuk menuju ke Circuit de Catalunya, dari hotel tempat aku dan mas Ian menginap, kami hanya tinggal menyeberang dan memotong jalan melalui Diagonal Mar Plaza menuju ke stasiun komuter di depannya untuk kemudian menuju ke rail train station El Clot. Sepertinya kereta Line R2 yang menuju ke Montmelo berada jauh di bawah tanah (B2), aku menuruni banyak anak tangga sampai ke suatu lorong besar dan panjang yang minim lampu dan baunya gak enak banget, serasa ada di daerah hitam tempat para penjahat berkumpul seperti di film film Hollywood (hiiii…). Kereta apinya belum datang, ada terbersit sedikit rasa takut namun segera hilang ketika melihat kereta apinya datang. Wow… Bagus dan besar ternyata keretanya, hampir mirip kereta cepat RER C yang kunaiki dari Paris ke desa tempat Versailles Palace, bedanya yang ini lebih bagus dan di bawah tanah banget (hehehe.. Dasar ndeso!!!).

Perjalanan menuju ke Montmelo hanya sekitar 20-30 menit saja. Finally, sampe juga ke tempat impian mas Ian. Jam hampir mendekati pukul 4 sore begitu kereta api sampai di Montmelo, kota kecil yang damai, gak crowded, penduduknya ramah, dan udaranya pun terasa segar. Dengan mengandalkan google map di tangan, aku dan mas Ian berjalan santai menuju ke Circuit de Catalunya, berdasarkan info dari Mr. Google kalo berjalan kaki akan memakan waktu sekitar 20-30 menit. Karena memang niatnya jalan jalan, maka aku dan mas Ian menjalaninya dengan santai. Memasuki 1/3 perjalanan entah kenapa suasana yang tadinya ada kehidupan secara perlahan menjadi sepi, satu persatu toko, rumah penduduk, fasilitas layanan masyarakat, dan perkantoran tutup. Kulihat jam sudah menunjukkan pukul 4 sore. “Ada apa ya, kok tiba tiba orang orang pada mundur teratur dari aktivitasnya masing masing?,” batinku. Aku dan mas Ian bingung, di sepanjang jalan yang kami lalui tiba tiba berubah menjadi sepi, dari mulai pom bensin, perkantoran, sampai kantor polisi pun terlihat sepi. Ada satu rumah yang kami temui sedang sibuk tutup tutup seperti toko yang akan tutup, cepat cepat kami hampiri dan bertanya, ternyata pada jam 4 sore sampai sekitar jam 7 malam di Montmelo adalah waktu istirahat dan tidur siang sehingga semua akan tutup dan beristirahat, mereka malah menawarkan tempat di rumah mereka untuk kami beristirahat siang. What??? Ini jam 4 sore gitu loh, matahari sedang lucu lucunya di atas sana masa’ sih disuruh tidur, capek dweh!!!. (Hehehe..)

Setelah berjalan beberapa menit dalam keadaan sepi, honestly aku dan mas Ian ragu dan agak was was, kalo ada orang yang tiba tiba menodong dan menculik kami gimana? Secara sepi banget dan lokasinya pun nun jauh dari kampung halaman, gak ada orang yang bisa dimintai tolong. (Hehehe..) Finally, we decided to go back to the train station, although the Circuit de Catalunya wasn’t far from us, just taken around 10 minutes more by foot. But, daripada kenapa kenapa, aku dan mas Ian gak mau mengambil resiko. Kami berfoto sebentar di sekitaran situ (masih sempet aja deh, hehehe..) dan kemudian berbalik arah lah kami. Untungnya di sekitaran stasiun kereta api Montmelo masih ada satu kafe yang buka, hanya ada segelintir orang di dalam termasuk pelayan dan pemilik kafe, di luar terlihat sepi. Kami memilih duduk di luar, memesan segelas kopi dan segelas susu coklat hangat sambil beristirahat dan bertanya mengapa Montmelo tiba tiba berubah menjadi seperti kota mati. Ternyata ada sebuah kebiasaan unik di Montmelo, mereka menamakannya Siesta.

Siesta adalah kebiasaan tidur sejenak pada siang hari sekitar 15-30 menit yang dilakukan selama jam istirahat perkantoran dan biasanya dilakukan sehabis makan siang. OMG!!! Pantesan aja dari tadi banyak rumah, perkantoran, maupun pertokoan ditutup, ternyata mereka mau melakukan tradisi tidur siang mereka to. (Ck.ck.ck...) Siesta sendiri berasal dari kata "la hora sexta" yang berarti jam keenam. Dihitung dari jam enam pagi, jam 12 merupakan jam keenam. Selama tiga jam pada pertengahan hari ini orang Spanyol diberikan kesempatan tidur siang, berkumpul bersama keluarga, serta makan siang (makan siang di Spanyol biasanya dimulai pukul 2 siang) dan kemudian
kembali melanjutkan aktivitas dengan tubuh dan pikiran yang lebih segar pada sore harinya. Boleh juga tuh kalo diterapkan di Indonesia karena ternyata Siesta itu berguna bagi kesehatan, bisa memulihkan energi tubuh dan  dapat meminimalisasi resiko penyakit jantung lho. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh NASA membuktikan bahwa Siesta atau tidur siang ternyata bisa meningkatkan kinerja fungsi memori otak manusia. Dengan kondisi otak yang dalam keadaan segar, tingkat konsentrasi manusia menjadi sangat tinggi karena kinerja otak yang meningkat. Mantep kaann.. Jadi ngebayangin siang siang di kantor abis makan siang kenyang trus biasanya ngantuk, jadi gak konsen kerja karena berusaha menahan kantuk, yang ada malah kepala jadi pusing. Kalo sudah begitu solusi terbaik adalah tiduuurrr!!!! Hidup SIESTA!!! (Lho??? Hehehe...)
 
