1/08/2018

KEEP ON MOVING

Jan 4th, 2018 / 05.30 AM

Titik titik air jatuh dari langit,
membasahi bumi, menyapa pagi..
Senyumku merekah mencium aroma tanah segar,
sesaat memasung jiwa..
Kulangkahkan kaki menuju balkon,
sejenak menuntaskan rasa haus akan segarnya udara pagi..

Angin dingin berlari perlahan,
menyisir setiap helai rambutku..
Kutengadahkan kepala, mencari sang surya..
Terlihat coba memaksakan diri, 
menyeruak memunculkan sinarnya..

Aahh..
Langit pagi masih sangat sendu, 
begitu banyak rencana yang terbelenggu dalam memori, 
beberapa hari terikat,
harus ada yang terwujud hari ini..
Just keep smiling, 
Just do the best,
For the future..

So do you..
Every breath you take,
Every moment you go through,
Every single day,
The best Allah’s gifts that you’ve ever had..
Just keep rocking.. 

Love you to the moon and back..

1/01/2018

SALAM BUDAYA!!

Minggu, 19 November 2017 / 15.00 WIB

Hari masih sangat pagi ketika sayup terdengar kumandang kicau burung. Kubuka mata, teringat harus mengantarkan dan menemani Mbak Riri mengikuti acara Pagelaran Drama Tari 'Cindelaras' di Teater Kecil - Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta, kupaksa raga ini untuk tegak berdiri. Yup, Mbak Riri memang mewarisi hasratku dalam bidang seni, ia juga menyukai tari dan musik. Hari ini, pagi pagi ia sudah harus stand by di TIM, 07.30 WiB, karena harus blocking tempat dan GR. Sedari pagi ketika tiba di tempat ini, aku sudah tersenyum senang melihat banyaknya anak anak bangsa yang berseliweran, beragam dari usia TK sampai SMU. Mereka memakai identitas komunitas seni mereka masing masing dan datang dari berbagai latar seni; lukis, tari, musik, drama.

Festival Budaya Anak Bangsa IX, dipusatkan di Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Berlangsung pada 19-20 November 2017, dalam rangka memperingati Hari Anak Sedunia 2017. Anak anak bangsa yang tampil di panggung teater ini (auditorium) adalah berasal dari komunitas seni terkemuka, yang sudah terlatih dan terpilih, tidak hanya dari Indonesia, tetapi ada utusan dari beberapa negara tetangga; ada penampil dari Malaysia, Singapura, serta murid-murid dari sejumlah sekolah asing di Jakarta. Festival ini lebih ke arah kolaborasi antar budaya / diplomasi budaya, agar terjadi dialog budaya dan pemahaman budaya dalam diri anak-anak.

                                          

Senang sekali rasanya bisa menapakkan kaki di sini, di Festival Budaya dimana anak anak bangsa diajarkan dan ditanamkan untuk cinta tanah air, budaya, dan nilai nilai luhur bangsa ini. Mereka semua berbeda, suku - agama - ras - budaya, tetapi tetap satu hati dan satu rasa.

Beranjak siang, anak anak bangsa tadi sudah berganti kostum sesuai dengan latar seni yang akan ditampilkan, terlihat di sana sini warna warni kostum dan keceriaan mengekspresikan jiwa seni mereka. Beginilah seharusnya yang terjadi, anak anak bangsa diajarkan untuk cinta tanah air melalui cinta seni budaya, menghargai dan mencintai keragaman melalui cinta seni budaya.

                      

Salam Budaya!!

** Repost from Facebook; November 20, 2017


DAMN!! I LOVE INDONESIA

December 31th, 2017 / 02.00 PM

Aku adalah pencinta seni, sangat menyukai seni, sedari kecil. Aku sudah mulai menari ketika usiaku baru menyentuh angka 5 tahun, kala itu Mama memasukkanku ke satu sekolah balet, standar emak emak yang mempunyai seorang gadis kecil tentu. Beranjak besar sedikit, Mama memasukkanku ke sebuah sanggar Tari Bali di bilangan Bendungan Hilir, Jakarta. Seingatku dulu sewaktu TK aku juga ikut paduan suara dan seni tari sekolah, untuk pementasan pada saat perpisahan sekolah.