Pengalaman yang tidak terlupakan, jauh jauh dari Indonesia mau ke Montmelo hanya karena penasaran dengan Circuit de Catalunya F1 yang terkenal itu. Sampai di sana cuma bisa gigit jari aja karena kepentok dengan tradisi Siesta-nya orang Spanyol. Hehehe.. Someday, we will go back to Montmelo to see Spanish Formula One Grand Prix.

10/17/2013

_ A NOSY SATURDAY... _


  

October 05, 2013

Sabtu pagi yang cerah, matahari tersenyum malu, membiaskan sinarnya di teras atas rumah. Ku buka pintu, kurentangkan kedua tanganku. Huaahhh... Segarnya!!! Terlihat dengan sudut mataku, Pitty, kucing kesayangan Riri, duduk bertengger di pinggir kanopi dengan manisnya.

Hari ini mau ngapain yaaa??? Begitu banyak list yang harus aku kerjakan hari ini, dari mulai bebersih dan beberes rumah, cuci cuci, sampai ke pasar belanja kebutuhan dapur. Bingung juga mau mulai dari mana. Maklum sudah hampir 2 bulan ini aku tidak mempunyai asisten rumah tangga, si mbak dengan terpaksa dipulangkan karena ia lebih banyak tidak jujur dalam kesehariannya di rumah. Repot juga gak ada asisten rumah tangga, but actually banyak hikmahnya juga sih.  Aku, mas Ian, dan Riri jadi bahu membahu mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Memang, sebenarnya porsi yang bertengger di pundakku lebih banyak, +- 70% lah, sisanya terbagi rata ke Riri dan mas Ian. This is my real life now, bangun pagi menyiapkan sarapan, bebersih rumah, cuci cuci, dan menyiapkan makan siang sekaligus malam, baru kemudian bersiap untuk ke kantor. Pulang kantor menjemput Riri les, mampir ke toko buku bila ia ada tugas sekolah, baru kemudian pulang ke rumah. Bahagia itu ketika selesai masak terus makan bersama Riri dan mas Ian dan melihat mereka menikmati suap demi suap yang masuk ke mulut mereka. Bahagia itu ketika menjemput Riri les dan ia membinarkan matanya ketika melihatku menjemputnya. Bahagia itu ketika melihat mas Ian menyiram bunga atau memilah baju baju yang sudah di laundry menjadi 3 bagian (hmmm.. Mantap!!!). Aku benar benar menikmati saat saat di rumah yang isinya hanya ada kami bertiga, tanpa ada orang lain yang nyempil di dalamnya. Well, Aku berusaha santai menjalani semuanya, kalo gak sempat masak ya beli, kalo gak sempat nyuci setrika baju ya laundry. Kalo gak sempat bebersih rumah pagi, ya pulang kantor ngerjainnya. Enjoy aja lagi!!! Hehehe.. Just go with the flow, just the way I am.

Sabtu pagi ini ku mulai dengan menyiapkan roti untuk sarapan kami bertiga, serta secangkir kopi untuk mas Ian. Setelah itu bebersih rumah. Hari ini baju baju di laundry aja deh dan acara masak memasak libur dulu. Riri baru saja selesai ujian tengah semester.
Pada kenyataannya, sudah dari beberapa minggu sebelum ujian tengah semesternya Riri sibuk bercerita tentang film film yang telah ditonton teman temannya di sekolah. And you know what the themes of those films are??? There are horror films!!! Whaaattt??? Yup.. Aku aja heran, kok bisa ya anak anak kelas 6 SD diperbolehkan menonton film horor di bioskop oleh orang tua mereka. Mulai dari Conjuring sampai Insidious. I don't believe it, but it's true. Menurutku film horor itu malah akan menumbuhkan rasa takut pada anak anak, takut kegelapan, takut melakukan aktivitas sendirian, dan itu sudah pasti akan membuat mereka menjadi tidak mandiri karena mereka akan menunggu adanya orang lain untuk mulai beraktivitas.

 

Entah kenapa hari ini aku mengijinkan Riri menuntaskan rasa penasarannya nonton film horor, karena sebelumnya ia sempat juga merecokiku dengan keinginannya untuk nonton film Conjuring, film horor juga, namun tidak kuijinkan. Tidak mempan padaku, Riri "mencobai" tantenya, ketika sedang menginap di rumah sepupunya, ia merengek rengek agar diijinkan menonton Conjuring, daaannn... Tantenya mengijinkan!! Hadeuh, aku kecolongan!! Aku tidak mau kecolongan untuk kedua kalinya, maka ketika Riri heboh bercerita tentang teman temannya yang nonton film Insidious 2 di bioskop, aku berjanji untuk mengajaknya nonton film Insidious 2, tetapi dengan syarat ia harus belajar keras dulu untuk ujian tengah semesternya.

Sepertinya Riri tertular wabah film horor dari aku deh, karena di rumah aku gemar sekali menonton acara "Dunia Lain di TransTV" dari sejak dipandu oleh Hari Panca sampai sekarang ketika acara itu berganti nama menjadi "Masih Dunia Lain" dipandu oleh Rudi Kawilarang. Dan selama itu kuperhatikan memang Riri suka mencuri curi menontonnya ketika ia sedang bersamaku yang sedang asyik menonton acara itu. Film horor itu menggelikan begitu kataku selalu kepada Riri, fim itu dibuat untuk menghibur bukannya untuk menakut nakutii, jadi kalo nonton film horor mindset-nya sudah diset menggelikan bukan menakutkan. (Hehehe... Aneh banget yak...)