Kepindahanku ke beberapa kota tidak menyurutkan minatku terhadap seni, terutama seni tari dan seni suara. Aku tetap setia bergoyang gemulai menekuni tari tradisional; Bali, Lombok, Jawa Timuran, dan Jawa Tengahan, selain tari modern. Di sisi lain, aku pun ikut aktif di vokal grup, paduan suara, dan band sekolah. 



Ketika pindah dan menetap di Jogjakarta, hasrat seniku tetap tidak terbendung, aku ikut band kampus dan kelompok tari profesional, Bala Mahardhika, sejak di bangku SMU tahun kedua. Ketika bergabung di kelompok tari inilah aku mulai merasakan bagaimana rasanya punya uang saku sendiri karena aku bisa menari dimana mana bahkan sampai keluar kota. Jaman itu ketika rata rata anak anak seusiaku sibuk menghabiskan waktunya untuk main atau hang out bersama teman temannya dan masih tergantung pada orang tua, aku sudah asik menenggelamkan diri di dunia seni. Orang tuaku sendiri pun sama sekali gak tau segala aktivitas itu. Yang pasti, pendidikan akademis berjalan mulus sesuai dengan harapan orang tua, dan ketertarikanku pada dunia seni juga tersalurkan. What a great life!!

Pada kenyataannya, Aku belajar banyak hal ketika bergabung di Bala Mahardhika. Belajar seni budaya Indonesia, belajar bagaimana mencinta dan menghargai seni budaya bangsa dan nilai nilai luhurnya, belajar disiplin, belajar bersosialisasi, belajar berorganisasi, belajar tentang menghargai perbedaan dan kesetiakawanan, serta masih banyak lagi lainnya.

I grew up with them. I was a shiny girl before, they changed me. They made me became a charming and humble girl. They made me became a girl who could express myself. I love dancing much, I really like to dance. In the past, I routinely had dancing performance's schedules, off air and on air, for almost 5-7 years (since I was in the second year in senior high school). Every week, every month.



Jika ada orang bertanya kepadaku, "Apa yang sudah kamu lakukan untuk bangsa ini?" Maka aku akan menyahut, aku tidak melakukan apapun untuk bangsa ini kecuali mencintai seni budaya dan nilai nilai luhur bangsa ini. Itu sudah cukup. Aku ingin Ibu Pertiwi tersenyum bangga dengan caraku sendiri. Menggiring alam sadarku untuk selalu menendang nuraniku berkenalan, bersahabat, dan menampakkan pada dunia betapa cantiknya seni budaya dan nilai nilai luhur bangsa ini. Dan akan terus begitu, sampai nanti.


Mencinta negeri ini dengan sederhana. Maka lestarilah bangsa ku, lestarilah seni budaya dan nilai nilai luhurnya yang mengakar kuat pada rahim Ibu Pertiwi.


CINTA ADALAH PERBUATAN

Dec 10, 2017 / 06.40 AM

Hari masih sangat muda, surya di ufuk Timur malu malu keluar dari peraduannya, menyibak paras pagi. Aku menemukan diriku tersadar, membisu di sini; Dalam ruangan yang terdesain modern, lengkap dengan sebuah ranjang besi dan alat alat medis yang terpancang kuat di dinding, beserta dia yang terpuruk di sana, merintih pedih.

Sesaat, kuterpaku..
Begitu banyak peristiwa yang melintas cepat, terbayang di mata. Kutarik napas perlahan, mencoba menetralkan gejolak jiwa, dan kemudian berlayar merenungi segala hal yang silih berganti datang dan pergi, 3 bulan terakhir ini. Banyak hal yang tertangkap, selama ini lepas dari relnya, serpihan puzzle puzzle kehidupan yang tak tertata indah. Perlahan namun pasti, mungkin akan diatur oleh-Nya kembali ke kodratnya. Mungkin Dia berpikir, inilah saatnya untuk menyatukan serpihan serpihan itu.


Aku hanya bisa menundukkan kepala dan badan, mencampakkan seluruh jiwa raga pada-Nya. Tuhan, begitu banyak yang terjadi, dalam seminggu terakhir. Speechless, really touched my heart, I’ve never seen all of these things happen. Jujur, aku menikmatinya, anugrah terindah ini, this is so amazing!! Seperti sedang terpaku di depan kaca sebuah kereta api yang melaju sempurna, aku menyaksikan dan melalui kejadian demi kejadian, memang sangat menguras emosi dan kekuatan jiwa, tapi sisi lain dengan kesadaran tinggi aku sangat mengerti bahwa ini adalah serangkai proses perubahan menuju ke arah yang lebih baik, yang terbaik menurut-Nya.

Bahwa hidup itu tidak hanya memikirkan dunia, tetapi harus diselaraskan dengan akhirat. Lebih meluruskan hubungan vertikal dengan Dia, Yang Maha Agung, hingga bisa mencapai ke satu titik sadar; Tidak melangkah sendiri dalam memuji-Nya, tetapi melangkah bersama mengajak seluruh keluarga agar kelak bisa bersama sama bersua di Surga.

 

Bahwa dalam hidup itu menganugrahi peran yang sangat mulia pada seorang nakhoda keluarga. Sang nahkoda lah yang menentukan arah berlayar dari suatu kapal yang bernama keluarga. Seorang nakhoda keluarga selain hadir secara fisik, juga harus menyapa secara psikis dalam mengarungi lautan kehidupan. Ia menjadi role model bagi keluarga, menjadi tauladan terbaik bagi keluarga; tauladan tentang kekuatan iman kepada-Nya dan tauladan tentang berpegang pada ajaran-ajaran agama dalam bentuknya yang sempurna. Dalam hal ini tanggung-jawabnya tidak hanya sebatas memfokuskan diri untuk memberikan nafkah yang cukup untuk keluarga tetapi juga bertanggungjawab dalam mendidik jiwa dan akhlak keluarga. Mendidik agar cerdas dalam perihal dunia dan akhirat dan menjadikan anak-anak tangguh dengan ilmu agar mampu menyikapi perihal urusan dunia dan akhirat dengan bijaksana.

Bahwa hidup itu lebih ke arah membuka mata hati tentang kebersamaan dan ketulusan; TAKE and GIVE, it should be balanced, one to another. Tidak melulu mengedepankan ego diri untuk selalu meminta didengarkan dan dipahami oleh orang lain, tapi di satu sisi sangat enggan peduli dengan apa dan bagaimana pribadi dan kehidupan orang lain. Bila ada seseorang yang lebih mendukung dan mementingkan kebahagiaan orang lain, tanpa mempedulikan kebahagiaannya sendiri; Maka mencoba untuk peduli secara nyata, tidak apatis tidak individualis terhadap diri pribadi dan kehidupan orang itu, adalah lebih baik, karena ia juga manusia biasa yang mempunyai rasa dan masalah, walaupun orang itu tidak berharap kebaikannya berbalik.

Bahwa hidup itu akan menyisakan orang orang yang benar benar mengerti akan arti kebersamaan dan ketulusan saat angin atau badai menerpa. Akan terlihat dengan sendirinya kualitas orang orang tersisa yang sebenar-benarnya, bukan hanya basa basi dalam ucapan belaka. Orang orang tersisa itu memiliki ketertarikan yang sama untuk sekedar menemani, meringankan, atau membantu masalah orang lain dalam suatu tindakan nyata; Berpijak pada keprihatinan terhadap masalah orang lain. Dalam minoritas, mereka selalu berusaha ada; Dulu, sekarang, dan nanti. Seperti kata Tere Liye; “Cinta adalah perbuatan, Kata kata dan tulisan indah hanyalah omong kosong.”


Namun apapun itu, angin atau badai yang singgah dalam hidup, pasti yang terindah menurut-Nya. Hanya perlu berserah diri saja, sepenuhnya, pada-Nya. Bahkan mungkin harus lebih ke bersyukur pada-Nya, masih mengingat ku, tanpa harus terucap sepatah kata keluh atau sesal pun.

Dia memang perencana terhebat, semua telah dirancang-Nya, dituliskan-Nya, hingga ke detail detail tersulit yang tidak akan pernah terjamah oleh alam pikir manusia. Segalanya memang telah diatur sedemikian rupa sehingga pada akhirnya bisa menyatu dengan cantiknya.

Maha Besar Allah..
Maha Benar Allah..
Maha Suci Allah..

My WorLD, ...My HeARt, ...My SouL © 2008 | Coded by Randomness | Illustration by Wai | Design by betterinpink!