Sabtu sore aku, mas Ian, dan Riri akhirnya meluncur juga menuju Mall @ Alam Sutera, tujuan kami, lebih tepatnya aku dan Riri, adalah menonton film Insidious 2, kami bersekongkol gak ngasi tau mas Ian tentang rencana ini, kalo mas Ian tau ia bisa mundur teratur gak mau menemani kami. Aku dan Riri menyusun rencana, aku membeli tiket sementara Riri akan mengajak mas Ian membeli camilan, sehingga ia tidak tau film apa yang akan kami tonton. Daaannn... berhasiiilll!!! Sampai masuk ke dalam studio XXI dan duduk, mas Ian dengan "manis" menjalaninya, bila ia bertanya tentang film apa yang akan kami tonton, aku dan Riri selalu menjawabnya dengan film Runner - Runner, film tentang games judi di internet yang dibintangi oleh Justin Timberlake. (Hahaha.. Gak tau dia!!!). Sampai ketika musik pembuka film terdengar dan film dimulai, tersadarlah mas Ian kalo ia sedang kami kerjain. (Hahaha...) But in fact, he enjoyed the movie, sambil sesekali menoleh ke kiri menutup matanya bila ada sesuatu hal yang membuatnya ngeri. Sesekali aku melempar mas Ian dengan popcorn untuk mengagetkannya. Aku rasa ia jaim di depan Riri, rasa takutnya ia tutupi supaya gak jatuh jatuh amat imejnya di depan anaknya. (Hahaha..)

Film Insidious 2, film dari rumah produksi Sony Picture arahan sutradara James Wan, mengisahkan tentang keluarga Lambert yang masih terguncang dengan peristiwa misterius yang sempat mengakibatkan Dalton Lambert, sang anak, koma selama beberapa waktu. Meskipun berhasil menyelamatkan Dalton, peristiwa tersebut telah memakan seorang korban bernama Elise Reinier, seorang paranormal. Namun, keluarga Lambert akhirnya kembali menjadi satu keluarga utuh. Sang Ibu, Renai Lambert, berusaha keras untuk melanjutkan kehidupan normalnya, tetapi munculnya kembali sosok arwah yang mengerikan, membuat dirinya merasa bahwa keluarganya masih terancam bahaya. Semakin lama, sosok wanita tua yang mengerikan justru semakin tampak nyata, bahkan juga menyakiti fisik Renai. Setelah beberapa peristiwa mengerikan tersebut, Renai berusaha meyakinkan Josh Lambert, sang suami, bahwa mereka masih belum terbebas dari gangguan arwah gentayangan, tetapi Josh justru menampik semua cerita yang disampaikan istrinya. Lorraine Lambert, Ibu kandung Josh, juga turut mengalami penampakan. Hal ini, membawa Lorraine untuk kembali meminta bantuan dari 2 mantan asisten almarhum paranormal Elise Reinier. Dari pengakuan roh Elise, ia mengungkap bahwa hantu wanita tua yang membunuhnya. Keluarga Lambert berusaha mengungkap misteri masa lalu Ayahnya sendiri, Josh Lambert. Josh Lambert yang sekarang adalah bukan Josh Lambert yang sebenarnya, ia kembali ke dunia nyata dan dirasuki hantu wanita yang mengikutinya setelah menyelamatkan Dalton dari dunia astral. Misteri tersebut membuat keluarga mereka kembali berhubungan dengan alam gaib dan dihantui kejadian-kejadian aneh yang bahkan lebih mengerikan dari sebelumnya. Dalton dengan bakat alam bawah sadarnya, mencoba menemukan ayahnya di dunia astral. Pada akhirnya Dalton berhasil menyelamatkan dan membawa kembali ayahnya dari dunia astral ke dunia nyata dan keluarga mereka pun terbebas dari teror hantu-hantu mengerikan. Fiuh, lumayan membuat sport jantung juga nih, film Insidious 2 ini merupakan horor klasik yang mengandalkan atmosfir kuat dan unsur kejutan, bukan mengandalkan pemain berbikini, hantu seksi, dan penampakan yang mengerikan seperti film film horor Indonesia.


Sabtu ini adalah Sabtu yang menyenangkan, aku sangat menikmatinya, walaupun sempat dibuat tegang oleh film Insidious 2. Sabtu ini ditutup dengan makan malam bersama di resto favorit Riri, senyum dan tawa terus merekah di wajah mas Ian dan Riri. Bahagia itu ketika aku bisa melihat mas Ian dan Riri bisa tertawa dan bercanda bersama, karena biasanya setiap hari kerja mas Ian bertemu dan bercanda dengan Riri hanya di pagi hari pada saat sarapan di meja makan. Alhamdulillah, terima kasih Ya Allah atas Sabtu yang indah ini. 

Life is a journey. And... Enjoy every mile of it. 

5/18/2013

_ LEARNING FROM HER.. _




Jum'at, 12 April 2012

Hand Phone (HP) ku sedari tadi berbunyi. Lantunan suara alm. Ricky Jo melagukan "Satu Lagi" terus terdengar, kulirik layar HP, tertulis nama Mbak Riri. "Sebentar ya Nduk, nanti Bunda telepon balik," batinku, aku sedang online di telepon dengan seorang HRD salah satu klien kantorku. Seperti biasa menjelang jam pulang kantor, Riri selalu sibuk meneleponku, tetapi kali ini it's unsual deh rasanya. Ia menelponku seperti seorang telemarketing yang tak kan berhenti menelepon customer sebelum teleponnya terangkat.

"Bunda, Mbak Riri telfon kok gak diangkat?, " kalimat pertama yang diucapkan Riri ketika aku meneleponya beberapa saat kemudian. "Iya Nduk, tadi Bunda lagi telepon, maaf ya," terangku. "Ada apa, Nduk?", tanyaku. Riri kemudian menceritakan kalo ia menerima Broadcast Message (BM) dari teman sekolahnya yang isinya tentang informasi penjualan pocketbac yang harganya jauh di bawah harga yang ia jual di sekolahnya. Suaranya terdengar sedikit galau. " Bunda kok ada yang jual lebih murah ya, nanti jualanku di sekolah gimana, padahal kata Bunda jualanku paling murah?", cecarnya padaku. Aku lalu meminta Riri untuk mengirim BM itu kepadaku. "Nanti Bunda baca, terus kita ngobrol di rumah ya, Mbak Riri santai aja deh," kataku menenangkan Riri. Tak berapa lama BM dari Riri masuk ke Black Berry (BB) ku, ku baca sambil lalu, dan aku tersenyum. Ternyata yang membuat Riri galau itu ada adik kelas yang mengirimkan pin BB seorang anak yang satu sekolah juga dengan Riri, ia menjual pocketbac dan holder-nya Bath Body Work (BBW) nya lebih murah dari harga pasar, bahkan lebih murah dari harga beli yang kudapatkan dari supplier langgananku. “Kok bisa ya?”, batinku. Aku kemudian mengecek semua harga yang diberikan oleh supplier-ku, aku searching di internet, aku bandingkan dengan harga harga jual untuk reseller, dan kubuka juga website asli dari produk milik BBW ini. Nalarku berjalan, begitu aku melihat harga asli dari produk BBW ini aku langsung tau kalo pocketbac dan holder yang ditawarkan teman Riri itu adalah palsu alias tiruan, karena tidak mungkin harga yang ditawarkannya lebih murah dari produk aslinya, itupun belum termasuk ongkos kirim dari Amrik sana. Untuk menyakinkan dugaanku ini, aku mengirimkan BM itu ke distributor ku dan menanyakan apakah dugaanku itu benar. Dan ternyata benar dugaanku, supplierku membalas BBM ku dan mengatakan bahwa itu adalah produk tiruan alias palsu. SAY NO TO FAKE, katanya. Kok malah dia yang kampanye yak, mungkin dia agak galau juga kali jika aku nantinya akan ganti haluan membeli produk BBW tiruan itu dan kemudian menjualnya kembali karena harga yang ditawarkan lebih murah. (Hehehe..)


Ku rapikan berkas berkas di meja kantorku, kututup laptop, dan pulang lah aku. Perlahan kuturuni tangga kantor menuju parkiran. Hujan deras sore tadi sudah reda, menyisakan sedikit rintiknya, turun membasahi kepalaku. Di temani suara serak serak basah Cakra Khan, kunikmati perjalanan menuju rumah sambil kusiapkan jawaban dan penjelasan untuk menghalau kegalauan Riri tadi. Rasanya aku memang harus menyiapkan mental Riri dalam rangka misiku untuk menjadikannya seorang marketer sejati (belagu banget nih bahasanya, hehehe...). Harapanku ia bisa tetap pede berjualan Pocketbac dan Holder nya itu, apapun yang terjadi.

Rintik hujan masih saja menetes membasahi bumi, aku berlari kecil menuju rumah, Riri sudah bertengger dengan manisnya di depan pintu masuk. “Assalamu ‘alaikum, sudah makan, Nduk?”, sapa dan tanyaku ketika ia mencium tangan kanan dan pipiku. “Sudah Bunda, “ jawabnya sambil mengikuti langkah ku menuju kamar. “Bunda mandi dulu ya,” kataku. Riri menonton TV, sementara aku mandi. Terlihat ia sudah tidak sabar rupanya untuk memulai sesi curhatnya, hanya saja ia memilih untuk membiarkanku mandi dan sholat dulu. Aku tersenyum sendiri. “Good girl,” batinku.

“Bunda, temenku ada yang jual pocketbac dan holder pocketbac lebih murah dari punyaku, “ kata Riri begitu aku selesai melipat mukena. “Tadi Putri Broadcast Message (BM) ke aku dan teman teman ku, trus teman teman ku yang sudah pesen pocketbac ada yang gak jadi beli, gimana ini Bunda?”, lanjutnya dengan wajah yang ditekuk. Aku tertawa melihatnya merajuk. “Coba Bunda liat BM nya, Nduk,” kataku pada Riri. Riri kemudian menyerahkan BB nya padaku, pelan pelan ku baca BBM dari Putri, temannya. Aku mengernyitkan alisku, BM itu memang berisi kabar gembira tentang informasi penjualan pocketbac dan holder pocketbac murah beserta harga dan pin BB nya. “Bener kan Bunda, terus jualan mbak Riri gimana, gak laku dong!”, seru Riri padaku, galau juga rupanya ia. “Bunda invite dulu ya pin BB nya, nanti baru kita tau BM ini bener apa gak, barangnya palsu atau gak,” kataku pada Riri. “It seems like, it isn’t an original product from Bath and Body Works, Nduk,” kataku lagi, mencoba untuk menenangkannya. Aku meng add pin BB yang tertera di BM itu, sambil menunggu diaccept oleh pemiliknya, aku menerangkan Riri tentang informasi yang ku dapat dari supplier tempatku mengambil produk BBW itu. Bahwa kalo harga produk BBW yang ditawarkan lebih murah dari produk BBW asli seperti yang tertera di website nya, maka bisa dipastikan itu adalah produk tiruan alias palsu. “Kalo dari pocketbac-nya Mbak Riri kan sudah tau kan cara ngebuktiin barang itu asli apa gak, trus holder-nya kalo lebih tipis dan tulisan BBW timbulnya kasar berarti itu palsu Nduk,” terangku lagi. Ting!!! BB ku berbunyi, mungkin itu tanda si pemilik pin BB yang ku add tadi sudah meng-accept permintaan pertemananku. Yeess!! Ia meng-accept-nya, lalu tanpa menunggu lama lagi aku segera memperkenalkan diri dan menanyakan tentang produk BBW yang ia jual beserta harganya. Dan benar dugaanku, harga yang ditawarkan di bawah harga yang tertera di website asli BBW. Aku memperlihatkan isi obrolanku itu kepada Riri, kemudian ku buka website BBW asli, ku tunjukkan harga pocketbac dan holder nya kepada Riri (dengan mengalikannya dalam rupiah karena harga yang tertera dalam dollar Amrik), dan membandingkannya dengan harga yang ada di BBM ku. “Harga yang dikasi gak sama kan dengan harga aslinya. Kalo sama pun gak mungkin, Nduk. Karena kalo kita membeli barang secara online di internet harga itu harus kita tambahin ongkos kirim barang itu ke rumah kita. Jadi sudah pasti seharusnya harga barang ini kalo sampe ke Indonesia lebih mahal dari harga aslinya,” jelasku pada Riri. Riri mengangguk pelan, mungkin ia masih mencerna kata-kata ku tadi. “Mbak Riri kalo jualan harus pede, Nduk”, kataku pada Riri.

 Aku mencoba menerangkan konsep marketing secara sederhana pada Riri. Aku mengistilahkannya sebagai jualan. Bahwa jualan itu harus mempunyai sesuatu kelebihan yang bisa menjadi keunggulan dan pembeda dari penjual lain yang mempunyai barang/produk jualan yang sama dengan kita. Misalnya barang jualan Riri adalah produk asli. Kalo penjual lain juga asli, kelebihan jualan Riri misalnya lebih murah dari harga yang dijual penjual lain di pasaran. Kalo misalnya penjual lain juga lebih murah, kelebihan jualan Riri tidak pake ongkos kirim karena barang jualan diberikan langsung ke pembeli dan barang yang dibeli boleh dibayar 2 kali. Aku mencoba menanamkan kepada Riri konsep competitive advantage untuk produk yang ia punyai dibanding kompetitor yang kebetulan menjalani bisnis dengan produk yang sama. Harus ada sesuatu yang berbeda, yang membuat orang beralih ke produk kita, dan memang produk itu berguna dan secara finansial lebih menguntungkan untuk pembeli. Aku mencoba untuk menjabarkannya dengan bahasa yang sesederhana mungkin ke Riri. And finally she's got my idea, Riri pun gak manyun lagi. ( Hehehe)

Aku secara perlahan ingin membuat Riri mengerti bahwa selain ilmu ia harus mempunyai keahlian yang nantinya bisa berguna ketika ia besar nanti. Aku dengan bahasa anak anak mencoba menerangkan bahwa ia harus pede berjualan, karena aku, bundanya, sudah memikirkannya secara matang. Segmen pasar yang ia tembak adalah pelajar, teman temannya di sekolah, dalam hal ini termasuk di dalamnya ibu ibu mereka karena adalah sang decision maker pembelian. Targetting yang dipakai adalah concentrated targetting strategy, yaitu fokus pada 2 buah produk Bath and Body Works, pocketbac dan holder pocketbac. Sedangkan Positioning berdasarkan pesaing, yaitu mengandalkan keunggulan kompetitif (competitive advantage), yaitu terpercaya dalam kualitas dan harga. Bahwa produk yang dijual Riri original dan murah dibandingkan pesaing yang menjual produk yang sama.

Pada akhirnya untuk lebih menempa Riri berjualan, di suatu hari minggu aku mengajaknya ke suatu bazar di pusat pertokoan dekat rumah. Kutelusuri lorong lorong bazar, kemudian aku tawarkan padanya kalo ia mau berjualan di tempat itu. Di luar dugaanku Riri mau. Ia kemudian aku ajak ke orang yang mengelola bazar itu setelah sebelumnya aku mendapat informasi tentang orang ini dari mbak penjual sosis di bazar itu. Bersama Pak Dwi, Aku dan Riri diajak untuk melihat lihat tempat yang sudah kami incar sebelumnya, lalu terjadilah kesepakatan bahwa kami akan berjualan di situ mulai minggu depan dengan biaya sewa sekian per minggu nya. Dan dimulai lah episode selanjutnya. Aku menghitung dengan biaya sewa sekian, maka barang yang minimal harus terjual sekian buah untuk menutupi biaya sewa tempat, baru setelah itu keuntungan yang di dapat. Hal ini aku bicarakan juga dengan Riri, termasuk kalo sudah mulai jualan nanti ia harus cerewet menawarkan barang jualannya ke setiap orang yang lewat di depan kami. Bahwa ia harus selalu tersenyum, bahwa ia harus bilang terima kasih kepada setiap pelanggan yang mampir walopun mereka tidak membeli, bahwa harus ada sesuatu yang menarik perhatian orang yang lewat di depan kami sehingga mereka mau menoleh dan mampir untuk melihat dan membeli jualan kita. Pada akhirnya kami pun berjualan di minggu depannya dengan memakai kostum yang eye cacthing, dengan suara nyaring meneriakkan barang jualan kami, dan dengan menempatkan bebek bersuara yang akan selalu bersuara ketika ada orang yang lewat di depan kami. Daaannn... Kita tunggu aja hasilnya!!! Hehehe
..



3/28/2013

_ HARPITNAS TOUR _





Kuala Lumpur (KL), adalah ibu kota, kota terbesar,  merupakan wilayah metropolitan dengan pertumbuhan paling pesat di Malaysia, baik dalam jumlah penduduk maupun ekonomi. Terletak di negara bagian Selangor - Malaysia Barat, meliputi wilayah seluas 244 km² (94 mil²) dengan populasi sekitar 2,1 juta orang (2010).  Selain sebagai pusat pemerintahan dan perekonomian, Kuala Lumpur juga telah di kenal sebagai salah satu tujuan berbelanja favorit di dunia dengan banyaknya shopping centre dan megamall. Tradisi kuliner yang menyatukan budaya Cina, India dan Melayu membuat makanan khas kota ini tersaji dengan citarasa yang unik. (Jadi inget nasi lemak nih.. hmmm) Ikon yang menghiasi kota ini, mulai dari KL Tower hingga PETRONAS Twin Towers.

Kuala Lumpur merupakan kota yang cantik, dibandingkan Jakarta penataan kotanya lebih teratur dan bersih. Transportasi massalnya seperti bis dan kereta api jumlahnya banyak dan layak pakai, serta yang paling penting adalah gak macet bok. (hehehe). Hanya saja untuk transportasi taxi, taxi Jakarta lebih banyak pilihan yang bagus, terpercaya, dan tahun mobilnya muda.




Kunjungan pertama ku ke Kuala Lumpur sepertinya sudah lumayan lengkap: PETRONAS Twin Towers, Suria KLCC Mall, Istana Negara, Tugu Negara, Putrajaya, Batu Caves, Merdeka Square, Cocoa Boutique, China Town (Petaling Street), Bukit Bintang, Hard Rock Cafe, dan Genting Highland. Namun kunjungan itu masih menyisakan rasa penasaranku karena saat berkunjung ke PETRONAS Twin Towers hanya sempat mengagumi dari bawah dan berfoto dengan latar belakang menara kembar itu. Honestly, pengen banget naik dan melihat  langsung seperti apa konstruksi dan jerohan nya menara kembar itu, termasuk menginjakkan kaki di skybridge nya itu lho. Sayang banget rasanya sudah sampai di depan mata tapi gak naik. (Huaaaa...) Kendalanya hanya rasa malas yang menggeluti raga untuk mengantri membeli tiket dalam rangka naik dan masuk ke dalam menara itu. Belum apa apa sudah mengibarkan bendera putih coz the existing queue is more than 10 kilometres. (hiperbola bok..)

Like Riri said, "Apanya yang menarik sih dari PETRONAS Twin Towers itu? Bunda sampe segitu penasarannya." Riri kemudian aku jelaskan tentang PETRONAS Twin Towers itu. PETRONAS Twin Towers atau Menara PETRONAS adalah dua buah menara kembar di Kuala Lumpur, Malaysia.  Menara ini dirancang oleh Adamson Associates Architects, Kanada bersama dengan Cesar Pelli dari Cesar Pelli of Cesar Pelli & Associates Architects Amerika Serikat, menggunakan motif yang lazim digunakan dalam Seni Islam karena budaya Islam sudah menjadi ciri khas Malaysia. Berdiri setinggi 452 meter atau 1483 kaki dihitung sampai paling atas dan bentuk lantainya berupa dua buah persegi yang berpotongan membentuk bintang berujung delapan dan pada tiap titik perpotongannya ditambahkan sepotong lingkaran. Perencanaan dimulai pada Januari 1992, pekerjaan pondasi dilakukan pada Maret 1993, dan selesai dibangun setinggi 88 lantai pada Juni 1996. Menariknya, di antara kedua menara tersebut dibangun sebuah jembatan (Skybridge) yang menghubungkan kedua menara pada lantai 41 dan 42. Sebagaimana bangunan tinggi lain, PETRONAS Twin Towers pun bisa bergoyang bila diterpa angin sehingga pembangunan jembatan pun tidak dipasang secara kaku pada kedua menara. Jembatan ini adalah tujuan wisata turis yang datang ke PETRONAS Twin Towers dengan jumlah tiket yang terbatas (sekitar 1200 buah). Selain itu, jembatan ini juga digunakan untuk evakuasi apabila terjadi keadaan darurat di sebuah menara sehingga penghuninya bisa pindah ke menara yang aman. Menara kembar ini pun sempat menjadi gedung tertinggi di dunia dilihat dari tinggi pintu masuk utama ke bagian struktur paling tinggi. Pada 17 Oktober 2003, Taipei 101 mengambil rekor menara kembar ini. Tetapi Menara Kembar Petronas tetap memegang gelar menara kembar tertinggi di dunia.

Banyak hal yang membuatku penasaran tentang PETRONAS Twin Towers ini, hasrat besar ku untuk naik dan menginjakkan kaki di lantai 41-42 skybridge dan lantai 86 yg merupakan puncak dari menara kembar tertinggi di dunia itu. Seperti biasa iseng aku browsing tiket promo di www.utiket.com, berhari hari kerjaan ku hanyalah memelototi utiket dan itu hanya akan berhenti saat alarm di mataku berbunyi ketika melihat tiket promo, tunit nunit nunit nunit. (hehehe) Gotcha, finally I've got that ticket!!! Sip, sip, sip. Tiket sudah ditangan, hotel sudah dipesan, tinggal berangkat lah. Twin Towers, I'm comiiiinnnggg!!! (Noraaakkk deh)

 

Aku memilih mengunjungi PETRONAS Twin Towers pada harpitnas kedua tahun ini. Kamis malam, Riri dan aku sibuk mengepak barang. Satu persatu barang dimasukkan sesuai dengan catatan barang yang harus dibawa. Catatan yang selalu aku garis bawahi adalah tidak lupa membawa abon, kering tempe/serundeng daging, saos sambal ABC, kecap, dan beberapa bungkus mie gelas untuk persediaan di kala perut bernyanyi dan gak cocok dengan makanan yang ada. Lidah memang terkadang gak bisa diajak kompromi. Apalagi mas Ian, lidahnya Jawa banget biasa ketemu tempe setiap hari, sehingga kemana pun kami pergi 5 buah item itu harus wajib ada di dalam tas. Sedangkan Riri biasanya hanya minta dibawakan udang kering dan sambal Bu Rudy (makanan khas Surabaya). Memang dikala lidah bertemu makanan yang tidak sejiwa, makanan dari kampung lah yang setia menemani, apalagi ketika berkunjung ke daerah yang banyak makanan bertanda X untuk muslim seperti kami ini.

Singkat cerita, Jum'at malam berangkatlah kami bertiga -Aku, mas Ian, Riri- ke negeri Malaka itu dengan penerbangan terakhir. Sepulang kantor kujemput Riri, kemudian kami berdua langsung meluncur menuju Bandara Soetta dan bertemu mas Ian yang juga melesat dari kantornya di sana. Check in dan proses imigrasi berjalan lambat, ternyata banyak juga yang mengambil momen harpitnas ini untuk refreshing keluar Jakarta yang super sibuk dan super macet ini.

Jam menunjukkan pukul 00.15 waktu KL ketika roda peasawat menyentuh runway KLIA, rasa lapar menyelimutiku, kutengok Riri di sebelah kiriku masih terlelap. "Nduk, bangun, sudah sampai," ucapku perlahan sambil mengelus tangannya. Kulihat mas Ian baru saja terjaga dari tidurnya, tersenyum padaku. Kami keluar pesawat dengan rasa kantuk yang tersisa, naik aerotrain, menjalani proses imigrasi, mengambil bagasi, naik taxi, daaannn... Welcome to KL!!!

3/18/2013

_ POCKETBAC LOVERS _


Si PocketBac Lovers
Saturday, March 16, 2013  
Bath & Body Works, LLC, adalah sebuah toko ritel Amerika di bawah payung Limited Brands. Didirikan pada tahun 1990 di New Albany, Ohio dan sejak itu diperluas di seluruh Amerika Serikat dan Kanada. Produknya berbentuk lotion, barang barang untuk mandi, barang-barang perawatan pribadi, dan wewangian rumah. Di Indonesia saat ini sedang terkena virus Bath and Body Works produk Amrik ini. Riri pun sepertinya terkontaminasi, sekarang ia tergila gila sangat dengan yang namanya PocketBac dan PocketBac Holder keluaran Bath and Body Works (BBW) ini.


PocketBac? Apaan tuh? PocketBac adalah semacam handgel yaitu gel anti septik pencuci tangan yang langsung dituangkan di telapak tangan dan diusapkan ke kedua tangan sampai kering tanpa perlu dibasuh dengan air lagi, tidak hanya membunuh kuman, tapi juga melembabkan dan memberi aroma segar pada tangan, praktis, bisa dibawa kemana saja. Di Indonesia lebih dikenal dengan sebutan handy clean, salah satu produk keluaran PT Kalbe Farma. Kalo PocketBac Holder itu apa ya? PocketBac Holder itu seperti bajunya pocketbac yang ada gantungannya, jadi PocketBac dimasukkan ke dalam holdernya lalu digantung di tas seperti gantungan kunci. Bentuk dan warnanya lucu membahana serta bermacam macam tergantung serinya, reguler - deluxe - charms - rhinestones. 
Apa sih kelebihan anti septik keluaran BBW Amrik dengan produksi dalam negeri? BBW mengeluarkan PocketBac Sanitizing Hand Gel dalam berbagai seri dengan kemasan dan harum yang menggelitik hati dan membahana mewangi sekali (lebay dot com deh!), winter series - spring series - i love series - fresh picked series - st patrick - classic - rare.

Actually, I don't care much about that PocketBac and the Holder. Kemana mana aku merasa cukup membawa handy clean lokal dan toilet seat sanitizer di dalam tas ku. Sampai akhirnya setahun yang lalu Riri mulai sibuk bercerita tentang PocketBac teman temannya dan mengajakku ke PIM untuk membelinya. Jujur, aku tidak begitu peduli, hanya mengiyakan saja suatu hari nanti pasti akan aku belikan, karena buatku cukup handy clean aja yang ia bawa ke sekolah, apalagi harga PocketBac cukup mahal menurutku untuk barang sekecil itu. "Bunda mah gitu, liat dulu aja Bunda," komentar Riri melihat kecuekanku. Aku tersenyum saja mendengarnya. (hehehe).
First Order

Suatu malam mas Ian, suamiku, pulang kantor dengan membawa 1 buah Pocketbac dan holdernya untuk Riri, betapa gembiranya ia, keesokan harinya ia langsung menggantungkannya di tas sekolah dan pergi lah ia ke sekolah bersama PocketBac barunya itu. Dasar anak anak, ada ada aja. But I'm still not interested with that thing. Dan Riri terus saja bercerita tentang benda itu hampir setiap hari kepadaku. "Maafin Bunda ya Nduk, Bunda bukannya gak mau beliin, tapi PocketBac dan holdernya itu mahal, kalo mau beli nabung dulu deh," kataku pada Riri.
Hari berganti hari. Pada suatu siang yang terik, aku memutuskan untuk makan siang di resto Gudeg Kanjeng Bintaro, di kasir terpajang berbagai macam holder dan harum PocketBac. Teringat Riri, sambil menunggu pesanan datang, aku iseng melihat lihat koleksi itu, kuambil 1 pasang dan kubayar. "Finally, I've just bought one PocketBac and it's holder," batinku. "Riri pasti mengira aku habis kesambet apa ya sampe akhirnya aku dengan sukarela membelikannya PocketBac dan holdernya," batinku lagi. Biasanya untuk sesuatu barang yang diinginkan Riri dan menurutku itu mahal, pasti aku akan menyuruhnya menabung untuk mendapatkannya. Aku hanya ingin ia belajar bahwa untuk mendapatkan sesuatu yang ia inginkan harus dengan usaha keras dan aku ingin ia lebih menghargai setiap rupiah yang ia punyai dari usaha keras yang sudah ia lakukan. Dan menurutku itu wajar, aku ingin ia tau bahwa hidup itu adalah perjuangan.


Result of Sales in the First Week
Berangkat dari pemikiranku di atas itulah akhirnya aku memutuskan kenapa tidak aku belikan PocketBac dan holdernya dalam jumlah yang banyak sekalian ya kemudian Riri bisa menjualnya kepada teman temannya yang notabene memang PocketBac mania itu. Aku sampaikan ideku ini kepada Riri, dengan janji bahwa di awal aku akan membelikannya beberapa pasang PocketBac dan holdernya, ia boleh memilih 2 pasang untuk menambah koleksi pribadinya, kemudian sisanya ia bisa menjualnya dengan harga murah kepada teman temannya. And the important thing is: Hasil penjualan boleh ia ambil sebagai reward ku atas usaha kerasnya menawarkan PocketBac dan holdernya itu ke teman temannya. Di luar dugaan, Riri ternyata antusias sekali dengan ideku. Beberapa minggu setelahnya kami berdua sibuk browsing di internet, sibuk mencari distributor grosir dan murah di Jakarta untuk produk BBW Amrik ini. Awalnya aku menemukan supplier produk BBW murah tetapi ternyata lokasinya di Gresik – Jawa Timur, karena bukan di Jakarta maka ongkos kirim tidak semurah bila lokasinya di Jakarta. Aku dan Riri pun browsing lagi di internet untuk mencari supplier termurah di Jakarta. Secara tidak sengaja aku menemukan grup BBM untuk produk BBW Amrik ini, and finally berjualan lah Riri di sekolahnya dengan aku sebagai mentornya. (hehehe).


Second Order
Riri mulai melancarkan aksi jualannya, dimulai dengan memasukkan foto PocketBac dan holder PocketBac nya di group BBM khusus teman teman seangkatannya di sekolah, dilanjutkan dengan broadcast message ke semua kontak BBM nya. Dan sejak itu dimulailah episode bunyi tang ting tung teng tong yang berasal dari BB Riri berisi respon dari teman temannya. Ada yang bertanya tentang harga, ada yang menawar, dan ada yang langsung memesan barang. Di sekolah pun ia tidak segan segan untuk menawarkan dagangannya ke teman teman sekelas nya dan teman teman kelas sebelah, bahkan adik adik kelas yang ia kenal pun ditawarinya. "Hebat juga nih Riri, belum seminggu jualannya sudah ada yang laku," pikirku. Terkadang ketika ia sudah tidur di malam  hari bila ada temannya yang BBM menanyakan tentang dagangannya akulah yang membantu menjawab. (hehehe) "Bunda BBMan sama temen temen ku ya tadi malam, ih bunda kok BBMan sama anak kecil sih," berondong Riri kepadaku ketika keesokan paginya mengecek BBM dari teman temannya. Aku hanya menanggapinya dengan tertawa. (hahaha).

Begitulah Riri, ia begitu bersemangat berjualan PocketBac dan holder PocketBac nya. Ketika transaksi penjualan sudah mulai banyak, aku mengajarinya membuat buku catatan pesanan sederhana, berisi tabel nama barang pesanan, nama pemesan, barang yang sudah laku terjual, dan uang yang masuk. Menurutku ia harus mengerti bahwa berjualan itu tidak hanya membeli barang, menjual barang, dan menerima uang hasil penjualan. Semua kegiatan harus dicatat sehingga ia mengerti tentang keluar masuk barang dan uang yang ada.

Second Order
Pada kenyataannya Riri memang sudah aku ajari untuk berjualan sejak ia berumur 6 tahun, aku dan mas Ian berpikiran bahwa Riri kecil harus mulai diajari untuk berani menghadapi tantangan hidup, berani malu, berani menghadapi orang banyak, yaitu dengan berjualan. Sehingga ketika ia dewasa, aku dan mas Ian berharap ia bisa mandiri dan tangguh menjalani hidupnya nanti. Dimulai ketika setiap bulan puasa ia iseng iseng kuajak berjualan makanan dan minuman ringan untuk buka puasa di sekitaran komplek perumahanku. Hasil dari keisenganku itu bisa kulihat perlahan beberapa waktu kemudian, ketika Riri kecil kuajak ke pasar atau mal ia terkadang memintaku membelikan beberapa stiker, ikat rambut, atau jepit rambut untuk dijual kepada teman temannya di sekolah. Seperti juga saat ini, ketika ia mulai tertarik dengan benda yang bernama PocketBac dan holder PocketBac, aku memberikannya ide, memberikannya kepercayaan dan modal untuk menjalankan sendiri usaha kecilnya itu. Pada pemesanan barang pertama aku memberinya modal dengan memesan 10 buah barang, namun ketika pemesanan barang untuk yang kedua kalinya (20 buah barang), aku memintanya untuk memakai uang tabungannya sendiri dengan harapan ia akan lebih berhati hati dan bertanggung jawab dengan usaha kecilnya itu. Dan ketika suatu malam sepulang kantor ayahnya bertanya, "Bagaimana jualanmu hari ini, Nduk?" Riri dengan lantang menjawab pertanyaan ayahnya, "Bisnis berkembang, Ayah!" Suamiku tersenyum dan tertawa, sementara aku sungguh terharu mendengarnya. Memang benar apa yang dikatakan Riri, minggu depan targetnya adalah pemesanan barang untuk yang ketiga kalinya dengan jumlah pesanan 30 buah barang akan dilakukan. Happy Selling ya, Nduk. Semoga usaha kecilmu ini terus berjalan, minimal bisa menjadi pelajaran untuk membuatmu lebih mandiri dan berani menghadapi hidupmu sendiri di masa depan. Amin..
My WorLD, ...My HeARt, ...My SouL © 2008 | Coded by Randomness | Illustration by Wai | Design by betterinpink!